Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘nama’

Pembaca reguler blog ini mungkin sudah tahu bahwa saya sangat suka main-main dengan nama dan etimologi (salah satu contohnya bisa dibaca di tulisan yang ini). Bagi saya, mengamati nama orang bisa dibilang sebagai hobi — setiap kali mendengar nama yang lumayan catchy, biasanya saya akan tergelitik dan mencari akar katanya. Malah, kalau perlu, pergi ke internet dan mencari asal-usul nama tersebut… tapi bukan itu yang hendak kita bahas kali ini.

Nah, salah satu yang sering saya perhatikan adalah nama anak perempuan Indonesia zaman sekarang (baca: kelahiran ’90-an). Ternyata, banyak di antara mereka yang nama depannya berakhiran -ia! 😮

Anda mungkin tak begitu yakin, tapi, kalau mau contoh, Anda bisa lihat judul tulisan di atas. Artemia, Alifia, Lavinia, Aurelia — nama-nama yang bisa Anda temukan kalau Anda main ke SD terdekat dan mengecek daftar absennya. Menurut saya ada semacam pola di sini.

Tentunya kecenderungan tersebut bukannya tanpa alasan. Kenapa bisa begitu, nah, ini ada ceritanya lagi.

 

 

Back to The Past:
Nama-nama Feminin dalam Mitologi Romawi-Yunani Kuno

 

Sahibul hikayat, masalah nama ini bermula ribuan tahun lalu, ketika orang-orang Yunani (dan Romawi) sibuk berkisah tentang para dewa. Bahasa Latin dan Yunani sama-sama diturunkan dari rumpun Bahasa Indo-Eropa — rumpun bahasa ini mempunyai kecenderungan menitipkan akhiran -a pada kata benda bersifat feminin.[1]

Bisa ditebak, kebiasaan tersebut kemudian terbawa dalam pemberian nama tokoh-tokoh dalam mitologi mereka. Sedemikian hingga muncullah nama-nama tokoh (wanita) sebagai berikut:


a) Mitologi Romawi

 

Aurora — dewi subuh
Fortuna — dewi keberuntungan
Minerva — dewi kebijaksanaan
Proserpina — penguasa akhirat; pendamping Pluto
Diana — dewi bulan dan perburuan

 

b) Mitologi Yunani*

 

Athena — dewi kebijaksanaan
Hestia — dewi rumah dan perapian
Rhea — ibu dari Zeus, penguasa Olympus
Europa — Putri Kerajaan Phoenicia, kekasih selingkuhan Zeus
Aegina — anak perempuan Asopus (dewa sungai)

 

*) Beberapa nama feminin dalam mitologi Yunani tidak melulu berakhiran dengan -a, semisal: Aphrodite, Selene, Demeter. Meskipun begitu, penyandang nama berakhiran -a hampir pasti perempuan — sangat jarang tokoh laki-laki memiliki nama berakhiran -a.

Dalam hal ini, Romawi lebih konsisten dengan penggunaan nama berakhiran -a untuk wanita. Kebiasaan ini kemudian diturunkan pada nama-nama Eropa modern. (misal: “Alexandra”, “Adriana”, “Francesca”)

Penggunaan nama-nama Latin dan Yunani kemudian menyebar seiring populernya mitologi mereka ke seluruh dunia. Di masa kini, tidak ada yang mengernyitkan dahi kalau mendengar orang Indonesia bernama “Diana”, “Aurora”, atau “Hestia”… atau orang Amerika bernama “Rhea”.

Seolah-olah, orang berlomba memberi nama anak perempuan berbau Eropa dan berakhiran -a! Kalaupun ada yang kurang terkenal, barangkali hanya “Medea” saja. :mrgreen:

*dilempar sandal sama mbak rise*

*bletaaakkk* xP

 

 

Akhiran -a: Bukan Hanya Milik Eropa

 

Sebagaimana sudah disebut di atas, nama yang memiliki akhiran -a umumnya akan terkesan feminin. Ini agak aneh; saya juga tidak tahu kenapa bisa begitu (barangkali ada penjelasan psikoakustik di baliknya). Satu hal yang jelas, lebih mudah menemukan nama anak perempuan — di berbagai belahan dunia — yang berakhiran -a daripada (misalnya) -o atau -i.[2]

Saya pernah iseng mengamati daftar nama peserta kuliah di kampus. Kelasnya cukup besar, sekitar 100-an orang, dan bersifat lintas angkatan. Apa yang didapat? Ternyata saya menemukan nama-nama seperti “Dita”, “Paramita”, dan “Annisa”. Nama-nama itu jelas bukan nama Yunani, apalagi Romawi — tapi ternyata tunduk juga pada akhiran -a. 😕

Yang paling sering jadi korban ‘trend’ ini adalah nama-nama berbau Arab (e.g. “Annisa”, “Rizka”, “Zulaikha”), disusul nama-nama berbau Eropa (“Diana”, “Selena”, dst). Adapun nama-nama lokal Indonesia umumnya lebih banyak melawan arus dengan berakhiran -i, semisal “Miranti”, “Sundari”, atau “Astri”.

Sepertinya ada sesuatu di balik nama berakhiran -a yang membuatnya terkesan feminin. Atau tidak. Tapi, mengingat saya sendiri punya kesukaan pada sebuah nama berakhiran -a (Elesia!) … bukan mustahil kecenderungan di atas memang ada sesuatunya. ^^;

 

 

Genderflip Technique:
[male name] + [-a] / [-ia] = [female name]

 

Hal menarik lain yang saya temukan, sehubungan dengan akhiran -a yang sudah dijelaskan di atas, adalah bahwa tidak sulit mengubah nama laki-laki menjadi nama perempuan. Cukup modifikasi akhiran nama tersebut menjadi -a atau -ia, dan voila — nama perempuan pun didapat.

Orang yang biasa memperhatikan nama Eropa, mungkin akan bilang bahwa saya sedang menyampaikan hal basi. Tapi, tidak — masalahnya bukan itu. Bahwasanya, teknik ini berlaku relatif universal! 😀 Bukan saja untuk nama berbau Eropa, melainkan juga nama Semitik (Timur Tengah) dan Slavik (Eropa Timur).

Misalnya contoh-contoh di bawah ini.


a) Eropa Barat (Latin/Yunani)

 

Adrian + [-a] = Adriana
(asal bahasa: Latin. etimologi: Hadria, atau Laut Adriatik)

Aurelius + [-ia] = Aurelia
(asal bahasa: Latin. etimologi: aurum, “emas”)

Alexander + [-a] = Alexandra
(asal bahasa: Yunani. etimologi: alexo + andros, “penguasa”)

Theodoros + [-a] = Theodora
(asal bahasa: Yunani. etimologi: theos + doros, “pemberian Tuhan”)

 

b) Semit (Timur Tengah)

 

Daniel + [-a] = Daniela
(asal bahasa: Hebrew. etimologi: daniyyel, “God is my Judge”)

Darius + [-ia] = Daria
(asal bahasa: Farsi. etimologi: dârayavahush, “possessing goodness”)

Rizki + [-a] = Rizka
(asal bahasa: Arab. etimologi: rizq, “rezeki/berkah”)

Amal + [-ia] = Amalia
(asal bahasa: Arab. etimologi: amal, “tindakan/perbuatan positif”)

 

c) Slavik (Eropa Timur)

 

Yevgenii + [-a] = Yevgenia
(asal bahasa: Rusia. etimologi: Yunani eu + genes, “well-born”)

Radomir + [-a] = Radomira
(asal bahasa: Slav. etimologi: rad + mir, “kebahagiaan dan kedamaian”)

Stanislav + [-a] = Stanislava
(asal bahasa: Slav. etimologi: stan + islav, “stand with glory”)

Sebagaimana bisa dilihat, penambahan -a atau -ia pada nama pria, dalam banyak kasus, bisa menghasilkan nama feminin yang relatif catchy. Tak banyak yang tahu bahwa “Aurel” aslinya nama pria[3] — kan begitu? Tapi nyatanya sekarang banyak anak perempuan bernama “Aurelia”. Hanya dengan menambahkan akhiran -ia, nama yang ‘cantik’ pun terbentuk. :mrgreen:

Saya suka sekali main-main dengan penambahan -a dan -ia ini. Kalau misalnya ada pemain bola bernama Andrei Arshavin, maka saya tinggal menambahkan dua huruf ‘a’, dan jadilah…

Andrea Arshavina

Hey, that’s one pretty name. Saya rasa, kalau saya berkeliaran di Facebook pakai nama itu — sembari memasang foto gadis cantik di homepage — akan banyak orang terjebak meng-add saya. Tapi itu cerita lain lagi untuk saat ini. 🙂

 

 

Akhir Kata…

 

Jadi, kesimpulan yang saya dapat hasil bongkar-bongkar nama orang selama ini adalah: kalau orang ingin menciptakan nama wanita yang catchy — baik itu untuk nama anak, hewan peliharaan, ataupun tokoh cerita — maka yang harus dilakukan adalah bermain-main dengan huruf ‘a’. Entah dengan menambahkan akhiran -ia, atau malah cuma menempel buntut huruf -a saja.

Huruf ‘a’ itu sakti: manfaatkan dengan benar, dan Anda mendapatkan nama feminin yang berpotensi terdengar cantik. Pokoknya, semakin banyak main ‘a’ dan ‘ia’, makin bagus! :mrgreen: Buktinya sudah banyak di atas, dan bisa saya contohkan lagi berikut ini.

 
Kalau Anda lebih suka nama bergaya Barat, ada Aurora, Artemia, Lavinia, Laura, dan Olivia.

Kalau Anda lebih suka nama Arab, ada Aisha, Fadila, Fathia, Zahra, dan Nadia.

Atau, kalau Anda lebih suka nama Eropa Timur: Svetlana, Ludmilla, Lara, Yevgenia, Adriana.

Saya bertanya-tanya, apa mungkin ada “sihir” tertentu di balik bunyi vokal ‘a’ dan ‘ia’. Sepertinya tak ada nama perempuan yang jelek kalau bumbu tersebut dipakai dengan tepat. Bahkan nama yang tadinya sudah bagus seperti “Windri” pun, seolah jadi lebih eksotis kalau disebut “Windria”.

Boleh jadi ada sesuatu dalam psikologi manusia yang membuat nama-nama tersebut terkesan manis. Entah apa. Mungkin bisa jadi bahan yang penelitian yang bagus untuk para linguis dan psikolog. Siapa yang tahu? 😉

***

In all fairness, though, mari kita sama-sama berharap satu hal: agar nama-nama tersebut tidak ditemukan (dan dijadikan judul) oleh para pembuat sinetron Indonesia. Sejujurnya, saya sering miris dengan hal yang satu ini.

Sekarang ini amat jarang ada nama anak perempuan yang belum dijadikan judul sinetron. Mulai dari Fitri, Khanza, Melati untuk Marvel, Cahaya, Intan, Amanda… semua sudah dibuat. Berbagai sinetron tersebut dibuat secara kejar tayang. Dengan akting yang teramat biasa, juga dengan jalan cerita yang begitu saja. Saya tidak tahu bagaimana dengan Anda — tapi, yang jelas, saya akan kecewa sekali kalau nama seperti “Minerva” ternyata ujung-ujungnya jadi gadis menderita obyek siksaan tante galak.

Sebab, for God’s sake: Minerva itu Dewi Kebijaksanaan Romawi, tahu! Mana bisa yang seperti itu disuruh ngepel, dimarahi, dan dibuat menangis demi simpati pemirsa!! 👿 😈

 

 

——

 
Catatan Kaki

 

[1] ^

Beberapa contohnya bisa dilihat di:
Grammatical gender @ Wikipedia Bahasa Inggris.

Adapun untuk penjelasan yang lebih formal dan bersifat textbook, bisa Anda baca di:
Indo-European Linguistics oleh John Clackson (2007), chapter 4.4., pp.104-111.

(*disclaimer: saya cuma baca e-book-nya, jadi tidak beli dari situs ybs. 😛 )

 
[2] ^

Pembahasan yang cukup menarik saya temukan di arsip milis LinguistList.org, bertanggal 18 Februari 2000. Salah satu kesimpulan akhirnya adalah, walaupun tidak ada aturan baku tentang akhiran -a pada nama feminin, kecenderungan tersebut memang ada dan valid secara statistik.

Paper terkait yang juga menarik, dirujuk oleh post milis tersebut:

Elizabeth and John: Sound patterns of men’s and women’s names
oleh E.A. Cutler, J.M. McQueen, dan K. Robinson. (1990)

 
[3] ^

Saya sering bingung setiap kali orang menyebut “Aurel” sebagai nama perempuan. Sejauh yang saya tahu, “Aurel” aslinya adalah nama laki-laki — yang mana nama ini disandang oleh beberapa figur sebagai berikut.

Granted, apabila ditambahi akhiran -ia, nama ini menjadi nama perempuan (“Aurelia”). Meskipun begitu, tanpa imbuhan tersebut, “Aurel” adalah nama laki-laki dan umum menjadi nama depan di wilayah Eropa Tengah (e.g. Rumania dan Hungaria).

Read Full Post »

google query 1

 

google query 2

***

Ya, saya tahu ini hasil neologisme. Tapi… apa nggak kasihan ya yang punya nama? ^^a

Seorang tante saya sendiri ada yang punya nama ybs. Jadi, Anda bisa bayangkan orangtua saya menyampaikan hal berikut pada anak-anaknya:

“Nanti malam kita ke rumah Tante Kunti ya anak-anak…”

Hmmmmmmm. 😕

Read Full Post »

Terkadang, kalau sedang membaca buku atau novel, saya suka memperhatikan nama-nama orang yang muncul di dalamnya. Terlebih lagi kalau nama yang muncul berkesan unik dan ‘tidak biasa’ di telinga. Biasanya saya jadi penasaran dan mencari tahu ada makna apa di balik nama tersebut — atau, lebih jauh lagi, bahkan sampai iseng menyelidiki dari mana nama tersebut berasal. 😛

Nah, salah satu kelompok nama yang sering menarik perhatian saya adalah nama-nama Rusia/Soviet dan sekitarnya. Bukan berarti saya menyukai secara khusus sih; soalnya buat saya nama-nama Irlandia[1] dan Jepang[2] juga memberikan aroma unik. Meskipun begitu, nama Rusia tampaknya mempunyai kesan tersendiri. Mungkin karena mencerminkan kesan ‘antik’ setelah runtuhnya Uni Soviet; tapi itu cerita lain untuk saat ini.

Mungkin juga ada hubungannya dengan ‘perkenalan’ saya dengan buku-buku karya penulis Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Yang jelas, sejak saat itu saya jadi tak bisa cuek setiap kali mendengar nama-nama itu muncul di TV, koran, maupun internet dan media lainnya terutama kalau nama wanita 😛.

Misalnya…

 

Given Name

  1. Svetlana
  2. Salah satu kesukaan saya. Nama untuk perempuan, konon artinya “cahaya” — jadi harusnya tak jauh beda dengan nama “Nur” di Indonesia.
     

  3. Ludmilla
  4. Dari sebuah opera karya Aleksandr Pushkin, berjudul “Russlan and Ludmilla“. BTW ini juga nama wanita.
     

  5. Dmitri / Dimitri
  6. Nama pria, pertama kali saya dengar pas nonton Mission: Impossible II. Kelihatannya semacam nama panggilan yang diberikan oleh seorang profesor pada Ethan Hunt. Belakangan jadi terasa keren setelah saya melihat hubungannya dengan nama Demetrio Albertini dan Dmitri Prokovich Razumihin.
     

  7. Lain-lain:
  8. F: Natassja, Nadia, Adriana, Katya, Sonia, Natalya, Ekaterina

    M: Mitka (singkatan dari “Dimitri”), Pavel, Yuri, Oleg, Vladimir, Alexei

 

In Fiction

  1. Mara Aramov (Aramova)
  2. Antagonis di serial Syphon Filter. Harusnya nama keluarganya ditulis “Aramova”, karena beliau seorang wanita… tapi sudahlah. Rasanya saya jatuh cinta pada surname “Aramova”. ^^;
     

  3. Alyona Ivanovna
  4. Nama wanita tua lintah darat di Crime and Punishment. Entah kenapa saya merasa nama “Alyona” terlalu keren buat beliau…
     

  5. Larissa Feodorovna Antipova
  6. Perawat dan kekasih Yuri Zhivago dalam kisah Doctor Zhivago[3]. Nama panggilan: “Lara”. sounds nice
     

  7. Avdotya Romanovna Raskolnikova
  8. Alias Dounia dalam Crime and Punishment. Saya baru tahu nama lengkapnya seperti itu. Di bukunya nggak disebut-sebut, soalnya. (o_0)”\

 

Real People:

  1. Alexander Shovkovsky
  2. Kiper asal Ukraina yang pertama kali saya dengar namanya di CM 2001/2002. Reaksi waktu itu: “woah”. 😮

     

  3. Elena Dementieva
  4. Petenis putri asal Negeri Beruang Merah. Sebenarnya nama “Elena” bukan eksklusif milik Eropa Timur. Tapi, kalau digabung sama surname “Dementieva”… rasanya kok jadi ear-catching ya? ^^;

     

  5. Vasili Gregorovich Zaitsev
  6. Yang ini adalah sniper Soviet semasa Perang Dunia II. Entah kenapa nama “Vasili” terkesan ‘unik’ di telinga saya.

    OOT: Kebetulan — salah satu pemain andalan di tim saya bernama Vasilis Tsiartas.

     

  7. Fyodor Mikhailovich Dostoyevski
  8. Penulis novel Rusia abad 19. Nama “Fyodor” mengingatkan saya pada fjord… walaupun saya yakin sebenarnya dua hal itu tak ada hubungannya. ^^;

     

  9. Andrei Arshavin
  10. Nama keluarganya unik. Kalau dia punya adik perempuan, harusnya surname-nya akan jadi “Arshavina”. Kedengarannya manis juga.

     

  11. Dinara Safina
  12. Adiknya Marat Safin. Namanya lucu… ^^

Jadi begitu. Entah kenapa nama-nama Rusia itu terasa unik dan berkesan. Bahkan terkadang muncul kesan kuno dan ‘berjarak’ dengan bagian lain dunia pada umumnya (IMHO) — walaupun ini juga tak berlaku universal, sih.

Mungkin ‘eksotis’ adalah kata yang cocok? 😛

 

 

 

—–

Catatan:

 
[1] Surname Irlandia itu — menurut saya — terkadang bunyinya unik dan folkish. Misalnya “Quinlan”, “Brennan”, “Connolly”, dan lain sebagainya. Ah, saya yakin para fangirl Westlife tahu lebih baik. 😛

 
[2] Nama-nama Jepang itu unik karena maknanya bisa ditelusuri berdasarkan kanji yang dipakai. Bahkan bunyi yang sama bisa saja bermakna berbeda dengan kanji yang berbeda.

Misal: “Shiki” (kanji: 志貴 ; 四季 ; 式) masing-masing berarti “precious will”, “four seasons”, dan “style”.

 
[3] Saya belum pernah selesai membaca novel ini. Waktu SMA saya pernah punya edisi simple English-nya, tapi saya cuma baca beberapa halaman — dan akhirnya buku itu hilang sama sekali. 😦

Adapun tempo hari saya tak sengaja baru nonton miniserinya yang ditayangkan di TV. Hence the reference.

Read Full Post »

nama yang susah diucapkan

“Memangnya kalau kamu punya anak, nama apa yang bakal kamu kasih? Ciel?”

 

Terkadang, saya kepikiran tentang topik yang satu ini. Ketika orangtua memberikan nama pada anaknya, mungkin ada beberapa hal yang menjadi sumber inspirasi mereka…

…eh, ini bukannya sotoy[1] lho. :mrgreen: Walaupun kenyataannya saya sendiri belum pernah punya anak (pacaran aja males! =_=!) — saya sering melihat contoh kasus bahwa nama-nama anak bisa jadi sangat… apa ya? “Tidak biasa”? Yang jelas, nama-nama ini biasanya cukup menarik. Dan dari mana datangnya nama-nama unik tersebut? Tentunya saya bisa berasumsi bahwa kreativitas dan inspirasi orangtualah yang banyak berperan. 😛

Misalnya, dengan sekali lihat ke kamus nama bayi, saya bisa mendapatkan beberapa nama seperti berikut:

Airiza. Alifia. Alfiazahra. Alma. Amara. Anastasia. Artamevia. Aurora…

Dan itu baru huruf A saja. :mrgreen: Pokoknya, nama-nama yang kesannya unik, antik, dan rada berbau RPG lah. Kalau Anda tanya saya, nama-nama ini punya kesan tersendiri. Entahlah jika itu karena nama-nama tersebut berkesan classy; tapi itu cerita lain untuk saat ini. ^^;;

Adapun saya sendiri cenderung menyukai beberapa nama karakter wanita di serial Final Fantasy. Di antaranya

Lenna/Reina. Terra. Celes. Selphie. Quistis. Aeris.

Dan lain sebagainya. ^^

Nah, tapi ada masalah.

Semakin unik suatu nama, biasanya semakin sedikit orang yang bisa memahami pengejaan nama tersebut. Contohnya? Tentu saja saya harus menyebut sang Bambang ( :mrgreen: ). Walaupun nama aslinya (IMHO) lumayan keren dan unique, banyak orang justru tak paham dan sering salah ketika disuruh mengeja nama beliau.

Sialnya, hal semacam ini sering terjadi. Saya sudah beberapa kali melihatnya — walaupun nama aslinya terdengar ‘wah’, tapi tetap saja orang-orang gagal memahaminya. Alhasil, nama yang tadinya bagus jadi terkesan sia-sia; sungguh disayangkan. 😦

 

Contohnya?
 

Contohnya kira-kira begini.

Seorang teman saya, kelahiran tahun 1986, menyandang nama Cory. Kalau menurut saya, kemungkinan nama ini mengacu pada Bu Corazon Aquino — tokoh wanita yang sedang naik daun ketika teman saya itu dilahirkan.

Sayangnya, malang tak dapat ditolak. Ketika guru bahasa Indonesia mengabsen namanya, terjadi hal berikut:

Ibu Guru:
“Cori?”
(dengan lafal awal “c” dan akhiran “i”)

Dia:
“Bukan bu, nama saya ‘Cory’.”
(dengan lafal awal “k” dan akhiran “y” menggantung)

Ibu Guru:
“Lha, iya. Tapi saya kan guru bahasa Indonesia. Makanya saya baca dengan lafal EYD.” 😎

Saya:

…… ^^;;

 
Kali lain, ada lagi teman saya yang mengalami hal serupa. Sebutlah namanya Rizqo. Sekilas ini nama yang mudah dikenali dan gampang dieja.

Meskipun begitu, tetap saja terjadi hal seperti berikut ini.

Di absen kelas, nama ditulis dengan huruf kapital. Tertera nama RIZQO.

Bapak Guru yang hendak mengabsen adalah seorang bapak dengan logat Batak yang amat kental. Dengan kacamata double-prescription tebal yang selalu nangkring di hidungnya, kelihatannya beliau sangat tergantung pada kacamata baca.

Apa yang terjadi ketika absen?

Bapak Guru:
“…RIJO ?”

(suara menggelegar, dengan logat Batak kental)
(seisi kelas tersenyum menahan tawa)

Dia:
“Anu, Pak. Nama saya Rizqo. Coba lihat di absen, ada huruf ‘Q’ di situ.”

Bapak Guru:
“Oh iya, benar. Saya yang salah.” (u_u)

Keesokan harinya, absen kembali berlangsung.

Bapak Guru:
“Absen nomor 21. RIJO ?”

(seisi kelas meledak dalam tawa)

Sejak saat itu, teman saya tak pernah lagi berusaha meluruskan namanya. ^^;;

***

Tentunya dalam banyak kasus, nama-nama yang unik sangat rentan untuk disalahpahami. Yang paling sering terjadi adalah huruf yang tertukar; misalnya Markus menjadi Marcus, Sophie menjadi Sofi, dan lain sebagainya. Itu baru tulisan.

Ada juga yang namanya menjadi korban gara-gara salah baca. Misalnya Rachel. Orang Indonesia punya beberapa versi pengucapan untuk nama ini.

 

Nama ini, aslinya, dibaca sebagai Rei-chèl (IPA: /ˈreɪtʃəl/ )

Meskipun begitu, beberapa orang membacanya Rachél
(dengan huruf “a” dan “e” tinggi)

Yang lain membacanya Reikèl.
(dengan huruf “k” dan “e” rendah)

Ada juga yang menyebutnya Rahél
(huruf “c”-nya lenyap)

Bahkan, dalam kasus yang langka, saya pernah mendengar bahwa beberapa hurufnya dimutilasi — sehingga ia cukup dipanggil “Acél” saja.
(dengan huruf “a” dan “e” tinggi)

See how different it is! 😯

Tentunya ini bukan berarti pengucapan bagaimana-bagaimana itu bermasalah. Kalau memang orangnya tak keberatan, panggilan seperti apapun toh tak banyak bedanya. Misalnya “RIJO” yang saya sebut di atas — belakangan, teman-temannya sering meledek dia dengan panggilan khas “RIJO” selama bertahun-tahun. Orangnya sendiri tak begitu keberatan, sejauh yang saya tahu. 😛

Meskipun begitu, di sisi lain, ini menunjukkan bahwa nama-nama yang unik biasanya susah untuk dilafalkan (dan dieja) oleh orang Indonesia pada umumnya. Jadi, untuk keperluan yang tidak penting-penting amat[2], saya rasa penggunaan pseudonym ala Kopral Bambang bisa jadi solusi yang efektif. 😉

***

Nah, kemudian, tempo hari. Seseorang yang biasa menyambangi blog saya ini melempar pertanyaan yang saya tulis di awal sekali tadi. Entah bagaimana, waktu itu kami sedang ngobrol soal menikah, punya anak, dan nama orang ketika pertanyaan tersebut muncul.

“Memangnya kalau kamu punya anak, nama apa yang bakal kamu kasih? Ciel?” :mrgreen:

Terlepas dari berbagai compliment saya mengenai karakter yang satu itu, tetap saja ada masalah. Bagaimanapun, saya sendiri memandang “Ciel” sebagai nama yang berpotensi mengalami kerusakan dan dirusakkan oleh orang-orang Indonesia pada umumnya. x(

Nama ini, aslinya dibaca “Siél” (IPA: /sjɛl/ ).

Dalam bahasa Prancis, artinya “langit” (well, sama dengan “Sora”. Didn’t I say that we have many things in common back then? 😛 )

Tapi saya yakin, akan banyak yang membacanya dengan huruf “c”.

Bahkan saya curiga, beberapa orang akan membuang huruf “i”-nya, sehingga mereka akan memanggilnya “Cél” saja.

Jadi? Jelas sekali bahwa nama yang satu ini juga beresiko! 👿

Lantas, bagaimana dong? Tentunya Anda bisa memilih nama ‘biasa’ yang gampang diucapkan dengan benar, atau malah nama ‘unik’ yang cuma sedikit orang yang tahu cara mengucapkannya. Tapi, susahnya, kalau Anda menyandang nama yang unik (dan terkesan ‘wah’ atau malah classy), bukan tak mungkin nama Anda disalah-sebut dan dihancurleburkan oleh orang-orang di sekitar Anda. 😦

Ada saran? ^^;;

 

 

—–

Catatan:

 
[1] Dialek Jakarta dari “sok tahu”. Sebetulnya sih saya tertarik memakai kata ini gara-gara disebutin sama mbak ini waktu nulis komen di post yang lalu. ^^

[2] Hal-hal nggak penting… misalnya kalau Anda mengantri di apotik, atau memesan satu bungkus roti bun panggang yang bisa Anda bawa pulang. Selengkapnya, baca di post Kopral Geddoe yang saya link di atas. 😛

Read Full Post »