Pembaca reguler blog ini mungkin sudah tahu bahwa saya sangat suka main-main dengan nama dan etimologi (salah satu contohnya bisa dibaca di tulisan yang ini). Bagi saya, mengamati nama orang bisa dibilang sebagai hobi — setiap kali mendengar nama yang lumayan catchy, biasanya saya akan tergelitik dan mencari akar katanya. Malah, kalau perlu, pergi ke internet dan mencari asal-usul nama tersebut… tapi bukan itu yang hendak kita bahas kali ini.
Nah, salah satu yang sering saya perhatikan adalah nama anak perempuan Indonesia zaman sekarang (baca: kelahiran ’90-an). Ternyata, banyak di antara mereka yang nama depannya berakhiran -ia! ๐ฎ
Anda mungkin tak begitu yakin, tapi, kalau mau contoh, Anda bisa lihat judul tulisan di atas. Artemia, Alifia, Lavinia, Aurelia — nama-nama yang bisa Anda temukan kalau Anda main ke SD terdekat dan mengecek daftar absennya. Menurut saya ada semacam pola di sini.
Tentunya kecenderungan tersebut bukannya tanpa alasan. Kenapa bisa begitu, nah, ini ada ceritanya lagi.
Back to The Past:
Nama-nama Feminin dalam Mitologi Romawi-Yunani Kuno
Sahibul hikayat, masalah nama ini bermula ribuan tahun lalu, ketika orang-orang Yunani (dan Romawi) sibuk berkisah tentang para dewa. Bahasa Latin dan Yunani sama-sama diturunkan dari rumpun Bahasa Indo-Eropa — rumpun bahasa ini mempunyai kecenderungan menitipkan akhiran -a pada kata benda bersifat feminin.[1]
Bisa ditebak, kebiasaan tersebut kemudian terbawa dalam pemberian nama tokoh-tokoh dalam mitologi mereka. Sedemikian hingga muncullah nama-nama tokoh (wanita) sebagai berikut:
a) Mitologi Romawi
Aurora — dewi subuh
Fortuna — dewi keberuntungan
Minerva — dewi kebijaksanaan
Proserpina — penguasa akhirat; pendamping Pluto
Diana — dewi bulan dan perburuan
b) Mitologi Yunani*
Athena — dewi kebijaksanaan
Hestia — dewi rumah dan perapian
Rhea — ibu dari Zeus, penguasa Olympus
Europa — Putri Kerajaan Phoenicia, kekasihselingkuhanZeus
Aegina — anak perempuan Asopus (dewa sungai)
*) Beberapa nama feminin dalam mitologi Yunani tidak melulu berakhiran dengan -a, semisal: Aphrodite, Selene, Demeter. Meskipun begitu, penyandang nama berakhiran -a hampir pasti perempuan — sangat jarang tokoh laki-laki memiliki nama berakhiran -a.
Dalam hal ini, Romawi lebih konsisten dengan penggunaan nama berakhiran -a untuk wanita. Kebiasaan ini kemudian diturunkan pada nama-nama Eropa modern. (misal: “Alexandra”, “Adriana”, “Francesca”)
Penggunaan nama-nama Latin dan Yunani kemudian menyebar seiring populernya mitologi mereka ke seluruh dunia. Di masa kini, tidak ada yang mengernyitkan dahi kalau mendengar orang Indonesia bernama “Diana”, “Aurora”, atau “Hestia”… atau orang Amerika bernama “Rhea”.
Seolah-olah, orang berlomba memberi nama anak perempuan berbau Eropa dan berakhiran -a! Kalaupun ada yang kurang terkenal, barangkali hanya “Medea” saja.
*dilempar sandal sama mbak rise*
*bletaaakkk* xP
Akhiran -a: Bukan Hanya Milik Eropa
Sebagaimana sudah disebut di atas, nama yang memiliki akhiran -a umumnya akan terkesan feminin. Ini agak aneh; saya juga tidak tahu kenapa bisa begitu (barangkali ada penjelasan psikoakustik di baliknya). Satu hal yang jelas, lebih mudah menemukan nama anak perempuan — di berbagai belahan dunia — yang berakhiran -a daripada (misalnya) -o atau -i.[2]
Saya pernah iseng mengamati daftar nama peserta kuliah di kampus. Kelasnya cukup besar, sekitar 100-an orang, dan bersifat lintas angkatan. Apa yang didapat? Ternyata saya menemukan nama-nama seperti “Dita”, “Paramita”, dan “Annisa”. Nama-nama itu jelas bukan nama Yunani, apalagi Romawi — tapi ternyata tunduk juga pada akhiran -a. ๐
Yang paling sering jadi korban ‘trend’ ini adalah nama-nama berbau Arab (e.g. “Annisa”, “Rizka”, “Zulaikha”), disusul nama-nama berbau Eropa (“Diana”, “Selena”, dst). Adapun nama-nama lokal Indonesia umumnya lebih banyak melawan arus dengan berakhiran -i, semisal “Miranti”, “Sundari”, atau “Astri”.
Sepertinya ada sesuatu di balik nama berakhiran -a yang membuatnya terkesan feminin. Atau tidak. Tapi, mengingat saya sendiri punya kesukaan pada sebuah nama berakhiran -a (Elesia!) … bukan mustahil kecenderungan di atas memang ada sesuatunya. ^^;
Genderflip Technique:
[male name] + [-a] / [-ia] = [female name]
Hal menarik lain yang saya temukan, sehubungan dengan akhiran -a yang sudah dijelaskan di atas, adalah bahwa tidak sulit mengubah nama laki-laki menjadi nama perempuan. Cukup modifikasi akhiran nama tersebut menjadi -a atau -ia, dan voila — nama perempuan pun didapat.
Orang yang biasa memperhatikan nama Eropa, mungkin akan bilang bahwa saya sedang menyampaikan hal basi. Tapi, tidak — masalahnya bukan itu. Bahwasanya, teknik ini berlaku relatif universal! ๐ Bukan saja untuk nama berbau Eropa, melainkan juga nama Semitik (Timur Tengah) dan Slavik (Eropa Timur).
Misalnya contoh-contoh di bawah ini.
a) Eropa Barat (Latin/Yunani)
Adrian + [-a] = Adriana
(asal bahasa: Latin. etimologi: Hadria, atau Laut Adriatik)Aurelius + [-ia] = Aurelia
(asal bahasa: Latin. etimologi: aurum, “emas”)Alexander + [-a] = Alexandra
(asal bahasa: Yunani. etimologi: alexo + andros, “penguasa”)Theodoros + [-a] = Theodora
(asal bahasa: Yunani. etimologi: theos + doros, “pemberian Tuhan”)
b) Semit (Timur Tengah)
Daniel + [-a] = Daniela
(asal bahasa: Hebrew. etimologi: daniyyel, “God is my Judge”)Darius + [-ia] = Daria
(asal bahasa: Farsi. etimologi: dรขrayavahush, “possessing goodness”)Rizki + [-a] = Rizka
(asal bahasa: Arab. etimologi: rizq, “rezeki/berkah”)Amal + [-ia] = Amalia
(asal bahasa: Arab. etimologi: amal, “tindakan/perbuatan positif”)
c) Slavik (Eropa Timur)
Yevgenii + [-a] = Yevgenia
(asal bahasa: Rusia. etimologi: Yunani eu + genes, “well-born”)Radomir + [-a] = Radomira
(asal bahasa: Slav. etimologi: rad + mir, “kebahagiaan dan kedamaian”)Stanislav + [-a] = Stanislava
(asal bahasa: Slav. etimologi: stan + islav, “stand with glory”)
Sebagaimana bisa dilihat, penambahan -a atau -ia pada nama pria, dalam banyak kasus, bisa menghasilkan nama feminin yang relatif catchy. Tak banyak yang tahu bahwa “Aurel” aslinya nama pria[3] — kan begitu? Tapi nyatanya sekarang banyak anak perempuan bernama “Aurelia”. Hanya dengan menambahkan akhiran -ia, nama yang ‘cantik’ pun terbentuk.
Saya suka sekali main-main dengan penambahan -a dan -ia ini. Kalau misalnya ada pemain bola bernama Andrei Arshavin, maka saya tinggal menambahkan dua huruf ‘a’, dan jadilah…
Andrea Arshavina
Hey, that’s one pretty name. Saya rasa, kalau saya berkeliaran di Facebook pakai nama itu — sembari memasang foto gadis cantik di homepage — akan banyak orang terjebak meng-add saya. Tapi itu cerita lain lagi untuk saat ini. ๐
Akhir Kata…
Jadi, kesimpulan yang saya dapat hasil bongkar-bongkar nama orang selama ini adalah: kalau orang ingin menciptakan nama wanita yang catchy — baik itu untuk nama anak, hewan peliharaan, ataupun tokoh cerita — maka yang harus dilakukan adalah bermain-main dengan huruf ‘a’. Entah dengan menambahkan akhiran -ia, atau malah cuma menempel buntut huruf -a saja.
Huruf ‘a’ itu sakti: manfaatkan dengan benar, dan Anda mendapatkan nama feminin yang berpotensi terdengar cantik. Pokoknya, semakin banyak main ‘a’ dan ‘ia’, makin bagus! Buktinya sudah banyak di atas, dan bisa saya contohkan lagi berikut ini.
Kalau Anda lebih suka nama bergaya Barat, ada Aurora, Artemia, Lavinia, Laura, dan Olivia.Kalau Anda lebih suka nama Arab, ada Aisha, Fadila, Fathia, Zahra, dan Nadia.
Atau, kalau Anda lebih suka nama Eropa Timur: Svetlana, Ludmilla, Lara, Yevgenia, Adriana.
Saya bertanya-tanya, apa mungkin ada “sihir” tertentu di balik bunyi vokal ‘a’ dan ‘ia’. Sepertinya tak ada nama perempuan yang jelek kalau bumbu tersebut dipakai dengan tepat. Bahkan nama yang tadinya sudah bagus seperti “Windri” pun, seolah jadi lebih eksotis kalau disebut “Windria”.
Boleh jadi ada sesuatu dalam psikologi manusia yang membuat nama-nama tersebut terkesan manis. Entah apa. Mungkin bisa jadi bahan yang penelitian yang bagus untuk para linguis dan psikolog. Siapa yang tahu? ๐
***
In all fairness, though, mari kita sama-sama berharap satu hal: agar nama-nama tersebut tidak ditemukan (dan dijadikan judul) oleh para pembuat sinetron Indonesia. Sejujurnya, saya sering miris dengan hal yang satu ini.
Sekarang ini amat jarang ada nama anak perempuan yang belum dijadikan judul sinetron. Mulai dari Fitri, Khanza, Melati untuk Marvel, Cahaya, Intan, Amanda… semua sudah dibuat. Berbagai sinetron tersebut dibuat secara kejar tayang. Dengan akting yang teramat biasa, juga dengan jalan cerita yang begitu saja. Saya tidak tahu bagaimana dengan Anda — tapi, yang jelas, saya akan kecewa sekali kalau nama seperti “Minerva” ternyata ujung-ujungnya jadi gadis menderita obyek siksaan tante galak.
Sebab, for God’s sake: Minerva itu Dewi Kebijaksanaan Romawi, tahu! Mana bisa yang seperti itu disuruh ngepel, dimarahi, dan dibuat menangis demi simpati pemirsa!! ๐ฟ ๐
——
Catatan Kaki
Beberapa contohnya bisa dilihat di:
Grammatical gender @ Wikipedia Bahasa Inggris.
Adapun untuk penjelasan yang lebih formal dan bersifat textbook, bisa Anda baca di:
Indo-European Linguistics oleh John Clackson (2007), chapter 4.4., pp.104-111.
(*disclaimer: saya cuma baca e-book-nya, jadi tidak beli dari situs ybs. ๐ )
Pembahasan yang cukup menarik saya temukan di arsip milis LinguistList.org, bertanggal 18 Februari 2000. Salah satu kesimpulan akhirnya adalah, walaupun tidak ada aturan baku tentang akhiran -a pada nama feminin, kecenderungan tersebut memang ada dan valid secara statistik.
Paper terkait yang juga menarik, dirujuk oleh post milis tersebut:
Elizabeth and John: Sound patterns of men’s and women’s names
oleh E.A. Cutler, J.M. McQueen, dan K. Robinson. (1990)
Saya sering bingung setiap kali orang menyebut “Aurel” sebagai nama perempuan. Sejauh yang saya tahu, “Aurel” aslinya adalah nama laki-laki — yang mana nama ini disandang oleh beberapa figur sebagai berikut.
- Marc Aurel (sebutan kasual untuk: Marcus Aurelius Antoninus Augustus)
- Aurel Stein (arkeolog asal Hungaria)
- Aurel Vlaicu (penerbang asal Rumania)
Granted, apabila ditambahi akhiran -ia, nama ini menjadi nama perempuan (“Aurelia”). Meskipun begitu, tanpa imbuhan tersebut, “Aurel” adalah nama laki-laki dan umum menjadi nama depan di wilayah Eropa Tengah (e.g. Rumania dan Hungaria).
Sebelum memulai saya akan melempar sepatu boot dulu ke sora ๐
*lempar sepatu boot ke sora*
Info, nama Andrea, yg notabene berakhiran -a, kalau di Italia itu masuk kategori nama lelaki ๐ Kalaupun ada nama perempuan Andrea di Italia, itu merefer ke ‘Andrea yang lain’, misalnya Andrea The Corrs ๐
Tapi, memang mesti saya akui kalau rata-rata nama feminin itu berakhiran -a. Kebanyakan teman saya juga begitu sih, dari mulai dita, maria, rika, lila, dan
sorabanyak lagiAh, btw, emang bakal aneh kalau ada syaitonetron berjudul Minerva atau Athena yang tokoh utamanya hobi mewek dan sering disiksa. Jadi berat di nama ๐
Hee~
-a? -ia?
Saya malah berpikir menamai anak saya (perempuan) Rei Ayanami ๐
Iori Yoshizuki also can.
@potato
Aaa… ๐
Marco Amelia
Gianluca Zambrotta
Andrea Dossena
Vincenzo Iaquinta
Fabio Quagliarella
Giuseppe Mascara
…Sora *dilempar wajan* xD
I (heart) Angelina..
Errr… pesan moral: hati-hati dengan nama Andrea Arshavina di Facebook (?)
Jadi nanti saya pake ID Ryana Giggsa, ah, terasa aneh.. mungkin Wells Language a.k.a Cymraeg tidak masuk pakem ‘a’ ini ya?
@ potato
Sebelum menanggapi, saya akan menghindari lemparan sepatu bot dulu. ๐
*menghindar*
**gak jelas**
Yup, betul. Khusus Italia, “Andrea” lebih sering dipakai untuk nama laki-laki. Kalau di negara Eropa lain, biasanya ada pasangan nama pria/wanita — Andre/Andrea, Andrzej/Andrzeja, Andreas/Andrea.
Di Italia sepertinya hanya untuk pria saja. ^^;
Konon katanya, kecenderungannya memang begitu di seluruh dunia. (o_0)”\
BTW nama “sora” enggak termasuk. Dia asalnya dari bahasa Jepang; itu bukan rumpun Indo-Eropa!“Minerva” gitu loh… ^^;;
/kesannya gagah dan berwibawa
//gak cocok buat nama tokoh tertindas IMHO
:::::
@ lambrtz
Sebenarnya sistem penamaan yang saya bahas di atas khusus untuk rumpun bahasa Indo-Eropa. Sedangkan bahasa Jepang itu rumpunnya dari Japonic-Ryukyuan. (beda keluarga) ^^a
Walhasil, kecenderungan -a seperti di atas nggak berlaku buat nama-nama Jepang. Kalau situ tertarik ngasih nama anak Rei, Iori, atau Kaori, ya, harusnya enggak masalah. ๐
…atau, dengan kata lain…
…”Sora” itu nggak mesti jadi nama cewek dalam bahasa Jepang. Hohohoho…
/nama unisex
//bisa dipakai oleh cowok dan cewek juga
:::::
@ Nazieb
Itu termasuk nama yang jadi lebih bagus karena ditambahin ‘a’. ๐
/pendapat pribadi ๐
:::::
@ ManusiaSuper
Euh… saya sih belum pernah melaksanakan teknik ybs. Jadi sementara ini harusnya masih aman. ๐
Wah, kurang tahu. Saya nggak begitu mendalami Wales, soalnya. (o_0)”\
BTW, “Cristiana Ronalda” ?
Tp untuk keseimbangan, ada satu nama indo-eropa berakhiran -a yang jadi tanda pria sejati (paling gak abad ini)
Nikola Tesla
Coba tebak, nama depan saya dari bahasa apa dan apa artinya ๐
[…] https://sora9n.wordpress.com/2009/07/24/artemia-alifia-lavinia-aurelia/ […]
@ ryy_
Hoo, ya. Tesla memang sakti. Namanya akan terus harum selama umat manusia bergantung pada penggunaan arus AC.
/halah
//apaan sih gw
:::::
@ Nenda Fadhilah
Tergantung mau pendekatannya gimana. Bisa saja itu varian dari nama India Nanda…
…atau diminutive dari Narendra…
…atau malah singkatan dari kata “Nenenda”…
/didatengin sama yg punya nama
//dibakar hidup-hidup
///mati x(
apakah bisa disamakan dengan pengunaan akhiran “o” dalam rumpun bahasa latin (itali,spanyol,portugis) untuk menekankan nama seorang Pria ?
Robert -> Roberto
Ronald -> Ronaldo
Alexander -> Allesandro
^
Yup, bisa dibilang begitu. Akhiran -o lebih banyak dipakai di daerah2 tsb. untuk mengesankan nama maskulin. ๐
Daerah eks-jajahan Spanyol dan Portugis — seperti Meksiko, Brasil, dan Timor-Timur — juga mengikuti kebiasaan itu. Alhasil banyak pemain bola Amerika Latin yang namanya berakhiran -o. Di antaranya “Ronaldo”, “Ricardo (Kaka)”, atau “Diego (Maradona)”. ^^
Sora, kenapa nama saya di geret-geret??? HAH!!HAH!!HAH!! ๐ฟ
eh tapi saya bukan gadis menderita objek siksaan tante galak sih, malah mungkin saya yang siksa mereka ๐
^
Mana saya tahu nama asli mbak seperti apa. Lha wong tiap kali kirim e-mail, namanya selalu “Rukia Kuchiki”, kok. ๐
/ada gitu di atas
//yang mana ya? ๐
-a
-ia
……………hmmm……………..
Bagaimana dengan
Asia:
Indonesia
Malaysia
India
Georgia
Syria
Eropa:
Russia (setengah asia)
Lithuania
Romania
Slovakia
Polandia, Swedia, Finlandia, Belgia, Irlandia (lagi belajar bhs EYD)
Amerika:
Canada
Jamaica
Panama
Argentina
Kebetulan kah????
nganu…
pedangdut lokal di tempat saya kebanyakan namanya berakhiran a-a. kata pertama huruf belakangnya a, kata kedua juga a. pancen do ra kreatip
@ sora-chan
saya udah pernah bilang jangan manggil pake “mbak” kan ๐ฟ
*jadi berasa tua*
kita kan sepantaran ๐ฆ
kalo begitu saya panggil dirimu dengan Sora-chan saja
@ Ando-kun
Etapi, kan emang hampir semua negara disebutnya dengan “Her”. Jadi, sebenarnya, memang mereka itu wanita!
*aeh, serius dikit*
Ya, harus mempertimbangkan nama dalam bahasa aslinya juga sih. “Irlandia” dan “Swedia” itu kan penyebutan dlm bahasa Indonesia. Sementara nama aslinya tidak berakhiran -a sama sekali (i.e. “Ireland” dan “Sverige”).
Walaupun memang, banyak negara yang namanya berakhiran dengan -a. Saya juga kurang tahu kenapa bisa begitu. ๐
:::::
@ joesatch yang legendaris
Oh, kalau begitu, di daerah saya sedikit mendingan. Sebab penyanyi yang terkenal bernama “Inul Daratista”; cuma nama belakangnya saja yang berakhiran -a.
:::::
@ rukia^^
Panggilan “Mbak” itu nggak berhubungan dengan usia tua kalau di Jawa. Adik saya juga sering dipanggil dengan “mbak” oleh Pakde saya. Nggak masalah tuh.
Pada dasarnya, itu panggilan generik untuk wanita yg masih muda atau belum menikah. Jadi, ya, begitu deh…
Entah kenapa akhiran -a dan -ia terkesan lebih keren, dan mungkin lebih laku juga sebagai nama tokoh di shitnetron™ Indonesia. Satria, Amalia, dll. Saya juga kepikiran buat ngasih nama anak perempuan saya nantinya dengan akhiran -ia, Lymsleia misalnya.
Eniwei, kayaknya nama Reinhart Velatrache ndak termasuk terminologi apapun. Adanya malah Reinhard yang masuk bahasa Jerman.
Pandu -> Panda / Pandia?
Reinhart -> Reinhartia?
*merasa aneh* ๐
@ rukia^^
Emang namanya mbak rukia apa? Hesti? Annisa? Rizki? (ninja)
^
Sebenarnya itu bisa dianggap sebagai variant. Nama-nama yang kedengarannya mirip, penulisan dan pengucapannya bisa berbeda tergantung dialek.
Misalnya nama “Francis”, punya varian “Francesco”, “Francesc”, dan “Francois”. Kalau nama “Reinhart”, ya, bisa dianggap sebagai varian dari “Reinhard”. ๐
/IIRC “Reynald” juga termasuk rumpun variasi nama ybs
Yaa… itu kan cuma rule of thumb. Gak bisa digeneralisir lah. ๐
Nama seperti “Suryo” dan “Satrio” juga nggak bisa dibegitukan. Paling-paling jadinya “Surya” dan “Satria”… masih terasa sekali aura cowoknya. ^^;
halllo, bru balik dari ibukota, jadi dah 10 hari gak OL.
btw, soal nama sih agaknya gak menyangkut asal dan sifat seseorang yahhh.
hal itu terbukti pada temenku
namanya minerva, tapi dianya gak bijak2 amat.
hehehehe….. jadi omongin temen sendiri
Ah, Om Sora ini terlalu melanglang buana ke negara-negara antah berantah yang belum pernah saya injak. Bagaimana dengan nama-nama yang bernuansa etnik di Indonesia, misalnya dari Jawa, Sunda, Batak, Dayak, dll ? Pasti lebih hot dibandingkan dari Yunani ataupun Timur Jauh. Setuju ?
Belum lagi dengan nama-nama dari Asia Timur (Jepang, Cina, Korea) yang “menyalahi kodrat” pembuatan nama dengan imbuhan “-ia” dan “-a”. Mungkin karena bahasa mereka berbeda ya ?
Dan saya juga bisa mati keheranan kalau ketemu seorang gadis bernama Aphrodite tetapi berwajah buruk. ๐ Atau bernama Artemis tetapi lemah gemulai dan penurut.
Saya pribadi lebih suka menamai anak saya [nantinya] dengan nama-nama yang berhubungan dengan astronomi [rasi bintang, galaksi, dll]. Andromeda dan Scorpius jadi salah dua opsi favorit.
@ fertob
Kan semua ini bermula dari nama anak2 zaman sekarang yang seperti itu (baca: berakhiran -a atau -ia). Jadi jangan salahkan… kalau postingan ini akhirnya jadi begini.
/hasil observasi lingkungan
//halah!
Ada contoh Batak dan Dayak? Pengetahuan kenamaan Indonesia saya banyak terpaku di pulau Jawa, soalnya. ๐
In all fairness, nama-nama mitologi Sunda/Jawa sendiri banyak juga yang menarik. E.g. “Dewi Naganingrum”, “Drupadi”, “Gandhari”. Hanya saja penggunaannya relatif jarang. Rasa-rasanya kalah pamor dibandingkan nama Jawa keseharian seperti “Astri”, “Indri”, “Ningsih”, dsb.
Budaya Jawa juga belum kalah dlm memproduksi nama maskulin, kok. Lha suku katanya berakhiran -o? ๐ Kalau orang dengar nama “Satrio”, “Siswono”, atau “Susilo Bambang Yudhoyono”, hampir pasti terbayang sosok pria berbadan tegap.
Setahu saya sih itu karena rumpun bahasanya memang beda. Seperti reply saya buat mas lambrtz, -a dan -ia adalah karakteristik Indo-Eropa. Sementara, Jepang-Korea dan Cina nggak termasuk rumpun bahasa ybs. (o_0)”\
(Indo-Eropa rasanya cuma sekitar Eropa dan Asia Barat? CMIIW)
Eh, tapi rasi bintang juga banyak yang asalnya dari mitologi. Andromeda bukannya ceweknya Perseus? ๐
^
Bukan, dalam suatu pertarungan justru Andromeda Shun malah sempet dibutakan matanya oleh Perseus Algol!
/maniak Saint Seiya
//dibantai sora
^
๐ฏ
*sembah-sembah mas jensen* ^:)^ ^:)^
Gile, ada yang masih ngikutin Saint Seiya. Udah berapa tahun tuh serial? ๐
^
Denger-denger ada Saint Seiya: The Lost Canvas. Itu yang baru, bukan?
jadi inget waktu adik saya mau lahir..
Ibu saya uda ngeceng nama ‘khlomeratz’.. Lalu kalo perempuan? Pakai rumus [+ i].. Khlomerati..
Jiahaha untung lahirnya lelaki ;D
^
…betul-betul nama yang unik dan catchy.
Kalo Kazumi itu maskulin pa feminin?
Begitu juga Getzu?
Klo sy search di google sih,sptnya kedua nama itu sih rumpun2 b.jepang gitu….
Bisa tanya artinya g bro…..kedua nama itu….
sory n thx b4
๐
^
Feminin, sepertinya. ๐ Setahu saya sih, nama depan Jepang berakhiran -mi itu umumnya feminin — e.g. Azumi, Arumi, Kumi, Kotomi, Ayumi, dsb.
Kalau nama Jepang yg terdengar mirip “Kazumi”, tapi untuk laki-laki, jadinya “Kazuma”. ๐
Getzu itu bukan nama Jepang. ^^;; Di bahasa Jepang nggak ada huruf “tzu”. Kalau mau ditulis pakai kana jadinya,
Mengenai feminin atau maskulin, sebenarnya ga ada patokan baku — benar2 tergantung pada kesepakatan masyarakat & budayanya. Yang bisa dinilai cuma kecenderungannya saja.
(misal: akhiran -a dan -ia di atas; -mi yang disebut sebelumnya)
“Getzu”, sejauh yang saya tangkap, terdengar modern/buatan sendiri (=tidak punya akar budaya). Jadi ya suka-suka saja mau dijadikan feminin atau maskulin.
(etapi buat saya “Getzu” terdengar maskulin sih ๐ )
Hmm, begini. Nama Jepang itu rada unik. Kalau mau mencari artinya, nggak bisa cuma modal huruf latin. Harus tahu bentuk kanjinya juga.
Nama yang sama, kalau kanjinya berbeda, artinya jadi berbeda. Misalnya contoh berikut:
Kurang lebih begitu. ^^ Jadi sebenarnya nama Jepang itu amat fleksibel. Bunyinya seperti apapun, kalau diberikan kanji yang cocok, maka artinya akan mengikuti kanji tersebut. ๐
* * *
Di sisi lain ada juga nama Jepang yang ditulisnya tidak pakai kanji, melainkan dengan hiragana atau katakana. Kalau begini biasanya pengartiannya diserahkan pada penggunaan sehari-hari (i.e. seperti yang tertera di kamus).
Susahnya… kalau nama tersebut tidak ada artinya di kamus. Nama seperti “Mikuni” ( ใฟใใซ ) (as in “Mikuni Shimokawa”) termasuk model ini. Ditulisnya tanpa kanji, tapi bukan kata yang umum. Walhasil artinya jadi ga jelas. XD
* * *
Kira-kira seperti itu penjelasannya. Semoga membantu. ๐
Wah….applous for your explanation.
Trimakasih atas pencerahannya ya bro….
Klo Getzu sih sbnrnya dari Getsu,tp disini da nama jalan Gatsu…ya di belokin dikit lah jd Getzu…
trully both kazumi and getzu adalah singkatan real name sy…kr tuh pgn tau ja artinya…..
Kapan2 klo da waktu dibahas lagi deh…
sepertinya masbro sibuk ya…..
*sy juga sibuk mksdnya,wlopun skripsi masih tahun depan
anyway smngat ya bro…..keep fighting ๐
^
Saya nggak lagi sibuk skripsi kok. ^^;;
Tapi, ya, ada urusan ini-itu di dunia nyata. Walhasil jarang update. ๐