Catatan:
Ditulis setelah membaca post ini dan ini.
Catatan II:
Tulisan ini bersifat melengkapi dengan post tentang metodologi ilmiah yang saya tulis beberapa bulan lalu.
Catatan III:
Saya merasa akan ada di antara pembaca yang penasaran, apakah saya sudah membaca Origin of Species, buku Harun Yahya, dan lain sebagainya. Sebenarnya pertanyaan ini fallacious — tapi kali ini biar saya tekankan bahwa saya sudah membaca buku-buku itu. ๐
BTW, link untuk PDF Origin of Species: [here]. Silakan diunduh kalau berminat. ๐
Catatan IV:
Update dilakukan berdasarkan komentar yang masuk.
(terakhir: Senin 17/8/2009)
Sebetulnya saya sudah capek membahas tema yang satu ini, terutama bila mengingat bahwa debat evolusi-kreasi — pada umumnya — berakhir ramai-rusuh dan tak berujung-pangkal. Meskipun begitu, ada satu hal yang saya sadari berkenaan dengan hal itu.
Bahwasanya, banyak orang yang menyerang teori evolusi biasanya tidak memahami hakikat dari teori itu sendiri. Argumennya asal-asalan. Bahkan cenderung sok tahu — kalau kata tersebut dianggap bisa cukup mewakili.
Padahal, “Teori Evolusi” yang sebenarnya tidaklah seperti yang dibicarakan itu! Boleh-boleh saja kalau mau berdebat, tapi mbok ya pake argumen itu yang benar. Sia-sia saja Anda berdebat sampai capek, tapi inti masalahnya saja nggak ngerti. ๐
Jadi, untuk kali ini, saya mencoba merangkum berbagai kesalahan mendasar tentang evolusi yang pernah saya temukan — baik di blogosphere maupun forum-forum internet pada umumnya — dan memberikan penjelasan tentangnya. Seperti apa argumennya, here goes.
I. Tentang Definisi dan Konsep “Teori”
1. Apa itu Teori Evolusi?
Singkatnya, Teori Evolusi adalah sebuah upaya untuk menyelidiki penyebab (dan proses) terbentuknya keragaman spesies yang kita lihat saat ini. Proses perubahan ini terjadi melalui mekanisme berupa adaptasi dan seleksi alam.
Evolusi berasumsi bahwa pada awalnya hanya terdapat satu/sedikit spesies di muka bumi milyaran tahun lalu. Dari spesies perintis itu, terjadi upaya adaptasi berdasarkan keadaan alam yang berbeda-beda. Hasil adaptasi ini kemudian diturunkan pada anak-cucu dari makhluk perintis tersebut; mengesankan terjadinya perubahan perlahan-lahan menuju bentuk yang lebih sempurna.
2. Evolusi itu cuma teori. Bukankah teori itu kedudukannya lemah?
Tolong jangan samakan kata “teori” antara penggunaan sehari-hari dan penggunaan ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa menyatakan kata “teori” sebagai dugaan-dugaan yang minim/tanpa bukti. Dalam terminologi ilmiah, “teori” adalah rumusan perilaku alam berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan — di mana rumusan ini telah diuji secara akademik dan diakui oleh masyarakat sains.
Evolusi adalah sebuah teori, sama halnya dengan Teori Relativitas Khusus dan Mekanika Kuantum. Kedudukannya kokoh sampai ada teori baru yang siap menggantikannya.
Lebih lengkap tentang ini, silakan cek di: [post ini] atau notjustatheory.com.
3. Akhir-akhir ini banyak ilmuwan mengungkapkan berbagai “lubang” yang tak mampu dijelaskan oleh Teori Evolusi. Misalnya di buku Harun Yahya. Bukankah kalau begini harusnya Teori Evolusi sudah diganti?
Saya ingin menjawab pertanyaan ini dalam tiga bagian.
Pertama, mengenai prosedur penggantian Teori Evolusi. Sebelum ini saya pernah menulis mengenai cara menjatuhkan Teori Evolusi. Teori Evolusi sudah berhasil menjelaskan banyak gejala alam dan keragaman spesies. Misalnya spesiasi, diferensiasi, homologi, keberadaan junk DNA, dan juga keberadaan organ minor yang terdapat dalam tubuh hewan dan manusia (e.g. usus buntu dan tulang ekor).
Apabila seseorang ingin agar Teori Evolusi diganti, ia harus mempersiapkan teori baru yang mampu menyamai keberhasilan Teori Evolusi sekaligus menjelaskan hal-hal (“lubang”) yang tadinya tak terjelaskan oleh evolusi. Selanjutnya bisa Anda baca di [post ini].
Kedua, terkhusus mengenai argumen kreasionis, utamanya buku Harun Yahya. Kebanyakan argumen tersebut tidak melakukan cover both side. Di satu sisi mereka menampilkan para ilmuwan yang mengkritik evolusi, tetapi di sisi lain sama sekali mengabaikan keberhasilan ilmiah yang sudah dicapai oleh Teori Evolusi. Sehingga terkesan bahwa evolusi benar-benar berada di ambang kehancuran; padahal kenyataannya tidaklah seperti yang digembar-gemborkan.
Catatan terkait tentang Harun Yahya: [link].
Ketiga, pihak kreasionis umumnya mengklaim karya mereka sebagai “bersifat ilmiah”. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Karya-karya mereka tidak pernah mengalami peer-review, sistem pengujian akademis di mana paper mereka dicek dan dinilai oleh para ilmuwan yang berkompeten.
***
II. Kesalahan Argumen terkait Ancestry
4. Benarkah Teori Evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta by chance?
Tidak. Pendapat tersebut adalah klaim abiogenesis, dan tidak berkaitan dengan Teori Evolusi.
Abiogenesis adalah cabang ilmu yang khusus membahas kemungkinan asal mula organisme di muka bumi. Sedangkan Evolusi membahas bagaimana keragaman makhluk hidup tercipta dari makhluk awal yang muncul di muka bumi. Awal mula kehidupan bukan fokus yang dibicarakan dalam Teori Evolusi.
5. Terkadang ada spesies purba yang hidup sampai masa modern ini, misalnya coelacanth, ikan purba itu hidup berdampingan dengan ikan modern. Padahal harusnya sudah punah karena berevolusi.
Bukankah ini membuktikan kesalahan Teori Evolusi?
Tidak begitu. Evolusi terjadi secara bercabang dan tidak mesti linear. Penjelasan lebih lanjut tentang ini, silakan klik [di sini]
Dengan demikian sangat mungkin spesies yang lebih purba dapat hidup berdampingan dengan spesies modern. Spesies purba bisa saja mengalami perlambatan evolusi apabila sistem biologisnya sudah cukup sesuai dengan lingkungan tempatnya hidup; lantas bertahan sampai zaman modern ini.
6. Menurut Teori Evolusi, nenek moyang manusia adalah monyet. Benarkah?
Salah. Teori Evolusi tidak menyatakan monyet sebagai nenek moyang manusia. Yang dinyatakan oleh Teori Evolusi adalah bahwa “manusia, monyet, dan primata lainnya diturunkan dari nenek moyang yang sama”. Spesies nenek moyang ini dihipotesiskan sebagai sebentuk primata purba (Great Apes).
Lihat juga: [prinsip common descent]
7. Bagaimana dengan fosil peralihan. Saya dengar jumlah fosil peralihan yang ditemukan hanya sedikit, bahkan hampir tidak ada?
Klaim ini agak berlebihan. Hingga hari ini, diperkirakan sebanyak 70.000 spesies purba telah diidentifikasi dari sekitar 300.000 penemuan fosil — yang mana sebagian besar menunjukkan kecocokan dengan prediksi Teori Evolusi.
Daftar fosil yang cukup lengkap, beserta penjelasannya, dapat dilihat di link-link sbb:
[Transitional Vertebrate Fossils FAQ]
[List of Transitional Fossils]
[Taxonomy, Transitional Forms, and the Fossil Record]
Di satu sisi, harus diakui bahwa data fosil yang didapat masih terkesan snapping dan tidak mulus. Meskipun demikian, absennya fosil ini dapat dinisbahkan pada dua faktor: (a) kemampuan struktur jaringan organisme melawan dekomposisi, dan (b) aktivitas geologi di situs fosil. Ibaratnya, fosil dinosaurus sekalipun akan hancur jika terletak di daerah yang berkondisi geologi ekstrim.
Dengan demikian, meloncat-loncatnya data hasil penemuan fosil dapat dijelaskan secara logis, bukan berarti cacat di argumen Teori Evolusi.
***
III. Kesalahan Argumen terkait Adaptasi, Mutasi, dan Spesiasi
8. Konon, ide utama Darwin adalah: makhluk hidup berubah bentuk sebagai hasil adaptasi, dan mewariskannya pada keturunan. Benarkah?
Ini ada benarnya, tapi agak salah kaprah. Perubahan bentuk dan pewarisan adaptasi bukan ide utama yang digagas Darwin — ini adalah teori Lamarck. Teori ini sempat dijelaskan di materi biologi SMP kita.
Lamarck mencontohkan jerapah yang tadinya berleher pendek berupaya menggapai dedaunan yang tinggi. Akibatnya mereka mengalami perubahan morfologi menjadi jerapah berleher panjang. Perubahan ini kemudian diwariskan pada keturunan mereka.
Sedangkan gagasan utama Darwin adalah seleksi alam. Spesies harus bertarung dan beradaptasi melawan seleksi alam. Apabila tidak mampu, maka spesies tersebut akan mati dan tersisih dari muka bumi.
Seleksi alam di sini adalah driving power. Perubahan bentuk, atau adaptasi morfologi, adalah efek samping. Jika makhluk hidup perlu berubah untuk menghadapi seleksi alam, maka mereka akan berubah. Tetapi, jika tidak perlu berubah, maka mereka tidak akan berubah.
(baca juga: kasus coelacanth di FAQ #5 ; FAQ #9 di bawah ini)
9. Terkait dengan pertanyaan sebelumnya. Lalu, bagaimana sebenarnya mekanisme evolusi itu?
Terdapat empat pilar yang menjadi landasan Teori Evolusi modern, yakni: (1) mutasi, (2) migrasi (gene flow), (3) pergeseran kesetimbangan genetik (genetic drift), dan (4) seleksi alam.
Nah, empat variabel ini kemudian saling berinteraksi di alam. Sedemikian hingga mengakibatkan terjadinya salah satu dari dua kemungkinan: apakah makhluk hidup akan berubah jadi spesies baru (berevolusi), atau bisa beradaptasi tanpa perlu berubah (tidak berevolusi). ๐ Perlu juga dicatat bahwa interaksi empat variabel tersebut berbeda-beda di tiap ekosistem.
Lebih lanjut mengenai mekanisme evolusi, bisa dibaca di blog Dongeng Geologi:
[Evolusi (4) – Mekanisme Evolusi #1]
[Evolusi (4) – Mekanisme Evolusi #2]
10. Bukankah mutasi itu umumnya berdampak buruk? Misalnya mutasi akibat radiasi nuklir…
Terlalu menggeneralisir. Pada kenyataannya, mutasi tidak selalu merugikan — melainkan juga bisa menguntungkan, atau malah bersifat netral.
Contoh untuk mutasi yang merugikan, misalnya diakibatkan oleh radiasi nuklir yang sudah disebut. Mutasi yang menguntungkan terjadi pada kasus resistensi hama terhadap pestisida (kekebalan tubuh meningkat, memperbesar kemungkinan survive). Sedangkan mutasi yang bisa dikategorikan netral adalah perubahan warna kupu-kupu Biston betularia sebagai akibat paparan limbah industri.
Lebih lanjut tentang bahaya atau tidaknya mutasi genetik, bisa Anda baca di [link ini]
11. Sebagai bukti terjadinya makroevolusi adalah spesiasi, yakni munculnya spesies baru, dari makhluk hidup sebelumnya, sebagai hasil adaptasi. Konon peristiwa ini hanya mitos/belum pernah teramati?
Tidak benar. Para ilmuwan sudah berhasil mengamati terjadinya spesiasi di laboratorium, baik dengan subyek hewan maupun tumbuhan. Salah satu percobaan paling terkenal melibatkan lalat buah Drosophila melanogaster — hal ini sempat disinggung di materi biologi SMA kita.
Lebih lanjut, silakan klik: [Observed Instances of Speciation]
12. Evolusi meramalkan perkembangan organisme bersifat acak. Bagaimana mungkin keragaman makhluk hidup, yang begitu mendetail, dihasilkan dari keacakan?
Argumen ini memiliki kesalahan mendasar. Proses evolusi tidak terjadi dengan murni acak — melainkan acak secara kumulatif.
Pengertian acak secara kumulatif dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Terdapat kotak berisi 16 buah bola bilyar. Teman Anda kemudian meminta Anda mengambilkan empat buah bola dengan nomor: 1, 3, 9 dan 16.
Kemudian Anda ambil empat bola secara acak. Anda dapat bola nomor: 1, 2, 6, 8
Bola nomor 1 cocok dengan permintaan teman Anda. Maka Anda berikan padanya. Sedangkan bola 2, 6, dan 8 Anda kembalikan ke kotak.
Kemudian Anda ambil empat bola lagi. Kali ini didapat nomor: 4, 7, 9, 11
Maka Anda berikan bola 9. Sisanya, yang tidak cocok, Anda kembalikan ke kotak.
Demikian seterusnya, hingga teman Anda memiliki bola-bola bernomor: 1, 3, 9, dan 16
Di sini kita lihat bahwa prosesnya tidak murni random. Jika ada hasil yang sudah cocok, maka hasil itu akan dipertahankan. Inilah yang dimaksud sebagai acak secara kumulatif. ๐
Nah, demikian pula perkembangan organisme menurut evolusi. Keragaman yang dicapai saat ini didasarkan pada prinsip acak secara kumulatif, bukannya acak begitu saja. Lebih lanjut, saya sarankan Anda membaca buku (atau e-book) Richard Dawkins: “The Blind Watchmaker”. Penjelasan beliau di situ sangat populer dan mudah diikuti. ๐
13. Jika benar evolusi berlangsung, mengapa kita tidak pernah melihat hewan campuran? Misalnya setengah beruang-setengah hiu, atau setengah kucing-setengah burung…
Argumen ini terlalu menyederhanakan persoalan. Evolusi tidak bekerja sedrastis itu. Jika terjadi perubahan bentuk tubuh (adaptasi morfologi), maka perubahan itu akan berlangsung sedikit-sedikit dan tergantung kebutuhan.
Misalnya Plesiosaurus, kakinya yang berbentuk sirip diduga hasil adaptasi dari kaki sejenis Apatosaurus. Sementara leher dan bentuk kepalanya tetap. Di sini kita lihat dia bukan setengah ikan-setengah dinosaurus, melainkan lebih banyak elemen dinosaurusnya.
Jadi tidak otomatis bahwa beruang masuk ke laut akan menjadi setengah-hiu dalam jutaan (atau milyaran) tahun. Evolusi adalah sedikit-sedikit dan tergantung kebutuhan, bukannya bagi rata.
***
IV. Kesalahan Argumen terkait Aspek Filosofis dan Sosial dari Evolusi
14. Konon Teori Evolusi menafikan keberadaan Tuhan. Benarkah ini?
Tidak mesti begitu. Sebab:
Yang menafikan keberadaan Tuhan adalah prinsip abiogenesis. Silakan lihat pertanyaan no. 4.
Evolusi tidak membahas bagaimana makhluk hidup tercipta, melainkan bagaimana makhluk hidup menyesuaikan diri untuk bisa survive di lingkungan alam.
Bagaimanapun makhluk hidup tercipta, evolusi akan jalan terus. Tak peduli apakah makhluk hidup pertama diciptakan oleh Tuhan, atau secara by chance, atau malah diletakkan bibitnya oleh alien dari planet X. Evolusi mencoba menjabarkan bagaimana kehidupan berkembang setelah makhluk pertama muncul.
Lihat juga:
[theistic evolution], bahasan kontemporer tentang evolusi yang didahului Penciptaan.
[esai terkait theistic evolution] karya Theodosius Dobzhansky.
15. Bagaimana dengan pandangan berikut: bahwasanya Teori Evolusi menanamkan pandangan materialisme dan menjauhkan dari Tuhan/Agama?
Ini mah kata Harun Yahya. Meskipun begitu, jawabannya bisa dijabarkan sebagai berikut:
Beliau masih salah membedakan antara Teori Evolusi dan abiogenesis…
Kalau abiogenesis, memang berkaitan dengan kemunculan makhluk hidup dari benda mati. Tapi, evolusi? Lha, wong membahas adaptasi makhluk hidup kok dikait-kaitkan dengan materialisme, Tuhan, dan agama.
Kurang nyambung toh Pak… ๐
16. Saya dengar Teori Evolusi merupakan proyek propaganda Zionis dan Freemason. Benarkah?
Yeah, right… ๐
Mungkin Anda tertarik membaca [komik ini]. ๐
17. Dulu pernah ada kasus pemalsuan fosil, yakni Manusia Piltdown dan Manusia Nebraska. Bukankah ini artinya Teori Evolusi dibuat-buat?
Saya tak akan menjelaskan panjang lebar di sini, karena ruangnya tidak cukup. Meskipun begitu, Anda bisa baca link-link berikut:
[Piltdown Man Chronology]
[Piltdown Man: Case Closed]
[Creationist Arguments: Nebraska Man]
Dan Anda akan menemukan bahwa: (1) motivasi utama pemalsuan Piltdown bukanlah untuk mengokohkan Teori Evolusi, melainkan ambisi pribadi penemunya, (2) sebagian besar ilmuwan tidak mengakui ilustrasi manusia Nebraska ketika gambar tersebut dirilis, dan (3) dalam kasus Piltdown maupun Nebraska, para evolusionis sendirilah yang membongkar borok dua “penemuan” tersebut dan mengumumkannya pada media.
Jadi tidak benar bahwa Manusia Piltdown dan Nebraska adalah hasil konspirasi evolusionis. Justru sebaliknya: ilmuwan pro-evolusi lah yang bekerja keras mengungkap adanya hoax, bukannya kreasionis yang antievolusi.
18. Di Amerika Serikat, saat ini sedang marak gerakan untuk menolak evolusi diajarkan di sekolah. Bukankah ini pertanda bahwa negara maju sedang meninggalkan Teori Evolusi?
Maksud Anda Teach The Controversy? Maaf, tapi itu gerakan yang dimotori organisasi religius-fundamental. Dalam kasus ini, organisasi Kristen berada di baliknya — organisasi tersebut bukanlah organisasi yang disegani dalam hal penelitian ilmiah.
Saya justru heran bahwa ada yang mengacu pada Amerika soal kontra-evolusi; padahal di waktu lain sering sekali menyebut mereka laknatullah dan menyumpahi kehancuran mereka. Sudah begitu salah sangka, pula. ๐
***
V. Famous Last Words
Beda dengan sebelumnya, yang berikut ini bukanlah kesalahan argumen — melainkan lebih kepada pilihan pribadi setelah menjalani/mengikuti diskusi.
19. Saya sudah membaca mengenai kelebihan dan kekurangan Teori Evolusi. Meskipun begitu, saya masih merasa ragu untuk [meyakini/tidak meyakini] bahwa Teori Evolusi itu benar?
Untuk ini, saya hendak mengutip kata-kata bijak milik Pak Dhe Rovicky; seorang ahli geologi yang beberapa kali membahas soal evolusi di blog beliau.
evolusi JANGAN DIPERCAYA. Tetapi dipelajari , diteliti, dan dimengerti apakah benar-benar terjadi, dan bagaimana terjadinya. Kemudian ambil manfaatnya kalau masih ada yg bisa dimanfaatkan.
Evolusi juga bukan aliran kepercayaan, kok. Jangan dihantem pakai keyakinan โฆ mesti mleset !!
Evolusi itu memang bukan untuk dipercaya! Melainkan untuk dipelajari, diuji, dan diambil manfaatnya kalau ada.
Justru dengan tidak percaya itulah kita mengembangkan ilmu pengetahuan. Copernicus tak percaya bumi itu pusat semesta, dan ia mengembangkan teori heliosentris. Demikian pula Einstein tak memercayai ruang waktu absolut, dan ia merumuskan Teori Relativitas Khususnya yang terkenal.
Teori Evolusi pun bukan untuk dipercaya, melainkan untuk terus diuji. Dipastikan benar dan salahnya terus-menerus. Bahkan, kalau perlu, diganti dengan teori yang baru di masa depan. Dengan cara itulah kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih sempurna mengenai alam ini. ๐
***
Yah, kurang lebih begitu. Semoga bisa memberikan pencerahan, terutama jika Anda sering terlibat debat evolusi-kreasi dan bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan serupa — atau malah, jika Anda yang sering sepemikiran dengan pertanyaan-pertanyaan di atas. ๐
Sekian, terima kasih. Masukan, pertanyaan, atau kritik dapat disampaikan lewat fasilitas komentar di bawah post ini.
Read Full Post »