Catatan:Ditulis setelah membaca post ini dan ini.
Catatan II:
Tulisan ini bersifat melengkapi dengan post tentang metodologi ilmiah yang saya tulis beberapa bulan lalu.
Catatan III:
Saya merasa akan ada di antara pembaca yang penasaran, apakah saya sudah membaca Origin of Species, buku Harun Yahya, dan lain sebagainya. Sebenarnya pertanyaan ini fallacious — tapi kali ini biar saya tekankan bahwa saya sudah membaca buku-buku itu. 🙄
BTW, link untuk PDF Origin of Species: [here]. Silakan diunduh kalau berminat. 😉
Catatan IV:
Update dilakukan berdasarkan komentar yang masuk.
(terakhir: Senin 17/8/2009)
Sebetulnya saya sudah capek membahas tema yang satu ini, terutama bila mengingat bahwa debat evolusi-kreasi — pada umumnya — berakhir ramai-rusuh dan tak berujung-pangkal. Meskipun begitu, ada satu hal yang saya sadari berkenaan dengan hal itu.
Bahwasanya, banyak orang yang menyerang teori evolusi biasanya tidak memahami hakikat dari teori itu sendiri. Argumennya asal-asalan. Bahkan cenderung sok tahu — kalau kata tersebut dianggap bisa cukup mewakili.
Padahal, “Teori Evolusi” yang sebenarnya tidaklah seperti yang dibicarakan itu! Boleh-boleh saja kalau mau berdebat, tapi mbok ya pake argumen itu yang benar. Sia-sia saja Anda berdebat sampai capek, tapi inti masalahnya saja nggak ngerti. 😐
Jadi, untuk kali ini, saya mencoba merangkum berbagai kesalahan mendasar tentang evolusi yang pernah saya temukan — baik di blogosphere maupun forum-forum internet pada umumnya — dan memberikan penjelasan tentangnya. Seperti apa argumennya, here goes.
I. Tentang Definisi dan Konsep “Teori”
1. Apa itu Teori Evolusi?
Singkatnya, Teori Evolusi adalah sebuah upaya untuk menyelidiki penyebab (dan proses) terbentuknya keragaman spesies yang kita lihat saat ini. Proses perubahan ini terjadi melalui mekanisme berupa adaptasi dan seleksi alam.
Evolusi berasumsi bahwa pada awalnya hanya terdapat satu/sedikit spesies di muka bumi milyaran tahun lalu. Dari spesies perintis itu, terjadi upaya adaptasi berdasarkan keadaan alam yang berbeda-beda. Hasil adaptasi ini kemudian diturunkan pada anak-cucu dari makhluk perintis tersebut; mengesankan terjadinya perubahan perlahan-lahan menuju bentuk yang lebih sempurna.
2. Evolusi itu cuma teori. Bukankah teori itu kedudukannya lemah?
Tolong jangan samakan kata “teori” antara penggunaan sehari-hari dan penggunaan ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa menyatakan kata “teori” sebagai dugaan-dugaan yang minim/tanpa bukti. Dalam terminologi ilmiah, “teori” adalah rumusan perilaku alam berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan — di mana rumusan ini telah diuji secara akademik dan diakui oleh masyarakat sains.
Evolusi adalah sebuah teori, sama halnya dengan Teori Relativitas Khusus dan Mekanika Kuantum. Kedudukannya kokoh sampai ada teori baru yang siap menggantikannya.
Lebih lengkap tentang ini, silakan cek di: [post ini] atau notjustatheory.com.
3. Akhir-akhir ini banyak ilmuwan mengungkapkan berbagai “lubang” yang tak mampu dijelaskan oleh Teori Evolusi. Misalnya di buku Harun Yahya. Bukankah kalau begini harusnya Teori Evolusi sudah diganti?
Saya ingin menjawab pertanyaan ini dalam tiga bagian.
Pertama, mengenai prosedur penggantian Teori Evolusi. Sebelum ini saya pernah menulis mengenai cara menjatuhkan Teori Evolusi. Teori Evolusi sudah berhasil menjelaskan banyak gejala alam dan keragaman spesies. Misalnya spesiasi, diferensiasi, homologi, keberadaan junk DNA, dan juga keberadaan organ minor yang terdapat dalam tubuh hewan dan manusia (e.g. usus buntu dan tulang ekor).
Apabila seseorang ingin agar Teori Evolusi diganti, ia harus mempersiapkan teori baru yang mampu menyamai keberhasilan Teori Evolusi sekaligus menjelaskan hal-hal (“lubang”) yang tadinya tak terjelaskan oleh evolusi. Selanjutnya bisa Anda baca di [post ini].
Kedua, terkhusus mengenai argumen kreasionis, utamanya buku Harun Yahya. Kebanyakan argumen tersebut tidak melakukan cover both side. Di satu sisi mereka menampilkan para ilmuwan yang mengkritik evolusi, tetapi di sisi lain sama sekali mengabaikan keberhasilan ilmiah yang sudah dicapai oleh Teori Evolusi. Sehingga terkesan bahwa evolusi benar-benar berada di ambang kehancuran; padahal kenyataannya tidaklah seperti yang digembar-gemborkan.
Catatan terkait tentang Harun Yahya: [link].
Ketiga, pihak kreasionis umumnya mengklaim karya mereka sebagai “bersifat ilmiah”. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Karya-karya mereka tidak pernah mengalami peer-review, sistem pengujian akademis di mana paper mereka dicek dan dinilai oleh para ilmuwan yang berkompeten.
***
II. Kesalahan Argumen terkait Ancestry
4. Benarkah Teori Evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta by chance?
Tidak. Pendapat tersebut adalah klaim abiogenesis, dan tidak berkaitan dengan Teori Evolusi.
Abiogenesis adalah cabang ilmu yang khusus membahas kemungkinan asal mula organisme di muka bumi. Sedangkan Evolusi membahas bagaimana keragaman makhluk hidup tercipta dari makhluk awal yang muncul di muka bumi. Awal mula kehidupan bukan fokus yang dibicarakan dalam Teori Evolusi.
5. Terkadang ada spesies purba yang hidup sampai masa modern ini, misalnya coelacanth, ikan purba itu hidup berdampingan dengan ikan modern. Padahal harusnya sudah punah karena berevolusi.
Bukankah ini membuktikan kesalahan Teori Evolusi?
Tidak begitu. Evolusi terjadi secara bercabang dan tidak mesti linear. Penjelasan lebih lanjut tentang ini, silakan klik [di sini]
Dengan demikian sangat mungkin spesies yang lebih purba dapat hidup berdampingan dengan spesies modern. Spesies purba bisa saja mengalami perlambatan evolusi apabila sistem biologisnya sudah cukup sesuai dengan lingkungan tempatnya hidup; lantas bertahan sampai zaman modern ini.
6. Menurut Teori Evolusi, nenek moyang manusia adalah monyet. Benarkah?
Salah. Teori Evolusi tidak menyatakan monyet sebagai nenek moyang manusia. Yang dinyatakan oleh Teori Evolusi adalah bahwa “manusia, monyet, dan primata lainnya diturunkan dari nenek moyang yang sama”. Spesies nenek moyang ini dihipotesiskan sebagai sebentuk primata purba (Great Apes).
Lihat juga: [prinsip common descent]
7. Bagaimana dengan fosil peralihan. Saya dengar jumlah fosil peralihan yang ditemukan hanya sedikit, bahkan hampir tidak ada?
Klaim ini agak berlebihan. Hingga hari ini, diperkirakan sebanyak 70.000 spesies purba telah diidentifikasi dari sekitar 300.000 penemuan fosil — yang mana sebagian besar menunjukkan kecocokan dengan prediksi Teori Evolusi.
Daftar fosil yang cukup lengkap, beserta penjelasannya, dapat dilihat di link-link sbb:
[Transitional Vertebrate Fossils FAQ]
[List of Transitional Fossils]
[Taxonomy, Transitional Forms, and the Fossil Record]
Di satu sisi, harus diakui bahwa data fosil yang didapat masih terkesan snapping dan tidak mulus. Meskipun demikian, absennya fosil ini dapat dinisbahkan pada dua faktor: (a) kemampuan struktur jaringan organisme melawan dekomposisi, dan (b) aktivitas geologi di situs fosil. Ibaratnya, fosil dinosaurus sekalipun akan hancur jika terletak di daerah yang berkondisi geologi ekstrim.
Dengan demikian, meloncat-loncatnya data hasil penemuan fosil dapat dijelaskan secara logis, bukan berarti cacat di argumen Teori Evolusi.
***
III. Kesalahan Argumen terkait Adaptasi, Mutasi, dan Spesiasi
8. Konon, ide utama Darwin adalah: makhluk hidup berubah bentuk sebagai hasil adaptasi, dan mewariskannya pada keturunan. Benarkah?
Ini ada benarnya, tapi agak salah kaprah. Perubahan bentuk dan pewarisan adaptasi bukan ide utama yang digagas Darwin — ini adalah teori Lamarck. Teori ini sempat dijelaskan di materi biologi SMP kita.
Lamarck mencontohkan jerapah yang tadinya berleher pendek berupaya menggapai dedaunan yang tinggi. Akibatnya mereka mengalami perubahan morfologi menjadi jerapah berleher panjang. Perubahan ini kemudian diwariskan pada keturunan mereka.
Sedangkan gagasan utama Darwin adalah seleksi alam. Spesies harus bertarung dan beradaptasi melawan seleksi alam. Apabila tidak mampu, maka spesies tersebut akan mati dan tersisih dari muka bumi.
Seleksi alam di sini adalah driving power. Perubahan bentuk, atau adaptasi morfologi, adalah efek samping. Jika makhluk hidup perlu berubah untuk menghadapi seleksi alam, maka mereka akan berubah. Tetapi, jika tidak perlu berubah, maka mereka tidak akan berubah.
(baca juga: kasus coelacanth di FAQ #5 ; FAQ #9 di bawah ini)
9. Terkait dengan pertanyaan sebelumnya. Lalu, bagaimana sebenarnya mekanisme evolusi itu?
Terdapat empat pilar yang menjadi landasan Teori Evolusi modern, yakni: (1) mutasi, (2) migrasi (gene flow), (3) pergeseran kesetimbangan genetik (genetic drift), dan (4) seleksi alam.
Nah, empat variabel ini kemudian saling berinteraksi di alam. Sedemikian hingga mengakibatkan terjadinya salah satu dari dua kemungkinan: apakah makhluk hidup akan berubah jadi spesies baru (berevolusi), atau bisa beradaptasi tanpa perlu berubah (tidak berevolusi). 😀 Perlu juga dicatat bahwa interaksi empat variabel tersebut berbeda-beda di tiap ekosistem.
Lebih lanjut mengenai mekanisme evolusi, bisa dibaca di blog Dongeng Geologi:
[Evolusi (4) – Mekanisme Evolusi #1]
[Evolusi (4) – Mekanisme Evolusi #2]
10. Bukankah mutasi itu umumnya berdampak buruk? Misalnya mutasi akibat radiasi nuklir…
Terlalu menggeneralisir. Pada kenyataannya, mutasi tidak selalu merugikan — melainkan juga bisa menguntungkan, atau malah bersifat netral.
Contoh untuk mutasi yang merugikan, misalnya diakibatkan oleh radiasi nuklir yang sudah disebut. Mutasi yang menguntungkan terjadi pada kasus resistensi hama terhadap pestisida (kekebalan tubuh meningkat, memperbesar kemungkinan survive). Sedangkan mutasi yang bisa dikategorikan netral adalah perubahan warna kupu-kupu Biston betularia sebagai akibat paparan limbah industri.
Lebih lanjut tentang bahaya atau tidaknya mutasi genetik, bisa Anda baca di [link ini]
11. Sebagai bukti terjadinya makroevolusi adalah spesiasi, yakni munculnya spesies baru, dari makhluk hidup sebelumnya, sebagai hasil adaptasi. Konon peristiwa ini hanya mitos/belum pernah teramati?
Tidak benar. Para ilmuwan sudah berhasil mengamati terjadinya spesiasi di laboratorium, baik dengan subyek hewan maupun tumbuhan. Salah satu percobaan paling terkenal melibatkan lalat buah Drosophila melanogaster — hal ini sempat disinggung di materi biologi SMA kita.
Lebih lanjut, silakan klik: [Observed Instances of Speciation]
12. Evolusi meramalkan perkembangan organisme bersifat acak. Bagaimana mungkin keragaman makhluk hidup, yang begitu mendetail, dihasilkan dari keacakan?
Argumen ini memiliki kesalahan mendasar. Proses evolusi tidak terjadi dengan murni acak — melainkan acak secara kumulatif.
Pengertian acak secara kumulatif dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Terdapat kotak berisi 16 buah bola bilyar. Teman Anda kemudian meminta Anda mengambilkan empat buah bola dengan nomor: 1, 3, 9 dan 16.
Kemudian Anda ambil empat bola secara acak. Anda dapat bola nomor: 1, 2, 6, 8
Bola nomor 1 cocok dengan permintaan teman Anda. Maka Anda berikan padanya. Sedangkan bola 2, 6, dan 8 Anda kembalikan ke kotak.
Kemudian Anda ambil empat bola lagi. Kali ini didapat nomor: 4, 7, 9, 11
Maka Anda berikan bola 9. Sisanya, yang tidak cocok, Anda kembalikan ke kotak.
Demikian seterusnya, hingga teman Anda memiliki bola-bola bernomor: 1, 3, 9, dan 16
Di sini kita lihat bahwa prosesnya tidak murni random. Jika ada hasil yang sudah cocok, maka hasil itu akan dipertahankan. Inilah yang dimaksud sebagai acak secara kumulatif. 😀
Nah, demikian pula perkembangan organisme menurut evolusi. Keragaman yang dicapai saat ini didasarkan pada prinsip acak secara kumulatif, bukannya acak begitu saja. Lebih lanjut, saya sarankan Anda membaca buku (atau e-book) Richard Dawkins: “The Blind Watchmaker”. Penjelasan beliau di situ sangat populer dan mudah diikuti. 🙂
13. Jika benar evolusi berlangsung, mengapa kita tidak pernah melihat hewan campuran? Misalnya setengah beruang-setengah hiu, atau setengah kucing-setengah burung…
Argumen ini terlalu menyederhanakan persoalan. Evolusi tidak bekerja sedrastis itu. Jika terjadi perubahan bentuk tubuh (adaptasi morfologi), maka perubahan itu akan berlangsung sedikit-sedikit dan tergantung kebutuhan.
Misalnya Plesiosaurus, kakinya yang berbentuk sirip diduga hasil adaptasi dari kaki sejenis Apatosaurus. Sementara leher dan bentuk kepalanya tetap. Di sini kita lihat dia bukan setengah ikan-setengah dinosaurus, melainkan lebih banyak elemen dinosaurusnya.
Jadi tidak otomatis bahwa beruang masuk ke laut akan menjadi setengah-hiu dalam jutaan (atau milyaran) tahun. Evolusi adalah sedikit-sedikit dan tergantung kebutuhan, bukannya bagi rata.
***
IV. Kesalahan Argumen terkait Aspek Filosofis dan Sosial dari Evolusi
14. Konon Teori Evolusi menafikan keberadaan Tuhan. Benarkah ini?
Tidak mesti begitu. Sebab:
Yang menafikan keberadaan Tuhan adalah prinsip abiogenesis. Silakan lihat pertanyaan no. 4. Evolusi tidak membahas bagaimana makhluk hidup tercipta, melainkan bagaimana makhluk hidup menyesuaikan diri untuk bisa survive di lingkungan alam.
Bagaimanapun makhluk hidup tercipta, evolusi akan jalan terus. Tak peduli apakah makhluk hidup pertama diciptakan oleh Tuhan, atau secara by chance, atau malah diletakkan bibitnya oleh alien dari planet X. Evolusi mencoba menjabarkan bagaimana kehidupan berkembang setelah makhluk pertama muncul.
Lihat juga:
[theistic evolution], bahasan kontemporer tentang evolusi yang didahului Penciptaan.
[esai terkait theistic evolution] karya Theodosius Dobzhansky.
15. Bagaimana dengan pandangan berikut: bahwasanya Teori Evolusi menanamkan pandangan materialisme dan menjauhkan dari Tuhan/Agama?
Ini mah kata Harun Yahya. Meskipun begitu, jawabannya bisa dijabarkan sebagai berikut:
Beliau masih salah membedakan antara Teori Evolusi dan abiogenesis…
Kalau abiogenesis, memang berkaitan dengan kemunculan makhluk hidup dari benda mati. Tapi, evolusi? Lha, wong membahas adaptasi makhluk hidup kok dikait-kaitkan dengan materialisme, Tuhan, dan agama.
Kurang nyambung toh Pak… 🙄
16. Saya dengar Teori Evolusi merupakan proyek propaganda Zionis dan Freemason. Benarkah?
Yeah, right… 😆
Mungkin Anda tertarik membaca [komik ini]. 😉
17. Dulu pernah ada kasus pemalsuan fosil, yakni Manusia Piltdown dan Manusia Nebraska. Bukankah ini artinya Teori Evolusi dibuat-buat?
Saya tak akan menjelaskan panjang lebar di sini, karena ruangnya tidak cukup. Meskipun begitu, Anda bisa baca link-link berikut:
[Piltdown Man Chronology]
[Piltdown Man: Case Closed]
[Creationist Arguments: Nebraska Man]
Dan Anda akan menemukan bahwa: (1) motivasi utama pemalsuan Piltdown bukanlah untuk mengokohkan Teori Evolusi, melainkan ambisi pribadi penemunya, (2) sebagian besar ilmuwan tidak mengakui ilustrasi manusia Nebraska ketika gambar tersebut dirilis, dan (3) dalam kasus Piltdown maupun Nebraska, para evolusionis sendirilah yang membongkar borok dua “penemuan” tersebut dan mengumumkannya pada media.
Jadi tidak benar bahwa Manusia Piltdown dan Nebraska adalah hasil konspirasi evolusionis. Justru sebaliknya: ilmuwan pro-evolusi lah yang bekerja keras mengungkap adanya hoax, bukannya kreasionis yang antievolusi.
18. Di Amerika Serikat, saat ini sedang marak gerakan untuk menolak evolusi diajarkan di sekolah. Bukankah ini pertanda bahwa negara maju sedang meninggalkan Teori Evolusi?
Maksud Anda Teach The Controversy? Maaf, tapi itu gerakan yang dimotori organisasi religius-fundamental. Dalam kasus ini, organisasi Kristen berada di baliknya — organisasi tersebut bukanlah organisasi yang disegani dalam hal penelitian ilmiah.
Saya justru heran bahwa ada yang mengacu pada Amerika soal kontra-evolusi; padahal di waktu lain sering sekali menyebut mereka laknatullah dan menyumpahi kehancuran mereka. Sudah begitu salah sangka, pula. 🙄
***
V. Famous Last Words
Beda dengan sebelumnya, yang berikut ini bukanlah kesalahan argumen — melainkan lebih kepada pilihan pribadi setelah menjalani/mengikuti diskusi.
19. Saya sudah membaca mengenai kelebihan dan kekurangan Teori Evolusi. Meskipun begitu, saya masih merasa ragu untuk [meyakini/tidak meyakini] bahwa Teori Evolusi itu benar?
Untuk ini, saya hendak mengutip kata-kata bijak milik Pak Dhe Rovicky; seorang ahli geologi yang beberapa kali membahas soal evolusi di blog beliau.
evolusi JANGAN DIPERCAYA. Tetapi dipelajari , diteliti, dan dimengerti apakah benar-benar terjadi, dan bagaimana terjadinya. Kemudian ambil manfaatnya kalau masih ada yg bisa dimanfaatkan.
Evolusi juga bukan aliran kepercayaan, kok. Jangan dihantem pakai keyakinan … mesti mleset !!
Evolusi itu memang bukan untuk dipercaya! Melainkan untuk dipelajari, diuji, dan diambil manfaatnya kalau ada.
Justru dengan tidak percaya itulah kita mengembangkan ilmu pengetahuan. Copernicus tak percaya bumi itu pusat semesta, dan ia mengembangkan teori heliosentris. Demikian pula Einstein tak memercayai ruang waktu absolut, dan ia merumuskan Teori Relativitas Khususnya yang terkenal.
Teori Evolusi pun bukan untuk dipercaya, melainkan untuk terus diuji. Dipastikan benar dan salahnya terus-menerus. Bahkan, kalau perlu, diganti dengan teori yang baru di masa depan. Dengan cara itulah kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih sempurna mengenai alam ini. 😉
***
Yah, kurang lebih begitu. Semoga bisa memberikan pencerahan, terutama jika Anda sering terlibat debat evolusi-kreasi dan bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan serupa — atau malah, jika Anda yang sering sepemikiran dengan pertanyaan-pertanyaan di atas. 😛
Sekian, terima kasih. Masukan, pertanyaan, atau kritik dapat disampaikan lewat fasilitas komentar di bawah post ini.
Sukses jadi tetralogi. Yay! 😎
[pertama], [kedua], [ketiga], [keempat].
Ehm, saya kok merasa tersanjung tulisan sampah itu dijadikan rujukan. 😆
Dalam science, sebuah teori itu harus terus menerus mendapat ujian dengan bukti (evidence) baru yang terus bermunculan. Evidence itu dipakai untuk menguji hipotesa dan dikenakan pada sebuah teori yang telah mapan. Itu logika hukumnya. 😉
Nah, seandainya, diandaikan, mari kita berandai-andai, jika Evolusi berhasil digantikan oleh Kreasionisme yang landasannya adalah agama. Mampukah teori ini bertahan dari pengujian dan evidence ?
Kalau misalnya tidak tahan uji, nanti bisa melebar lagi masalahnya : Ah, agama X kan memang tidak tahan uji. Baru disentil begitu saja sudah runtuh. Berarti Agama X itu nggak benar dong”.
Nah, bisa jadi parang, golok, dan tombak bakalan melayang.
Betul, evolusi bukan dipercayai, tetapi dipelajari. Dan saya kok nggak yakin kalau semua orang bisa membedakan kedua hal itu.
@ goldfriend
Itu posting yang sukses jadi sumber inspirasinya tulisan ini, Mas…
Kasusnya agak beda, IMHO. Agama/keyakinan kan bergantung pada tafsir metafisis, dan itu juga masih membahas hal-hal yang tak terjangkau. Ndak bisa main empiris, verifikasi, atau falsifikasi kalau udah masuk ranah ini. 😉
Jadi kalo kreasionisme udah jadi pengganti evolusi, kemungkinan prinsipnya udah bukan proof by evidence lagi, melainkan proof by faith…
Kalo gitu caranya mah, sampe agama Y dan Z juga bakal gitu terus… ^^;
Jadi inget katanya Pak Dhe Rovicky pas heboh Blue Energy kemaren:
Entah kenapa terasa nampol. 😆
Aaa, entri ini terlambat 6 bulan lebih untuk menolong saya melawan ( 😛 ) Alfian Tanjung yang menghubungkan komunisme-ateisme-teori-evolusi waktu ada seminar di sekolah! 😥
*dihajar*
Btw, kalau bedanya teori (seperti teori evolusi) dan hukum (seperti hukum Archimedes) bagaimana? 😛
Seep So, saya mulai sedikit mengerti, tapi masih ada beberapa ganjalan.
1. Suatu teori baru dapat diterima secara luas dan dianggap benar jika memang teori itu merupakan teori yang paling ‘benar’ pada saat itu. Masalahnya adalah teori evolusi memiliki banyak ‘lubang’ yang tidak dapat ditambal oleh penjelasan teori itu sendiri. Kenapa teori ini jadi sedemikian terkenal kalau bukan karena konspirasi?
2. Satu hal yang membuat saya belum menerima teori ini secara utuh adalah ketiadaan fosil peralihan. Jika memang makhluk hidup berubah seiring waktu, tentu pada suatu masa ada makhluk hidup dengan fisiologi separuh masa lalu separuh masa depan. Namun sampai sekarang tokh tidak ada fosil yang merupakan kombinasi antara kadal dan ular misalnya, seperti ular yang berkaki dua atau kadal yang tulang kakinya tidak berfungsi.
Mohon penjelasan So…
@ManusiaSuper
1. Memang teory ini memiliki lubang, beberapa bahkan ditimbulkan oleh teori ini sendiri. Namun demikian, teori ini juga mengcover lebih banyak lubang lain yang tidak dapat dijelaskan oleh teori lainnya. Suatu saat nanti mungkin akan ada teori yang lbh komprehensif, sbgmn teori relativitas Einstein menggantikan beberapa bagian dari teori Newton. Namun untuk saat ini blm ada yg dapat menjelaskan bbg fenomena terkait keberagaman spesies sebaik teori evolusi, jadi yah teori ini masih dipakai. Analoginya mungkin kita gak akan mengganti ban yang bocor dengan ban lain yang lebih bocor kan?
Tentang ketenaran teori evolusi ini, yah mungkin sih emang ada kemungkinan konspirasi, tapi saya rasa kecil kemungkinannnya, lebih mungkin karna teori ini ‘goes against everything that we believe’ sehingga banyak yang merasa berkepentingan juga untuk menentangnya. Besides ketenaran ini gak ada hubungannya dengan seberapa benar teori ini kan, sbh teori bisa saja populer tapi ngawur atau sebaliknya.
Ah, yang ini terkesan lebih mudah dicerna dan lebih edukatif, masbro.
Pertama, saya ingin menambahkan tulisan-tulisannya;
1) Bagian I-3. Soal kenapa teori evolusi tidak goyah. Di sana ada dua bagian; pertama, bagaimana hipotesis penciptaan tidak mengganti dan hanya mengkritik, dan kedua, buku-buku penciptaan tidak cover both sides.
Kalau bisa ditambahkan poin ketiga, yaitu buku-buku penciptaan macam HY itu tidak di-peer review. Jelaskan pula konsep peer review tersebut. Saya kira ini sangat fundamental lho untuk diketahui. Kenapa hipotesis-hipotesis HY tidak pernah diakui. 😉
2) Bagian II-5. Lebih baik ditekankah bahwa evolusi adalah kebutuhan, bukan keharusan. 🙂 Sehingga argumen ikan yang legendaris itu bisa diluruskan.
3) Bagian III-7. Sebenarnya gagasan abiogenesis pun semestinya tidak menafikan adanya Tuhan, tapi nevermind lah, rasanya itu bahasan yang tidak terlalu relevan. 😕
4) Masih di Bagian III-7, kalau bisa disertakan esainya Dobzhansky yang [ini]. 🙂 Itu sangat bermanfaat— menegaskan bahwa menolak teori evolusi adalah ngawur dan evolusi tidak bertentangan dengan agama. 🙂
* * *
Secara keseluruhan, saya sangat puas membacanya. 😛 Informatif— meluruskan salah kaprah yang ada. Masyarakat jadi tidak ilfil dan prasangka duluan terhadap teori evolusi. 😉
* * *
Soal komentar-komentar:
@ goldfriend
Nah, itu dia. Teori evolusi adalah teori ilmiah; ia memiliki disclaimer: “sangat kokoh tapi bisa dirobohkan sewaktu-waktu kalau ternyata ada yang lebih meyakinkan”.
Pertanyaannya ya, apa hipotesis penciptaan bersedia dipakaikan disclaimer seperti itu? 😮
Dan memang parang, golok, dan tombak yang bakal melayang. 🙂
@ Xaliber von Reginhild
Setahu saya sih begini. Hukum itu menjelaskan “apa”, dan teori itu “kenapa dan bagaimana”. Gravitasi, misalnya. Hukum-nya ya, “benda itu kalau dilepaskan bakal jatuh ke tanah”. Teori-nya ya;
Ya gitu deh. 😆
Teori itu *penjelasan*. Teori tidak akan pernah menjadi hukum dan sebaliknya. 🙂
CMIIW.
@ ManusiaSuper
Itu setahu saya karena ‘lubang’-nya itu terlalu kecil kalau dibandingkan dengan yang keberhasilan teori tersebut. Misalnya soal fosil peralihan. Kalau memang *seandainya* tidak ada fosil peralihan, lho, mengapa teori evolusi mesti dihapuskan?
Coba bayangkan, teori evolusi dihapuskan karena tidak ditemukan sebiji fosil peralihan… Lalu lima tahun selanjutnya fosil yang diperkarakan itu muncul.
Lengkapnya sih;
😀
Waks.. Bener-bener mencerahkan…
*menjura..
Saya minta ijin di kopas di milis alumni sekolah saya ya..
Pasti saya cantumkan sumbernya kok, sora-kun..
Terima kasih
@ K. Geddoe
*nyengir*
Keharusan memang mengandung “paksaan”. Tapi jika ditekankan sebagai kebutuhan, IMHO, itu lebih “paksaan” lagi agaknya. Tidak perlu analogi dengan BBM segala macam bukan utk hal ini? 🙂
Dobzhansky ya? 🙂
Menarik.
Tapi utk menegaskan bahwa menolak teori evolusi adalah ngawur, agaknya cuma akan menimbulkan resistensi dari yang menolak teori evolusi itu sendiri. Kiranya 15-20 saja antara kreasi vs evolusi jika mengawur-ngawurkan atau menetapkan bahwa teori evolusi tidak bertentangan dengan agama.
Kalau yang saya lihat, ditolaknya teori evolusi dengan landasan agama, bukan pada seberapa benar atau salahnya teori evolusi tersebut. Tapi karena pre-asumsi yang – sialnya – sudah ada duluan akan ekses dari benarnya teori tersebut. Ini kan masalah kekhawatiran bahwa eksistensi manusia itu akan terganggu dengan evolusi, kemudian analisa-analisa yang difatwakan oleh Mr. HY itu bahwa kebanyakan tatanan norma di dunia rusak karena ideologi yang menjadikan teori evolusi sebagai ide dasar.
Well… saya sendiri tidak percaya benar dengan gagasan Mr. HY itu. Mungkin karena sedikit-banyak saya menyukai sosialisme yang diserang Mr. HY sebagai ideologi berdarah akibat Teori Evolusi.
Tapi asumsi begitu ada, dan belum tentu salah. Mungkin karena tokoh-tokoh yang tertuduh pengacau sejarah – sebangsa Stalin, Mao dll – membuat pengakuan sendiri akan hal itu. Sebuah tindakan konyol yang melibatkan sains sebagai pendukung satu ideologi.
Ekses, Ged. Jadi bukan soal tuhan tergusur, atau keberadaan agama terusik saja. Ekses, yang membuat sejumlah penolak teori ini jadi paranoid.
Hipotesis penciptaan diberi disclaimer? Jika berani lepas dari dogma agama, bisa saja. Tapi hipotesa yang satu ini bukannya kadung jadi dua sisi mata uang dengan dogma? 😕
Kecuali jika agama diminta memberi disclaimer, itu yang saya bakal tertawa. Agama itu lebih seperti tawaran + pencarian. Disclaimernya ada pada penganutnya itu sendiri. Suka, terima. Tidak suka, lepas 😛
Agaknya
No. You are benar. Tak ada yang perlu di-correct untuk pernyatan itu. Teori memang cuma *penjelasan*, dan JANGAN dijadikan HUKUM yang MENGHARUSKAN utk dipatuhi, sebelum terbukti valid benar itu teori 😛
Wah… apa itu nggak jatuh ke “kekeliruan” yang sama yang dipakai oleh kreasionis yang bodoh karena membayangkan kebenaran nanti akan muncul sendiri, Ged? 🙂
Sori… saya nggak ingat
dan malas me-wikipediaistilah apa dalam kamus segala fallacy itu, utk yang hal begini ini[…] salahkan karena memulai lagi tren ini. Menyambut kejadian ini, Mas Sora juga langsung menurunkan wangsit yang secara komprehensif membahas salah kaprah yang sering ditangkap oleh masyarakat tentang teori […]
o gitu….
mmm…
pendapat2 itu apa juga bisa digunakan terhadap orang yang suka bilang “pokoknya kamu salah, kafir!” waktu debat?
😀
*lagi suka sama kata kafir :p*
*doh…suka sama trend yang sudah lewat…*
eh
> Sukses jadi tetralogi. Yay! 😎
hati2 kalo sudah jadi 6, nanti dikira postingan santet
*lari*
[…] *sambil nyiapin jawaban buat komen yang masuk di postingan kemarin* […]
@ alex®
Ah, soal panjang lebarnya udah di blog saya, ya. 😛
No. You salah mengerti. 😛
Maksudnya, ya yang namanya “teori” itu memang dari dulu tak bisa diupgrade lagi, hierarkinya memang sudah paling tinggi. Jadi bukan teori -> hukum, yang ada ialah hipotesis -> teori.
Aselinya “teori” itu memang sudah tidak bisa ditinggikan lagi, cuma karena terdengar meyakinkan di telinga, diadopsi oleh orang untuk menyatakan pendapat (“teori saya adalah seperti ini”… dll.) Jadi lama-lama “teori” itu jadi bahasa gaul yang artinya “masih berupa pendapat”. 😆
*ngerokok lagi*
Ah, Mas Sora ini memang lebih membumi dari Mas Geddoe kalo ngebahas yang beginian. 😀
@ gentole :
yup, Sora memang lebih membumi. Geddoe lebih brutal dan sedikit “bermain kata”.
Dan saya yang suka memanaskan
mereka berduasuasana. 😆Tambahan sedikit tentang teori yang saya ketahui dari beberapa teori psikologi yang lebih “longgar” dibandingkan bidang ilmu lainnya (fisika, kimia, dll)
Teori itu disusun dari fakta. Fakta-fakta yang diamati adalah berupa evidence (apa bahasa indonesianya supaya membedakan dari proof ?) 😕 Evidence bisa terdiri dari berbagai macam, misalnya symptom, phenomenon, dll. Evidence-evidence itu kemudian diuji melalui suatu uji hipotesis (bisa dengan statistik dan juga bisa dengan uji hipotesis lain).
Kebenaran/ketidakbenaran dari pengujian evidence dalam suatu hipotesis akhirnya memunculkan sebuah tesis atau penjelasan atas suatu evidence (phenomena, dll).
Berbagai pengujian hipotesis (yang menghasilkan tesis) dalam satu kerangka tema yang lebih luas bisa dijadikan sebuah teori. Tetapi ada beberapa syarat ketat beberapa tesis yang saling mendukung dijadikan sebuah teori.
Yang saya ingat saja ya, hasil-hasil dari pengujian hipotesis itu membentuk sebuah keterkaitan dan hubungan yang logis yang menjelaskan satu phenomena dengan phenomena lainnya. Ada hubungan disitu, yang bisa berupa kausalitas, korelatif, longitudinal, dll.
Kemudian banyak tesis itu membentuk sebuah organisasi/sistem yang cukup komprehensif dalam menjelaskan sebuah fenomena, dalam skala lebih luas maupun skala kecil (mendetail). Teori itu berbentuk sistem yang teratur dan rapi menjelaskan suatu hal dari suatu sudut pandang ilmiah.
Ada yang lain tapi saya sudah lupa. Masalahnya, teori-teori dalam ilmu-ilmu sosial itu lebih “longgar” jika dibandingkan ilmu eksak, sehingga syarat menjadi sebuah teori (misalnya teori psikoanalisis, teori belajar, dll) itu lebih ketat diterapkan.
@ gentole
Saya rasa bukannya ‘tidak membumi’, melainkan, ya itu, agak brutal dan kurang beradab.
Mungkin memang lebih sinis dan impulsif. 😛 Pola ini sudah ada sejak dulu, lho.
Jadi saya dan beliau ini semacam double act.@ Xaliber von Reginhild
Alfian Tanjung? 😕 Kayaknya saya tahu orangnya. >_>
Beliau pernah ngasih ceramah soal strategi kristenisasi/pemurtadan di SMA saya, dulu. Tapi soal beliau ngomong ateisme-komunisme-evolusi, saya baru denger. 😛
Garis besarnya seperti kata Geddoe, sih. Tapi ada juga definisi yang lebih teknisnya, bisa diikuti mulai [komen yang ini] dan seterusnya. ^^
:::::
@ ManusiaSuper
Sebetulnya, memang ada beberapa ide yang self-refuting dalam teori evolusi. Diantaranya soal kompleksitas organ (paling sering dicontohkan: mata), fosil peralihan cenderung minim, dan lain sebagainya. Beberapa diantaranya sempat saya sebutkan di [post yang pertama sekali].
Pertanyaannya, apakah teori yang punya lubang hanya bisa besar lewat konspirasi? 😕
Ya, belum tentu. Contoh paling bagusnya mungkin mekanika kuantum. Ini teori fisika modern yang — pada awalnya — banyak sekali mempunyai “lubang”. Teori mengatakan bahwa harusnya ada partikel-partikel tertentu (neutrino, positron, antimateri, dsb). Meskipun begitu partikel2 ini tak terdeteksi saat itu.
Tapi mekanika kuantum tetap besar. Itu karena ia sudah mampu menjelaskan gejala alam dengan baik. Klimaksnya: bertahun-tahun kemudian, setelah teknologi maju… barulah ditemukan partikel2 yang tadinya “hilang” itu. Mekanika kuantum pun jadi makin besar setelah berbagai penemuan itu. 😀
Demikian pula dengan Evolusi, saat ini diperkirakan sedang menempuh jalan yang sama. ^^
…
Nah, lebih khusus lagi soal konspirasi, yakni para ilmuwan sengaja mengedepankan dan “melindungi” pandangan evolusi. Saya rasa ini terlalu gegabah. Sebab yang namanya ilmu alam itu berdasar pada bukti. Kalau ada teori dilindungi mati-matian dan bukti menyatakan sebaliknya, justru para ilmuwan itu sedang menggali kubur sendiri. 🙂
Dan ini pernah terjadi. Waktu Fisika Modern baru berkembang, para ilmuwan Fisika Klasik ramai-ramai menolaknya, karena kesannya melabrak hukum2 ‘asli’ fisika.
Contoh terkenal, misalnya berikut ini:
Fisikawan klasik, Pak Robert A. Millikan tak percaya pada efek fotolistrik temuan Einstein. Ia bahkan sampai melakukan eksperimen besar-besaran untuk membuktikan bahwa Einstein salah.
Dan ternyata… justru eksperimennya sendiri menunjukkan bahwa Einstein yang benar. 😆 Fisika klasik pun akhirnya ditinggalkan, dan masyarakat sains mengakui teori fotolistrik.
…
…
Intinya sih, konspirasi untuk menutupi kebenaran sains itu berbahaya. Dan kemungkinan berhasilnya kecil. Bahkan bukan nggak mungkin justru karir ilmuwan tersebut yang berakhir; lebih lagi kalau sampai terungkap ada pemalsuan fakta. 😕
Sebetulnya fosil peralihan itu relatif banyak kok yang ditemukan. ^^ Sila dicek di link berikut. 🙂
[List of Transitional Fossils]
[Transitional Vertebrate Fossils FAQ]
Nah, tapi terkadang ada missing link. Spesies yang memerantarai dua generasi terkadang tak ditemukan. Ini sebenarnya kembali ke beberapa faktor, diantaranya sudah disebut oleh Geddoe di komennya. Faktor geologi juga berperan di sini — salah-salah, justru fosil-fosil yang tadinya bagus justru hancur karena gerakan tanah dan batuan. Atau, boleh jadi, justru tergencet kesana-kesini dan akhirnya berubah jadi minyak bumi!
Alhasil ketersediaan fosil itu sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam. Yang boleh jadi merusaknya lebih cepat sebelum kita sempat menggalinya. ^^
@ Shinte Galeshka
Ah, terima kasih sudah membantu menjelaskan. ^^ Isi komennya sejalan sama pikiran saya lho. 😛
Yup, yup. ^^
:::::
@ K. geddoe
1) Bagus juga. Sepertinya nanti saya tambahkan.
2) IMHO sih, evolusi itu “tergantung kebutuhan”, bukan “kebutuhan” secara literal. Lagipula ide ini sejalan dengan pendapat “survival of the fit enough” yang lebih kontemporer. ^^
3) Hush, justru Tuhan itu bertindak dengan abiogenesis. Bukankah katanya nabi Adam diciptakan dari tanah?
4) Cemerlang. 😀 BTW kayaknya bagus juga kalo saya link terjemahan yang baru ente buat. ^^
:::::
@ Nazieb
Ah, silakan. 😀 Dengan senang hati. ^^
:::::
@ alex®
IMHO sih, frase yang tepat adalah “tergantung kebutuhan”. 🙂 Coelacanth — diasumsikan — tidak berevolusi karena ia bisa hidup dengan nyaman dengan tubuh yang sekarang, makanya tidak perlu berevolusi menjadi ikan modern. ^^
:::::
@ lambrtz
Well… sesungguhnya postingan ini hanyalah petunjuk bagi kaum yang mau berpikir™. 🙂
*disambit golok* xD
Trend itu udah lewat setahun yang lalu, Mas… 😆
Hus, hus… 😎
:::::
@ gentole
Soal itu, mungkin karena niat awalnya memang untuk menjelaskan kesalahpahaman, Mas. Jadi mau nggak mau ya, harus pake gaya yang membumi. 😛
:::::
@ goldfriend
Yang ini… entah kenapa saya setuju.
Yeaa, dengan cara mengungkit kembali luka lama yang mungkin sudah tertutup™.
:::::
@ K. geddoe (lagi)
Jangan ada fangirl yaoi yang denger aja… 🙄*teringat pairing2 double act anime/manga: SasuNaru dan Kira-Athrun**muntah darah* =_=!
@ Geddoe + Sora
Ampun..
Ampun..
Nyang kalimat terakhir pertanyaan pertama itu S A T I R denmas-denmas
Lebih pas kalau saya tulis seperti ini:
Kenapa teori ini jadi sedemikian terkenal
kalau bukan karena konspirasi?Lalu tentang penjelasan tersebut di atas, yah mau apa lagi, bukti-bukti sudah dipaparkan, dan saya BELUM menemukan lagi bukti kontra teori evolusi, jadi untuk sementara saya harus menyiapkan diri di cap SESAT oleh cewek cantik remaja masjid yang suka lewat di depan rumah itu…
@ ManSup
Ebuset…. XD
Makanya, kalo nyatir tuh mbok dikasih tag yang jelas, toh, masbro…
~gakpapaLah
~jarang-jarang saya jadi korban satir, soale 😛
Wah, turut berdukacita atas kejadian tersebut… 😦
@ sora9n
Hei, hei, sadar, sadar. Apa hubungannya, tho? Ngawur. 😐 😆
@ K. geddoe
[OOT]
Dunno why, but the phrase gave me impression of two so personality-wise different lead characters in animes and mangas. So there you have it. 😆
[/OOT]
he he he seandainya saya bisa jadi Robert Milikan nya Teori Evolusi
tulisan yang padat nih, saya save ah 🙂
@ secondprince
Lha, mas ini maunya membela Teori Evolusi sampai runtuh, atau justru membuktikan kesalahannya? Sebab Pak Millikan melakukan dua-duanya (di Fisika Klasik) dengan sukses. Bahkan sampai dapat Nobel segala. ^^;
Hidup yang aneh… ^^;;
@K. geddoe:
*manggut-manggut*
Hm, baru paham saya.
@sora9n:
Awalnya komunisme, lalu komunisme dikaitkan ke ateisme. Setelah itu dikait-kaitkan lagi ke teori evolusi yang jadi akar permasalahan keduanya, yang katanya mengklaim tidak adanya penciptaan makhluk hidup by chance (abiogenesis?).
Yang begini termasuk fallacy ngga ya? 😛
*maap OOT *
@ Xaliber von Reginhild
Itu mah korban Harun Yahya… 😆
*jalan pikirannya mirip banget soalnya* ^^;
Kalo dugaan saya bener sih, maka fallacy utamanya cuma satu: yakni argumentum ad verecundiam sama Harun Yahya… 😆
Adapun selanjutnya bisa diuraikan dari fallacy-fallacy yang ada di karya HY. Wishful thinking, guilt by association, dan ad verecundiam sama para ilmuwan biologi yang pendapatnya diambil setengah-setengah di buku beliau. 😈
Agak OOT bung Sora, Peer-Reviewed mulai jadi isu yang menarik di beberapa universitas karena terkait skandal pemalsuan paper-paper ilmiah di beberapa kampus. Ada sih beberapa jurnal ilmiah di kampus-kampus kita, tapi kebanyakan masih intra universitas. Jurnal ilmiah yang bisa menampilkan paper yang telah direview oleh akademisi dari berbagai universitas di Indonesia ada tidak ya ?
@ oddworld
Wah, saya baru denger, tuh. 😕
Tapi bagaimanapun, skandal macam ini tetap saja mudah terbukanya. Seandainya pun sebuah paper disetujui oleh para reviewer yang berkomplot. Kalau isinya sudah menyebar, dan sampai terbaca oleh pakar yang asli dan kredibel… ya sudah, penipuannya bakal langsung busted. ^^
*kuncinya ada di publikasi, IMHO*
Sejauh yang saya tahu sih, rasanya memang belum ada. Tapi saya kok merasa, kalaupun nantinya terbit, segmen pembacanya bakal terlalu niche. 😕 Berapa banyaknya sih — orang Indonesia — yang tertarik langganan bundel paper ilmiah? ^^;
Kalau buat demografi pembaca Indonesia, kayaknya lebih cocok kalau lewat buku2 populer dulu IMHO. Seperti berbagai terjemahannya KPG atau buku2 (alm) Pak Hans Wospakrik*; saya sendiri banyak belajar fisika/sains populer dari buku-buku itu waktu masih SMA. ^^
*) eks dosen Fisika ITB yang pernah menulis buku fisika populer, e.g. “Berkenalan dengan Relativitas Einstein” dan “Dari Atomos hingga Quark”.
mungkin buku ini bisa menambah pengetahuan tentang evolusi. buku biology campbell edisi 7. unit 4 dan 5 tentang evolusi. bahasa inggris.
hp://www.indowebster.com/biology_cambell_7ed_2005_unit_4_dan_5.html
muup mas.. dah lama gak mampir, eh balik lagi ke bahasan lama. emang masih ada yang gak jelas ya mas?
– soal maksud teori evolusi, soal HY, soal penciptaan vs evolusi, dll dll.
tapi seneng juga bacanya.. berarti masih banyak juga yang berusaha tidak “sakleg” dengan pendapatnya.
btw, ajarin cara bikin penulisan seperti di atas dong… step-step nya menarik? teori apa yang dipake untuk menulis seperti itu 😀
@ emmy
Harusnya sih enggak. Cuma, setiap kali ada berita tentang HY (terakhir pas dia masuk penjara), debat evolusi pasti muncul lagi. Dan kesalahan-kesalahan di atas bakal menjamur lagi. 😆
Padahal udah hampir setahun lewat sejak kasusnya dia yang dulu itu. Tambah lagi saya sendiri udah eneg baca argumen2 tersebut; makanya saya rangkum (dan jawab) sekalian di sini. 😛
Kalau step-by-step-nya sih…
1. Kumpulkan argumen2 yang mau dijawab,
2. Tulis dalam bentuk pertanyaan
3. Buat format FAQ
4. Habis itu baru kelompokkan setiap Q&A berdasarkan kategorinya.
Jadi deh. ^^
wew!!! sumpah, gw baru nemu link ini!!! mantap!!! gw juga sependapat hampir ama semua isi artikel ini….
gw dulu bahkan sempet dimaki abis2an di salah satu milis karena gw menolak sebagian besar isi “Evolution Deceit”-nya Harun Yahya… Paling sebel deh liat orang gak ngerti apa-apa, langsung maen bilang “Evolusi itu ngaco, masa manusia keturunan monyet?”… Apalagi kalo orang udah sok ngomong berdasarkan agama dan ngasih argumen seenaknya…. Arrggghhhhh…
Salut buat artikel ini!!!!
@ ichanx
Ah, terima kasih. 😛
bener2 ngebuka mata dan hati….hahahahaha…
*lebay bgt gak c???
tp, gra2 in wa2san saya nambah…itung2 bsa dipake utk lomba debat klo dpt afirmaitvenya…hehehhe…
“teori evolusi jgn dipercaya,tpi dipelajari,diteliti dan dimengerti….!!!”, wah saya paling suka bagian itu…
udah deh,kak sora-kun….salam dmai dari saya….
piece!!!piece!!! V_____________________v
@ elsa
Peace juga. 😛
*bumping 😛 *
Saya kemarin dapat wacana (lebih tepatnya mendengarkan sih) di kampus… sekedar memastikan lagi aja disini. Teori evolusi itu berhubungan dengan terciptanya galaksi ngga?
Karena ada yang berargumen kalau teori evolusi itu salah karena bilang bahwa galaksi tercipta dalam waktu yang sangat lama, bertentangan dengan perkataan kitab suci bahwa Tuhan hanya menciptakan dunia dalam beberapa hari.
Sempat ada tangkalan bahwa ‘hari’-nya Tuhan dan ‘hari’-nya manusia itu berbeda sih, tapi saya belum yakin apa teori evolusi benar-benar membahas itu (penciptaan galaksi) apa tidak. 😕
^
Enggak ah. Evolusi itu intinya kira2 sbb:
1. in general: penyesuaian menuju bentuk yang lebih sempurna berdasarkan seleksi alam
2. per se: upaya makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, menuju bentuk/keadaan yang lebih baik, agar bisa survive
Mengenai penciptaan galaksi, saya nggak yakin ada hubungannya. Bisa saja mencangkokkan prinsip evolusi ke bidang nonbiologi — tapi, kalau diatributkan bulat-bulat ke “Teori Evolusi”, kayaknya enggak deh. (o_0)”\
(contoh pengadopsian evolusi di bidang nonbiologi, misalnya Quantum Darwinism atau psikologi evolusioner)
Mungkin maksudnya penciptaan manusia (bukan galaksi). Teori Evolusi kan menyatakan manusia terbentuk selama jutaan tahun. Nah, ini yang sering dipakai menjatuhkan klaim “penciptaan dalam 6 hari”. 🙂
[…] terakhir ini, saya mengerjakan update untuk tulisan “Beberapa FAQ tentang Evolusi“. Sebanyak delapan pertanyaan baru (beserta tanggapannya) sudah saya post-kan di tulisan […]
*rasanya sudah komen disni, apa masuk moderasi ya?*
*coba kirim lagi*
Hm,saya jadi penasaran kira-kira para HY-ers bereaksi seperti apa ya baca postingan sora ini?
*menunggu ada yang datang*
Btw, kalau emang teori evoulusi ini yang paling di terima para ilmuwan, kenapa ya kok waktu saya smp/sma dulu, para guru yang membahas soal teori ini memberi kesan kalau teori ini tuh “mengada-ada”?
^
Barusan saya cek ke moderasi sama akismet, nggak ada tuh. Belum dikirim, kali… (o_0)”\
Lha, justru post ini saya update karena belakangan ini berinteraksi dengan mereka!
Contoh paling mutakhir di blognya Geddoe, noh. 😆
Wah, kurang tahu. Guru saya waktu SMA dulu nggak mempermasalahkan segitunya, sih. 😕
Memang, beliau bilang bahwa percobaan abiogenesis sejauh ini belum berhasil, dan bahwa itu waktunya penciptaan oleh Tuhan (c.f. FAQ #4 dan #14). Tapi soal evolusinya sendiri, beliau asik-asik aja, tuh?
(padahal pakai jilbab + sudah berusia paruh baya)
Wah, iya kali ya? Soalnya waktu itu komen dari hape..
*Baca link ke geddoe*
lohhh..ini masih lanjut ya? 😯
ini baru debat! 😆
Saya tebak pasti sora banyak menahan sabar disana.. *sotoy*
Btw, bener lho, dulu di sekolahan saya teori evolusi di ajarkan sangat minim, berkesan malas2an gitu gurunya. Dan ga niat ngajar teori itu. Itu waktu saya SMP, bisa dimaklumi mungkin karena SMP saya dulu di sekolah swasta islam
apalagi sempet didatengin sama kru HY yang muter video2nyaTapi waktu saya SMA di negri sekalipun, ga jauh beda. Walaupun ga separah waktu SMA sih. Tapi jelas ga ada yang nerangin masalah ini segamblang Sora, geddoe, dll.
Ga lagi nyindir tho, mas sora..? 😕
Mantav, jika kebetulan ketemu kreasionis yang kekeh, tinggal diarahkan ke sini.
Baru-baru ini saya juga habis diskusi sama seseorang soal Evolusi. Beliau pendukung Harun Yahya. Sayang sekali, beliau tidak paham teori Evolusi kecuali apa yang ia dapat dari buku Harun Yahya. Anehnya susah sekali bicara ilmiah dengan orang yang paranoid terhadap ilmuwan-ilmuwan barat. Dengan mudahnya mereka bilang Konspirasi. Akhirnya, itu diskusi gak ada hasil sama sekali kecuali capek
@ grace
Iya. Komentar saya berulangkali nyangkut di moderasi kemaren. Untung yang punya blog bisa langsung dihubungi. 😐
Akismetnya Geddoe payah, sih… =3=
*lha?*
Ya iya lah… Saya juga waktu SMA belum ngerti segininya amat. Justru pahamnya pas udah kuliah. 😆
BTW, kalau tertarik belajar, bisa coba mulai dari buku (atau e-book) Richard Dawkins: “The Blind Watchmaker”. Ini buku pengenalan evolusi yang bagus + mendetail dengan bahasa populer. ^^
Hei, saya ini sekadar menyebut fakta. Masa diartikan menyindir? Hah? HAh? HAH?? 😐
😆
:::::
@ dana
Yup, memang itu tujuan dibuatnya FAQ ini. 🙂
:::::
@ secondprince
Saya mengerti sekali perasaan itu, masbro. Saya sendiri beberapa kali mengalami… (-_-)
Nah, ini. Dulu saya pernah ngobrol sama Geddoe, bahwasanya cara pikir mereka itu:
Ya, susah. Harus modal sabar nanggepinnya. Jelasin lagi konsep evolusi dari awal… 😆
Saya sekarang lebih tertarik dengan implikasi-implikasi teori Evolusi terhadap agama. Banyak juga agamawan [dlm lingkup Kristen yang saya tahu] yang menerima teori Evolusi sambil merekonsepsi ulang pemahaman mereka tentang konsep Penciptaan ex nihilo dan creatio continua.
Tapi implikasi filosofis dari teori evolusi itu yang masih [kebanyakan] belum diterima. Salah satunya adalah adanya implikasi filosofis dari Evolusi Darwin bahwa kehidupan itu tidak bertujuan, acak, tidak teratur, dan lain sebagainya. Sebagai akibat mekanisme evolusi yaitu mutasi gen yang memang mengatakan demikian. Padahal, setahu saya, kehidupan yang diciptakan Tuhan, menurut para agamawan itu, adalah bertujuan dan teratur. Evolusi Darwin (dengan mekanismenya) seakan-akan tidak mempunyai “Prinsip Antropis” yang menandakan keteraturan dan tujuan dari kehidupan makhluk hidup.
Dan ini tentu saja bertentangan dengan konsep yang diterima oleh hampir semua teolog dlm Kekristenan. Bahwa Allah menciptakan kehidupan yang teratur dan bertujuan.
Implikasi lain, misalnya, bahwa kehidupan itu kejam, bengis, keji, dan tidak mengenal belas kasihan. Termasuk kehidupan manusia. Seleksi alam dengan slogan survival of the fittest yang membuat kehidupan itu seperti itu. Bahkan ada agamawan yang mengganti konsep survival of the fittest dengan konsep survival of the wisest 🙂 atau bahkan yang lebih aneh lagi “yang paling beriman yang akan bertahan”.
Masih banyak implikasi-implikasi filosofis dari teori evolusi yang belum bisa diterima oleh para teolog, meskipun mereka sudah bisa menerima teori Evolusi itu sebagai sebuah penjelasan [tentunya dengan berbagai perubahan] atas peristiwa penciptaan.
Saya sepakat dengan Mas Fertob. Mungkin mirip dengan kontroversi geosentrisme-heliosentrisme yang ada di Abad Pertengahan; penolakan yang ada atas teori Copernicus atau Kepler itu bukan berupa adu kalkulasi gerak matahari atau apa, melainkan murni rasa kehilangan signifikansi setelah posisi “pusat” itu direbut oleh matahari.
Filsuf dan teolog (barat tentunya), apalagi sebelum lahirnya gerakan Empirisisme Inggris, setahu saya memang banyak yang mengandalkan “hati” dalam berpikir. Misalnya Ptolemy yang mengklaim bahwa gerak planet yang berbentuk lingkaran sempurna. Atau Aristoteles dkk. yang menganut geosentrisme. Padahal kalau dipikir-pikir oleh orang zaman sekarang seperti kita, kok sepertinya itu begitu remeh dan tak penting. 🙂 Pembelaannya tidak ilmiah. Ini mungkin karena kita sudah terbiasa? Tak jadi pusat tata surya pun bukan perkara besar.
Evolusi juga begitu. Manusia kehilangan posisi istimewanya sebagai spesies. Manusia jadi rapuh. Mirip anak bangsawan yang diberitahu kalau dia anak pungut. 😛 Tapi saya kira bagi saintis-saintis untuk mengkambinghitamkan agama juga tidak relevan; sebab justru agama itu dijadikan tameng oleh teolog. 😀
Jadi sebenarnya masalah waktu saja. Lama-lama zeitgeist juga akan bergeser dan manusia tak lagi merasa jengah dengan asal-usulnya yang lebih membumi. Sederhana saja. Sebenarnya tak perlu dikhawatirkan.
…
Naah, tapi, yang bahaya justru propaganda-propaganda anti-Evolusi a la HY. Ini memberi harapan palsu bagi manusia yang malah bisa memperlambat pergeseran zeitgeist tersebut. 😐 Tidak, silakan saja memprotes atau mempertanyakan Evolusi, tapi tentunya mesti di atas landasan ilmiah, bukan di luar jalur seperti HY (i.e. langsung ke media masa tanpa penilaian sejawat).
Ini yang menyusahkan.
@ goldfriend
Hmm, memang ini ada benarnya. Sejauh ini evolusi tidak diketahui mempunyai tujuan akhir. Jikapun ada yang bisa disebut “tujuan”, maka itu adalah “bagaimana supaya makhluk hidup bisa survive“.
Nah, ini cenderung mengkhawatirkan untuk orang yang berpikir goal-oriented. Sementara evolusi itu sendiri cenderung berorientasi proses. ^^;
Wah, kebetulan. Baru beberapa hari yang lalu saya baca esai (di internet) karya S.J. Gould. Judulnya “Nonmoral Nature”. Di situ disebutkan bahwa Darwin mengalami kegoyahan pada konsep “Tuhan Maha Pengasih” setelah melihat perjuangan melawan seleksi alam yang berdarah-darah. 😕
Bisa dibaca di sini: [link]
Ada juga pandangan yang lebih apologetik. Bahwasanya — pada awal penciptaan — semua organisme itu rukun dan harmonis, tetapi, setelah lama di bumi mereka mulai mengembangkan persaingan “berdarah-darah”. Lha, jadinya seperti manusia? Awalnya ‘suci’ tapi kemudian jadi kacau dan saling menjatuhkan. 😆
BTW, yang terakhir itu saya baca di website Evolusi Kristen manaa gitu. 😕 Tapi saya lupa URL-nya. ^^;
Oh, soal “survival of the fittest”, sebenarnya sudah di-update. 😀 Pandangan yang lebih kontemporer adalah “survival of the fit enough”. Jadi, kenapa makhluk “tanggung” seperti Coelacanth dan komodo masih lestari, itu karena mereka tergolong fit enough untuk alam sekarang (bukan fittest).
*BTW, saya kok jadi kepikiran: “survival of the wise enough”* 😆
Yup, benar. Tapi, IMO, evolusi bisa dianalogikan dengan perkembangan manusia juga.
Think about it. Manusia berkembang dari satu nenek moyang (Adam-Hawa). Kemudian beranakpinak, menuju keragaman sifat, bahasa, dan budaya. Ada yang bekerjasama, ada yang saling menjatuhkan dan merugikan.
Organisme juga begitu. Datang dari satu nenek moyang (entah lewat Penciptaan atau abiogenesis), kemudian berkembang menuju keragaman. Ada yang bekerjasama, ada yang saling menjatuhkan. Yang bekerjasama simbiosis mutualisme/komensalisme; yang saling menjatuhkan parasitisme dan predasi.
IMHO, jika kita menyatakan seleksi alam itu “berdarah-darah”, dan dari situ mengkritik Tuhan, itu mirip dengan memprotes-Nya lewat problem of evil. Apa salah Tuhan menciptakan?
Atau, kalau mau main straw man:
(pandangan ini kok terkesan Deistik yah) ^^;
@ K. geddoe
Terkait evolusi: mungkin juga karena orang terbiasa melihat monyet sebagai “makhluk hina”. Tapi kemudian, ndilalah… ternyata kok satu keluarga. 😆
*gaya Dongeng Geologi on*
😦 “Woo, pakdhe, jadi aku ki sodaraan sama munyuk ta… wupst!”
🙂 “Hush!”
Tapi masbro, ada beberapa hal lagi. Evolusi mencampuri agama lebih daripada what meets the eye. 😕
Seperti yang dikatakan mas Fertob, implikasinya cukup banyak. Di antaranya:
Di sini yang terluka bukan hanya ego manusia, melainkan juga doktrin agama/ketuhanan yang kena ‘senggol’. 😉
Jalan keluarnya, tentu, menyeimbangkan antara (1) me-reinterpretasi teologi, dan (2) menyeleksi dalil-dalil evolusi yang akan diadopsi. Theistic evolution juga punya constraint: dia harus menyesuaikan dengan skriptur agama ybs.
“…ditambah lagi mendatangkan troll pembela HY ke postingan blog saya. Benar-benar bikin capek batin. 😐 ”
Bukan begitu, masbro? 😆
😆 😆 😆
Turut berduka cita
Tiga kali saya di perlakukan seperti ini di rumah sora.. 🙄
hidoi yo, sora-kun! *pulang dengan mata berkaca2**digetok karna OOT melulu*
^
— OOT —
[super badass bishonen villain mode on]
…tahu nggak? Kamu kelihatan lebih cantik kalau lagi nangis. 😎[super badass bishonen villain mode off]
*dicincang seketika* XD
— OOT —
Oh mijn God, boeng ini ada rasa ketertarikan pada sadism agaknja? Gemar dengan Les 120 journées de Sodome poela agaknja? Saja semangkin tida simpati pada boeng. 😆
^
— OOT —
Hust, ada salah kiranja Boeng ini? Djelas ada tjetak penanda tjoret di kalimat jang termaktoeb. 😐
Tida poela saja gandroeng karja De Sade. Allah tobat! Djangan Boeng ada sangka saja lelaki sadist zonder martabat!
— OOT —
Kan lebih bagus kalau tidak dicoret
*OOT, gosip baru 😆 *
^
Ah, sialan. 😆
Udah, udah. OOT habiss… Ini postingan serius! 😈
shoo~ shoo~ =3=
[…] jika Anda sedang berusaha menjelaskan tentang tema yang agak kompleks dan/atau mendalam (misal: teori evolusi atau mekanika kuantum). Tentunya repot jika saya sedang menjelaskan bagian awal, lalu rekan diskusi […]
Bahasan ini menurut saya menunjukkan bahwa penulis tidak secara rinci membaca bahasan buku-buku HY. n terlalu mbela-belain teori Evolusi. semua orang juga tahu bahwa teori evolusi itu bukan cuma teori Darwin tapi juga lamarck dsb. kenapa yang dibahas oleh HY adalah teori evolusi dari darwin?? karena teori inilah yang paling mendekati untuk ditawarkan pada masyarakat science setelah sebelumnya teori lainnya lebih lemah dari teori darwin.
Kalau penulis mengatakan bahwa teori darwin tidak mengungkapkan manusia berasal dari monyet bagaimana mungkin anda bisa mengungkapkan bahwa manusia dan monyet berasal dari rumpun yang sama (great apes; apes=monyet????).
HY juga mengungkapkan bahwa fosil ikan “berkaki” itu bukan hasil evolusi justru karena para ilmuwan evolusi mengklaim ikan itu adalah produk hasil peralihan yang sudah tidak ada lagi sekarang karena sudah berubah total menjadi makhluk daratan kan?? namun kenyataan-nya ikan itu masih ada hingga sekarang dan yang dibilang kaki itu terbukti sirip ikan biasa yang model-nya seperti itu. jadi bukan model peralihan yang bertahan seperti yang penulis sampaikan.
maaf kebanyakan…. masih banyak lagi pembelaan teori evolusi yang “basi” dari 1 sampai 19 yang sudah terbantah dalam setiap buku karangan HY.
dan kenyataan-nya buku-buku HY hingga kini tidak ditanggapi oleh para evolusionis justru karena hampir tak terbantahkan kan??? jangankan penulis, ahli evolusionis dunia saja belum ada yang sanggup membantah buku-buku HY kok??? bahkan saking keselnya, para evolusionis Turki sampai melarang buku Atlas Penciptaan baca oleh masyarakat karena takut terbongkarnya skandal teori evolusi.
@ Anti Ateis
Betul itu, penulis artikel ini memang tidak rinci, bebal, barbar, dan tak beradab. Tidak usah diikuti tulisan ini. Memperbodoh saja.
Great blog, kayaknya kita harus buat secular Wiki Evolusi untuk memperkenalkan evolusi lebih lanjut. Di situ bisa ada Evolution Tutorial dlm Bhs Indonesia dan terjemahan dari list argumen kreasionis dan tanggapannya (talk origins archive)
Kliatan nya situs ini makin gak jelas….spt monyet yang lagi bulak-balik buah kelapa..diberi akal sehat untuk berfikir kok malah memaksakan nyari akal orang yg gak waras…coba buka semua fakta dan bukti.
http://us1.harunyahya.com/Detail/T/724BBCSO189/productId/1169/KERUNTUHAN_TEORI_EVOLUSI
@ Goes
lha, ndak baca isi tulisan di atas, ya? wong link yang sampeyan ajukan itu sudah terbantah, kok 😆
nggak baca link yang tentang metodologi ilmiah, ya?
@ Anti Ateis
bener2 mbaca postingan (dan link-link yang terkait) nggak, sih? yang sampeyan tanyakan itu semua sudah ada jawabannya di atas
mane gwe ikut blog lue kok gak dipublikasikan…hua..ha..ha..ha..ha..ha..ha..
this blog is not science but this blog is goobloog….
teman teman jangan di kunjungi blog nya cuman mau nyari popularitas….ha…ha..ha..ha..ha.
Intelektualitas dan pendidikan seseorang bisa dilihat dari kualitas tulisannya. Ada tulisan yg terjamin akurat, berisi dan berkualitas, ada yg absolute nonsense.
@ Goes
terus, kalo orang yang lebih goblog dari yang goblog, namanya apa oom? goblog kuadrat? 😆
*gelar permadani*
@ Anti Ateis, Goes
Anda-anda ini baca semua isi FAQ di atas tidak? Capek-capek saya nulis. Sayang kalo ndak dibaca. 😆
Soal fosil peralihan, ikan berkaki (a.k.a. coelacanth), dan semua yang Anda tanyakan sudah saya beberkan di atas. Common descent juga udah. Jangan bikin malu diri sendiri, lah.
Anyway…
Lho, bukankah Harun Yahya berkata: manusia tidak diturunkan dari monyet, karena monyet masih berkeliaran hingga kini. Ide ini jelas salah. Beliau menyamakan antara monyet modern dengan great apes.
Great apes adalah primata purba. Dia bukan monyet seperti yang kita kenal. Anda bilang great apes = monyet, sama saja dengan menyatakan Kijang kapsul tahun 2000 = Kijang kotak sabun tahun ’70-an.
Ya enggak bener lah. 😆
Read this:
FaktaEvolusi @ Blogspot.com (bahasa indonesia)
TalkOrigins.org (bahasa inggris)
Di link yang no.1 itu ada tanggapan khusus tentang “20 Pertanyaan Harun Yahya”. Bisa Anda telusuri sendiri lah ya. 😉
Sepertinya Anda perlu Google: “richard dawkins vs. harun yahya”. Monggo dicek. Saya tunggu di sini. 🙂
:::::
@ Abu Geddoe
Hus, jangan nyampah… 😎
Mana pakai gaya Poe, pula. Ntar disalahpahamin orang baru nyaho.
:::::
@ Karl Karnadi
Terima kasih. ^^
Mengenai referensi evolusi, biasanya saya menyarankan ke Talk.Origins, sebab di sana arsipnya lengkap sekali. Kalau sumber dalam bahasa Indonesia, blog FaktaEvolusi — dia banyak menerjemahkan berita sains dari jurnal seperti ScienceDaily dan NewScientist.
Mengenai bikin wiki bahasa Indonesia, wah, saya lihat kesannya ambisius. Ada yang mau bantu hosting? 😛
Yah, begitulah Pak. Saya sendiri sudah lumayan terbiasa, jadi dianggap fun sajalah. 😛
:::::
@ joesatch a.k.a. setanmipaselatan
Mereka itu nggak mau baca, karena takut melihat isi kebenaran di dalamnya… =3=
*ditimpuk*
Anda2 yang merasa pintar di blog ini Hua…ha..ha..ha..ha..
satu saya kutipkan “Evolusi berasumsi bahwa pada awalnya hanya terdapat satu/sedikit spesies di muka bumi milyaran tahun lalu. Dari spesies perintis itu, terjadi upaya adaptasi berdasarkan keadaan alam yang berbeda-beda. Hasil adaptasi ini kemudian diturunkan pada anak-cucu dari makhluk perintis tersebut; mengesankan terjadinya perubahan perlahan-lahan menuju bentuk yang lebih sempurna.” itu semua tidak benar…semua spesies yg ada di bumi ini telah ada dan tidak terjadi namanya perubahan bahkan manusia belum tau nama-nama dari spesies tsb..itu semua kehendak Nya..gak mungkin dari kupu2 akan jadi belalang..dan perwujudan telur kupu2 jadi ulat trus jadi kepompong dan kemudian jadi kupu2 itu adalah proses sama seperti hal nya manusia…trus itu yg akan diteliti…seolah2 dari telur akan menjadi sesuatu yg lain dari ulat,dan dari kepompong akan menjadi pesawat hua…ha…ha…ha..ha..ha..itu yg disebut pintar……pada dasarnya manusia ini tidak akan mendapatkan ilmu apaun jika bukan dari pengakuan alam,yang ada di kitab Zabur, Taurat,Injil dan Al-Quran…
Maju terus Sdr. Goes!
@ Goes
Wah, mohon maaf, tapi ini justru berpotensi menunjukkan bahwa Anda merendahkan kebesaran Tuhan. 😉
1) Kalau Tuhan memang menciptakan makhluk hidup beranekaragam dari awal, untuk apa Dia menyisakan homologi/kesamaan struktur tulang/dan sebagainya? Untuk menipu kita bahwa *seolah-olah* terjadi evolusi, padahal tidak?
Tuhan kok menipu. Coba baca lagi esai Theodosius Dobzhansky yang saya link di FAQ #14. 🙂
2) Selama ini orang berkata bahwa kebesaran Tuhan tercermin dari keteraturan yang terlihat di alam. Tuhan itu bekerja dengan proses. Kalau Anda bilang “semua makhluk tercipta begitu saja”, sementara bukti menunjukkan sebaliknya…
…itu mirip dengan mengatakan bahwa: “Tuhan menciptakan bumi, bintang, dan planet begitu saja!” Sementara ada keindahan luar biasa di balik teori-teori kosmologi seperti Big Bang dan sebangsanya.
Jangan merendahkan begitu lah. Lihat keindahan dan kerapian proses di alam. Itu pertanda kebesaran Tuhan kalau Anda percaya. 😉
Mari kita tanya… GALILEO.
Tahu sejarah hidupnya kan? Sila dipertimbangkan. 😛
@ Abu Geddoe
*tendang Geddoe* 👿
BTW, sekali lagi kayak begitu, saya kirim ke akismet. Serius, ini. :-L
wah manusia yg satu ini sulit di kasi tau….baca “ATLAS PENCIPTAAN” tapi bukan baca doang y…di hayati dan di telaah pake akal,,,jangan pake akal darwin alias turunan kera ataw hanoman…ha…ha..ha..ha..ha..ha..
malah mebulak- balikkan fakta “Wah, mohon maaf, tapi ini justru berpotensi menunjukkan bahwa Anda merendahkan kebesaran Tuhan. 😉 ” justru dengan adanya teori yg kamu anggap bener itu yg menerndah kan Sang Pencipta..seolah-olah semua ini baru ada di jaman darwin…hau..ha..ha..ha.. apa kamu tau galileo?? apakah kita tau barangkali dia tau ilmu pun dengan megupas salah satu ayat pada kitab2 tbs….trus saya mau tanya apa anda bisa hidup dan tumbuh dari kecil hingga besar dan mempunyai akal seperti ini sekarang karena usaha anda?? tidak …sama sekali tidak…apakah anda bisa lahir di keluarga muslim atau bukan apa karena usaha anda?? dan anda lahir di indonesia ini karena usaha anda?? tolong di jawab…
Satu lagi saya menambahkan terjadi nya evolusi pada manusia yg seperti darwin dan pengikutnya adalah evolusi atheis, kapitalis,kolonialis, komunis, matrialis, dan terorris klu itu jelas adanya teory evolusi yg di pertahan kan..karena terjadinya evolusi pada kaum2 ini, yg dulu nenek moyang mereka pada ta’at tentang keagaman….tak ada satupun makhluk yg ada di alam ini hidup dengan usahanya sendiri dan tiba2 bisa nongol ke dunia begitu saja…sadarlah sebelum ilmu yg anda amalkan bisa membuat diri anda celaka…
Huauauuauauaahahhhhahahahah…hur..hur..hur… !!! hey.. monyet-monyet para keturunan kera sadarlah bahwa ALLAH(TUHAN) sang pencipta semesta alam menciptakan manusia pertama itu adalah Nabi Adam A.S bukan monyet seperti moyang kalian (yang menganggap teori si darwin BENAR)!!! kalo daku mah sih g mau tuh ngikutin teori yang g jelas…. “amit-amit jabang bayi tong siga monyet” … tp kalian harus sadar kalau hal ini hanya teori yang di buat dan datang dari monyet seperti si darwin CS bukan dari ALLAH (Tuhan)!!! hoaaaaaaaaaaaahhahhahahhhahahahha… TOBAAAAAAATT…TOBAAAAAATT…!!!
“TOBAT-lah kalian sebelum di NOBATKAN menjadi ALMARHUM/ALMARHUMAH…”
Peace akh… and hatur thank you a lot for god yang telah mem-open pikiran inyong sebelum abdi back padanya…
SALAM IJID dari Prof. Dr. Don Liong vanbechkok M, M.hum
@ Goes, Don Liong VanBechkok
boleh tau pendidikan terakhir anda apa dan lulusan mana? 😉
percaya, kok. saya percaya dan mengimani dengan serius bahwa Adam adalah homo sapiens, alias manusia modern, sekaligus khalifah pertama
tapi kalo sebagai genus homo yang pertama, apa Allah juga pernah menyebutkan hal itu? kalopun perkataan anda benar, prof, maka yang disebut Allah sendiri, kan, Adam adalah spesies manusia (alias homo sapiens) pertama, dan bukan genus homo pertama. lha, kalo sudah kayak gitu kenapa kami ini ente suruh supaya tobat dalam perkara teori evolusi ini?
Nah kan timbul masalah baru lagi…..
tapi anda belum nenjawab pertanyaan saya, “apa anda bisa hidup dan tumbuh dari kecil hingga besar dan mempunyai akal seperti ini sekarang karena usaha anda?? tidak …sama sekali tidak…apakah anda bisa lahir di keluarga muslim atau bukan apa karena usaha anda?? dan anda lahir di indonesia ini dan di pulau jawa karena usaha anda?? ” tolong di jawab…
malah nanya pendidikan apa 😉 itu ilmuan???..etis??…saya tambah kan lagi apa anda termasuk kaum2 darwinisme??
coba di jawab jangan ber-belit2 kok malah membahas yag bukan saya tanyakan…???klu anda merasa pintar jawab setiap ada yang tanya 1 / 1…
@setanmipaselatan :-L
“boleh tau pendidikan terakhir anda apa dan lulusan mana?”
Kalau dipercaya y neng (jilbab Nakal) saya lulusan Pasca sarjana Tehnik Arsitektur Otak Manusia di ITB 😉
“lha, kalo sudah kayak gitu kenapa kami ini ente suruh supaya tobat dalam perkara teori evolusi ini?”
Dalam mempercayai atau meyakinkan argumen yg di tulis dalam postingan ini…harus memakai “ALAT” yang ane sebut ‘AKAL’ nyang ade di otak ente dan tentunye ya neng “ALAT” ini tidak akan berfungsi kalo g ade “BAHAN PENDUKUNG” yang ane sebut “IMAN” nah sudah jelas kan neng ente itu hanya punya “ALAT” nye aje, “BAHAN PENDUKUNG” nye g dipake!!! jadi semua semua postingan yang ente tulis ya neng hanya “BULLSHIT” alias “Tai Banteng” !! y eyalah orang postingannya aja masih plin-plan g kaya Harun Yahya atawa si monyet Darwin yang pas di publikasikan ke umat manusia di seluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuruh dunia ini mereka meyakini kepercayaan dan pikirannya sehingga tercipta sebuah argumen yang dapat dipercayai sebagian manusia di bumi dan langsung di posting-kan lewat media yang dapat di baca oleh umat manusia keturunan nabi Adam A.S bukan keturunan Monyet.
Allah sang pencipta menciptakan makhluk yang sempurna dari makhluk lainnya yang di sebut MANUSIA. Sekarang mau-maunya disebut bahwa manusia itu keturunan monyet !! huahahahahhahahahahahahhahaha…. maklumlah jaman dulu kan masih minim pengetahuannya nah sekarang yang meluruskan TEORI EPOLUSI ini ya Bung Adnan (HY). Kalo bung Adnan ini postingannya bisa di terima logika saya dan dapat dicerna baik oleh usus sehingga tidak menjadi “TAI”.
Para sains-sains terkemuka di bumi itu tidak mempercayai adanya “TUHAN” alias “ATHEIS” makanya mereka berpendapat bahwa kehidupan di bumi ini terjadi secara kebetulan semata!!! Kalo neng benar beragama maka neng akan tahu mengapa ALLAH(Tuhan) menciptakan manusia!!! :MRGREEN:
“Makanya neng saya suruh tobat itu agar tidak menyesal di kemudian hari” nyang namanya tobat itu meminta maaf kepada sang “MAKER” sudah mengingkari dari kebenarannya!!!!
Huauauuahahaha…hur..hur.. jadi punya pertanyaan nih, Postingan anda kan masih plin-plan alias netral g puguh nah saya jadi bingung maka timbullah pertanyaan sebagai berikut :
“Dalam teori si darwin disebutkan bahwa kehidupan itu tercipta dari benda mati yang ber-Evolusi menjadi makhluk hidup seperti sekarang ini secara kebetulan…sedang kan menurut semua agama yang ada di muka bumi ini tidak seperti itu (nah jadi Agama deh hubungannya)!!so my Question is (eng..ing..eng)
1. “Apakah mungkin benda mati dapat berEpolusi menjadi Benda hidup???
2. “Mengapa batu-batu(benda mati)yang sekarang tidak berEpolusi menjadi semut misalnya atau apapun pokona benda hidup????
3. “Mengapa adik saya dilahirkan bukan dari batu tetapi dari my Mom(saya lihat sendiri prosesnya)???
4. “apakah epolusi itu hanya berlaku 1x sehingga setelah sebagian benda mati sudah berepolusi menjadi makhluk hidup maka epolusi itu kadaluwarsa???
THANK’S…
@ Dong Liong
Teori Darwin tidak menyebutkan benda mati berubah menjadi benda hidup; itu teori abiogenesis.
Teori Darwin tidak menyebutkan bahwa seleksi alam itu “kebetulan”, melainkan berupa algoritme/sistem yang jelas.
Jadi, Mas/Mbak “lulusan Pasca sarjana Tehnik Arsitektur Otak Manusia di ITB”, rupanya Teori Evolusi itu apa saja Anda sudah tidak mengerti.
@ Goes
saya merasa tidak perlu menjawab pertanyaan anda karena 2 alasan:
pertama, anda tidak menunjukkan kepada siapa pertanyaan itu anda tujukan? untuk saya atau untuk sora?
kedua, keliatannya anda memang nggak membaca postingan di atas secara runtut dan sampai habis. jawaban pertanyaan anda sudah ada di sana. oke, saya kutipkan lagi dari bagian akhir postingan di atas:
lagipula, apa korelasinya pertanyaan anda itu dengan teori evolusi. jangan2, seperti kecurigaan awal saya, anda tidak bisa membedakan antara teori evolusi dan abiogenesis?
lain kali, postingan di atas dibaca secara runtut dan pelan2 dulu. jika kita menanyakan hal yang sudah dibahas sebelumnya maka itu cuma akan menimbulkan kesan bahwa kita tidak menyimak pembahasan tentang hal tersebut dengan seksama
@ Don Liong VanBechkok
jilbab nakal? apa yang mendasari anda mengeluarkan statement seperti itu? saya boleh tau? hati2, lho… jangan sampai anda menyebarkan prasangka yang berpotensi menyesatkan pembaca 😆
lulusan Pasca sarjana Tehnik Arsitektur Otak Manusia di ITB?
menurut EYD, ejaan yang benar adalah “teknik”, bukan “tehnik” 😆 tapi nggak pa-pa, nanti saya bisa minta tolong pemilik blog ini untuk kroscek di kampusnya, apa ada jurusan macam itu di ITB. yang punya blog ini penghuni asli ganesha 10, lho 😀
tentang 4 pertanyaan terakhir anda, rasanya ndak perlu dijawab lagi. sudah dibahas sama Geddoe, dan bahkan ternyata argumen yang anda jadikan pijakan untuk mengajukan pertanyaan saja sudah salah.
sama kayak kata-kata saya buat Goes: lain kali, postingan di atas dibaca secara runtut dan pelan2 dulu. jika kita menanyakan hal yang sudah dibahas sebelumnya, maka cuma akan menimbulkan kesan bahwa kita tidak menyimak pembahasan tentang hal tersebut dengan seksama
all capslock mode=”on”
TROLL-NYA PAYAH!!! SAYA JADI NGGAK BISA BERMAIN DENGAN PENUH SUKA-CITA. NGGAK MENANTANG! 😈
all capslock mode=”off”
@ Goes | Don Liong
Hei, Anda ini orang yang sama. Ngapain pakai dua nickname (dan e-mail) yang berbeda? Dikiranya saya nggak tahu IP Address? 😐
Boleh aja kalau mau diskusi, tapi yang sopan. Jangan kayak begitu. Seolah2 yang datang ramai, padahal cuma sendirian. 😆
Ah, dikau. Baca ini dulu, deh:
Venomous Snakes, Slippery Eels and Harun Yahya
Richard Dawkins on Harun Yahya’s Atlas of Creation (video)
BTW, Atlas of Creation sendiri salah kaprah. Dia cuma membandingkan fosil purba dengan fosil modern. Evolusi yang sebenarnya bersifat bercabang, bukan linier — ini sudah saya bahas di FAQ #5.
Oh tidak, Anda salah. 😆
Stephen Hawking mengemukakan teori Big Bang tahun 1960-an, apakah Big Bang baru ada di zaman Hawking?
Charles Darwin merumuskan evolusi abad 19. Apakah artinya: evolusi baru ada di zaman Darwin?
Coba dipikir lagi… 😉
Ternyata Anda nggak tahu kisah hidup Galileo.
Galileo dihukum penjara oleh Gereja karena mengatakan “bumi berputar mengelilingi matahari”. Gereja dulu percaya bahwa bumi itu datar dan matahari mengelilingi bumi (Teori Geosentris).
Galileo adalah ilmuwan pelopor. Dia DIHUKUM PENJARA oleh orang-orang Gereja, yang menerjemahkan ilmu dari KITAB SUCI, yang Anda agungkan itu. 🙂
Paham sekarang?
Ini apa hubungannya sama evolusi?
Kita kan lagi membahas evolusi. Jangan dikesamping-kesampingkan lah. 😆
Kalau maksud Anda semua itu terjadi dengan bantuan Tuhan, terus kenapa? Kan sudah saya sebutkan soal theistic evolution. Itu pandangan tentang evolusi yang didahului oleh Penciptaan. 🙂
Ah, Anda gak perhatiin tulisan saya. Nggak usah dijawablah. Udah ditulis di atas ini. 🙄
Sudah ditanggapi oleh mas joe a.k.a. setanmipaselatan. Cukup jelas lah ya. ^^
Nggak ada nama jurusan seperti itu. Jangan dibikin-bikin, ah.
Anda ini benar-benar nggak baca FAQ. Sudah saya tuliskan di FAQ #4, itu Teori Abiogenesis — bukannya evolusi Darwin.
Kalau begitu saja masih salah, ya, mohon maaf. Saya jadi memandang Anda nggak kompeten di bidang ini. 😉
:::::
@ Abu Geddoe
Terima kasih sudah membantu. 😛
Dari kemaren kek.:::::
@ joesatch alias setanmipaselatan
Ya, kalau begitu masbro pahamlah penderitaan™ saya selama beberapa tahun terakhir. 😆
BTW, sekadar pengumuman: yang menulis postingan di atas (sekaligus pemilik blog ini) adalah saya, bukan joesatch alias setanmipaselatan.
Profesor dari Jurusan “Pasca Sarjana Tehnik Arsitektur Otak Manusia di ITB” kelihatannya salah sangka. Jadi saya luruskan sajalah. ^^
@sora9n
” Hei, Anda ini orang yang sama. Ngapain pakai dua nickname (dan e-mail) yang berbeda? Dikiranya saya nggak tahu IP Address? 😐 ” darimana anda tau ini orang yg sama?? trus klu 1 IP sudah mesti orang yg sama?? trus terang saya di salah satu warnet, dan ada ucapan anda ” Boleh aja kalau mau diskusi, tapi yang sopan. Jangan kayak begitu. Seolah2 yang datang ramai, padahal yang cuma sendirian. 😆 ” saya tidak bisa terima. tadi nya saya sudah menghargai apa yg di utarakan oleh joesatch yang legendaris tetapi ada ulasan diatas, baik saya ingin anda menjawab pertanyaan saya, “apa anda bisa hidup dan tumbuh dari kecil hingga besar dan mempunyai akal seperti ini sekarang karena usaha anda?? tidak …sama sekali tidak…apakah anda bisa lahir di keluarga muslim atau bukan apa karena usaha anda?? dan anda lahir di indonesia ini dan di pulau jawa karena usaha anda?? ” tolong di jawab…thx…sy tidak ingin mengajak ricuh, yang tadi nya saya ingin menguji seberapa kuat mental seorang penulis dengan argumen tulisan nya…
@ joesatch yang legendaris
thx buat kamu..yg begitu ulet dalam memperjuangkan artikel nya 😉 dan coba klu bisa jangan di kaitkan dengan teory nya HY karena teory HY menjelaskan secara Global..;)
@ Goes
kok jangan dikaitkan? gimana, sih? lha wong anda sendiri yang bilang kalo teori evolusi sudah pupus sama teorinya HY, kok sekarang malah minta jangan dikaitkan? ini maunya yang bener gimana? teorinya HY kan memang maksudnya mengoreksi teori Darwin, tapi apa lacur… ternyata malah nggak diakui. kalo sudah kayak gini, kok saya diminta jangan mengaitkan?
saya nggak boleh mengaitkan 2 hal yang sebetulnya memang saling berkait, gitu?
btw, menjelaskan secara global tentang apa? bisa dijelaskan ulang dengan lebih lengkap?
dan terakhir, tolong penulisan tanda baca dalam kalimat2 anda diperhatikan dikit, deh. saya pribadi jadi agak kesulitan merangkum maksud komentar anda karena tanda baca yang anda pakai, menurut saya, agak njelimet.
@ Sora
itu pertanyaannya Goes yang seputaran lahir-lahiran dijawab saja, masbro. biar beliaunya puas. saya sebenernya mau njawab, sih. cuma beberapa parameter awal dari pertanyaan yang diajukan sama beliau aja ternyata sudah nggak sesuai dengan kenyataan kehidupan saya sendiri 😀
Ah… Deja vu… 😆@ joesatch yang legendaris:
baik, sedikit rangkumkan :
1. GALILEO sejarah tentang Tentang, Sejarah adalah satu bukti yg tidak bisa di ubah “Galileo dihukum penjara oleh Gereja karena mengatakan “bumi berputar mengelilingi matahari” Dalam Injil Awal. Gereja dulu percaya bahwa bumi itu datar dan matahari mengelilingi bumi (Teori Geosentris)Injil yg telah di ubah oleh kaum atheis dianggap GALILEO membawa pengetahuan sesat..
2. HY menghilangkan pemikiran di otak manusia yg namanya : “Dari spesies perintis itu, terjadi upaya adaptasi berdasarkan keadaan alam yang berbeda-beda. Hasil adaptasi ini kemudian diturunkan pada anak-cucu dari makhluk perintis tersebut; mengesankan terjadinya perubahan perlahan-lahan menuju bentuk yang lebih sempurna. karena pemikiran semacam ini akan mengarah nya bahwa Tuhan itu lemah dan tidak teguh pendirian dan dapat berubah2 fikiran nya. HY menegaskan sebener nya bukan HY yg menegaskan Al-quran menegaskan bahwa tidak terjadi perubahan apapun dalam Ciptaan Nya. Klau dulu manusia bentuk nya sempurna mempunyai ukuran kepala yg sesuai denga tubuh, dan ukuran tubuh 8X lebih besar dari kepala dua tangan dua kaki dan sebagainya.
3.kutipan “kok jangan dikaitkan? gimana, sih? lha wong anda sendiri yang bilang kalo teori evolusi sudah pupus sama teorinya HY, kok sekarang malah minta jangan dikaitkan? ini maunya yang bener gimana? teorinya HY kan memang maksudnya mengoreksi teori Darwin, tapi apa lacur… ternyata malah nggak diakui. kalo sudah kayak gini, kok saya diminta jangan mengaitkan?, anda pada awal nya mengatakan dan banyak posting anda teory saya tidak sama dengan teory darwin tp malah menyalak, setelah saya menyarankan untuk tidak mencari popularitas dengan teory HY.
4. Ada beberapa pertanyaan yg musti anda jawab ternyata hanya membulak-balikkan kata dan seolah2 anda mampu menjawab dan melibatkan orang lain dan berdalih tidak ada kaitan.dsb
5. Apa yang disodorkan HY adalah Dakwah,yg meliputi ilmu pengetahuan yg selama ini dibulak – balik oleh kaum2 atheis dan selalu tidak pernah mau mengakui kebenaran dan se-olah2 meraka yg paling benar dan menemukan nya.
6. Ada beberapa efek buruk diakibatkan dengan percobaan evolusi anda anggap gak ada kaitan nya.dan anda selalu menyebutkan gak nyambung.
7. Tulang belulang tidak bisa dijadikan satu bukti,terjadi evolusi yang mengakibatkan manusia berhalusinasi seperti dinosourus yg mungkin kepala buaya leher jerapah dan badan gajah kecuali Fosil.
8.Semua artikel yg anda sodorkan mengarah kepada kepercayaan kaum2 Atheis.yg membuat propaganda.dan anda salah satunya.
9. Pada intinya anda mempertahan kan suatu teory yg sebenernya anda sediri gak yakin..
10.Banyak alasan gak nyambunglah, gak baca lah,tolong penulisan tanda baca dalam kalimat2 anda diperhatikan dikit, deh. saya pribadi jadi agak kesulitan merangkum maksud komentar anda karena tanda baca yang anda pakai, menurut saya, agak njelimet.dsb dan pada intinya anda sendiri tidak begitu menguasai.
11.pengakuan “thx buat kamu..yg begitu ulet dalam memperjuangkan artikel nya dan coba klu bisa jangan di kaitkan dengan teory nya HY karena teory HY menjelaskan secara Globalsaya sebenarnya saya sudah muak dengan katanya orang2 pintar ternyata gak nyambung.
THX…ha…ha…ha..ha..ha..ha..ha..ha..
lieurrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr atheis akh…….
setelah saya lihat, dan saya baca, apa yang menjadi anda untuk mempertahankan artikel dan apa tujuan anda?
@Abu Geddoe
“Teori Darwin tidak menyebutkan benda mati berubah menjadi benda hidup; itu teori abiogenesis.
Teori Darwin tidak menyebutkan bahwa seleksi alam itu “kebetulan”, melainkan berupa algoritme/sistem yang jelas.
Jadi, Mas/Mbak “lulusan Pasca sarjana Tehnik Arsitektur Otak Manusia di ITB”, rupanya Teori Evolusi itu apa saja Anda sudah tidak mengerti.”
aaaaaaaaaaahhhh…. makanya kalo mo nyela itu di pikir dulu!!! emang bener eta mah teori abiogenesis yang si aritoteles, tapi kan kata-kata tersebut disebutkan sendiri sama si darwin monyet sebelum mengeluarkan bukunya book of origin etalah mun te salah nama bukuna!!!!
@joesatch yang legendaris
menurut EYD, ejaan yang benar adalah “teknik”, bukan “tehnik” 😆 tapi nggak pa-pa, nanti saya bisa minta tolong pemilik blog ini untuk kroscek di kampusnya, apa ada jurusan macam itu di ITB. yang punya blog ini penghuni asli ganesha 10, lho 😀
tentang 4 pertanyaan terakhir anda, rasanya ndak perlu dijawab lagi. sudah dibahas sama Geddoe, dan bahkan ternyata argumen yang anda jadikan pijakan untuk mengajukan pertanyaan saja sudah salah.
sama kayak kata-kata saya buat Goes: lain kali, postingan di atas dibaca secara runtut dan pelan2 dulu. jika kita menanyakan hal yang sudah dibahas sebelumnya, maka cuma akan menimbulkan kesan bahwa kita tidak menyimak pembahasan tentang hal tersebut dengan seksama.
masalah ejaan g usah dipermasalahkan, orang postingan blog ini juga tanda bacanya g jelas!!! cape deeeehhhhhhh….
@nyang punya blog ini (entah sapa g pduli)
Hei, Anda ini orang yang sama. Ngapain pakai dua nickname (dan e-mail) yang berbeda? Dikiranya saya nggak tahu IP Address? 😐
Boleh aja kalau mau diskusi, tapi yang sopan. Jangan kayak begitu. Seolah2 yang datang ramai, padahal cuma sendirian.
huaaaaaaaaahahahahahahahahahha… ternyata bukan hanya teori anda yang terbelakang tetapi tekhnologi juga ternyata terbelakang alias urdu jaman purba( da ngikutin si darwin wae)!!!!! saya kan di warnet y pastilah sama ipnya dengan yang lain.
@joesatch yang legendaris
KUTIPAN :
saya merasa tidak perlu menjawab pertanyaan anda karena 2 alasan:
pertama, anda tidak menunjukkan kepada siapa pertanyaan itu anda tujukan? untuk saya atau untuk sora?
Ternyata pernyataan seperti itu pernyataan yang bodoh, y eyalah udah jelas kalian berdua kan yang menjawab semua pertanyaan penulis jadi knp harus balik bertanya lagi??? y terserah itu mah sapa yang mo ngejawab, entah anda ataupun teman anda itu !!!! hahahahahhahahhahaha beneran uy ternyata berrtanya ke blog ini tidak mendapatkan ilmu tp malah mendapatkan kebodohan!!!!
*duduk di balkon VIP*
*rebus kacang*
buat sarjana Tehnik Arsitektur Otak Manusia ITB:
bisa anda sebutkan referensinya bahwa Darwin pernah menyebutkan bahwa “kehidupan itu tercipta dari benda mati yang ber-Evolusi menjadi makhluk hidup seperti sekarang ini secara kebetulan”?
saya pesimis anda mengerti soal evolusi anda bahkan tak bisa menyebut dgn benar judul karyanya…
Artikelnya gak bermutu..:lol:
http://www.fossil-museum.com/
@ Goes
saya masih tetap bingung. jadi untuk lebih gampangnya, apa yang bisa saya jawab untuk anda? silakan ajukan pertanyaan anda dan akan saya jawab semampu saya, dengan catatan: untuk siapa pertanyaan itu anda tujukan harus ada kejelasannya; untuk pemilik blog ini atau untuk saya.
oh ya, komentar terakhir anda, saya juga bingung. itu maksud rangkuman anda niatnya diarahkan ke mana? 11 poin yang anda sampaikan itu benar-benar tidak saya pahami arah dan maksudnya 😀
tapi… bolehlah. mari kita bahas (semampu saya mencerna bahasa tulis anda, tentunya 😉
terus? masalahnya ada di mana?
dan, saya ndak paham maksud kalimat ini: “GALILEO sejarah tentang Tentang”
lalu bagaimana dengan bukti evolusi di artikel di atas?
dan, saya ndak paham maksud kalimat ini: “HY menegaskan sebener nya bukan HY yg menegaskan Al-quran menegaskan”
lho, anda memang salah, kan? kapan saya mencari popularitas? kapan saya mengajak orang lain untuk berkunjung ke blog saya?
dan, saya ndak paham maksud kalimat ini: “anda pada awal nya mengatakan dan banyak posting anda teory saya tidak sama dengan teory darwin tp malah menyalak”
saya ini homo sapiens, lho. bukan serigala yang bisa menyalak 😆
kapan anda menunjukkan bahwa saya sendirilah yang wajib menjawab pertanyaan anda? ini bukan blog saya, artikel di atas itu bukan saya yang nulis, jadi apa saya salah kalo merasa bahwa pertanyaan anda bukan ditujukan kepada saya?
menyalahkan orang lain atas keteledoran anda sendiri? menyalahkan saya karena tadinya anda menyangka kalo blog ini adalah blog saya dan artikel di atas itu adalah tulisan saya? yang benar saja, cah bagus…
menurut saya, dakwah yang baik adalah dakwah yang cerdas, bukan dakwah yang membodohi umat. kalo mau berdakwah dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan, ya berdakwahlah dalam bahasa ilmu pengetahuan, termasuk prosedur-prosedur di dalamnya, yang mana dalam hal ini adalah metodologi ilmiah.
besok saya bakalan berdakwah bahwa planet-planet selain planet bumi itu adalah bohong. itu cuma teori karangan karangan ilmuwan atheis. dan sesungguhnya cuma ada 1 planet, yaitu bumi. jadi teori yang bukan teori saya itu adalah salah.
saya nggak mungkin salah karena saya adalah seorang muslim dan saya sedang berdakwah untuk kemaslahatan umat muslim sendiri. apa boleh begitu? apa saya boleh berdakwah dengan argumen sengawur itu? apa cuma gara-gara saya adalah seorang muslim maka semua yang diomongkan oleh ilmuwan-ilmuwan atheis itu bernilai salah?
gampang banget, donk, kalo gitu. nggak usah belajar biologi – dan cuma perlu sebagai pendakwah muslim saja – untuk mengeluarkan sebuah teori baru tentang biologi.
sebutkan saja! dan jangan menggunakan logika yang ngawur ketika menyebutkannya. menyebutkan contoh dengan premis-premis serta kesimpulan yang keliru tentunya ya nggak bisa diterima, donk. tau tentang “fallacy”, kan?
euh, apa ada metodologi ilmiah yang seperti ini?
dan, saya ndak paham maksud kalimat ini: “terjadi evolusi yang mengakibatkan manusia berhalusinasi seperti dinosourus yg mungkin kepala buaya leher jerapah dan badan gajah kecuali Fosil”
anda sendiri masih menyebut kata “mungkin”. anda nggak bisa, donk, menyimpulkan suatu perkara sebagai hal yang salah dengan kesimpulan-kontra yang anda sendiri tidak yakin akan kebenarannya.
anda nggak bisa bilang “1+1=2” itu salah karena mungkin “1+1=3”. selama anda belum yakin kalo “1+1=3”, anda nggak berhak untuk mengatakan bahwa “1+1=2” itu salah 😀
nyahahaha… teori konspirasi? punya bukti tentang hal ini?
eh, saya nggak nyari popularitas, lho. link yang ada itu bukan blog saya. itu blognya Geddoe 😈
memang. teori evolusi ini bagi saya adalah pilihan terbaik di antara pilihan-pilihan buruk yang anda, which is teori ala HY adalah sesuatu yang lebih buruk dibandingkan teori evolusi.
selama teori evolusi masih diakui dunia dan belum ada teori lain yang sanggup memperbaikinya, teori evolusi bakal saya pegang terus.
analoginya, selama Chris John belum kalah dan masih menyandang sabuk juara dunia IBF, anda nggak bisa untuk mengatakan ada petinju lain yang lebih baik dari Chris John di kelas bulu IBF. prosedurnya, harus ada yang mengalahkan Chris John dahulu kalo mau bilang ada petinju lain yang lebih baik dari Chris John di kelas bulu IBF.
eh, Chris John itu memang bener juara dunia di versi IBF, kan?
lho, apa itu salah kalo saya njawab kayak gitu? pada faktanya, semua argumen yang anda ajukan sebelumnya, kan, memang sudah dibahas di tulisan di atas itu, tho?
ya jelas saya maleslah kalo harus ngulang-ngulang nulis apa yang sudah ditulis sama Sora di atas 😛
sama-sama.
dan, saya ndak paham maksud kalimat ini: “coba klu bisa jangan di kaitkan dengan teory nya HY karena teory HY menjelaskan secara Global”
saya juga muak sama orang yang sudah nggak pintar, nggak bisa nunjukin argumen yang valid, tapi nyalah-nyalahin orang lain. hahaha… kidding, kok. saya sebenernya nggak muak-muak banget. kalo ada yang nggak tau, ya sudah sewajarnya kalo saya kasih tau mana yang benar 😀
@ uink tea
kalo saya, sih, simpel: kedisiplinan dalam menyikapi ilmu pengetahuan dan kepatuhan pada metodologi ilmiah.
itu kalo saya, lho. nggak tau, deh, kalo sora. tapi kayaknya kurang-lebih sama 🙂
Don Liong vanbechkok
masak? perlu ndatengin pakar penulisan teks ke sini?
bagaimana hal itu bisa anda katakan “g usah dipermasalahkan”? wong pada kenyataannya pemilihan tanda baca yang sampeyan gunakan memang membingungkan, setidaknya buat saya.
tapi okelah, as u wish, kita nggak usah terlalu serius dalam hal ini. saya akan mencoba sebisa mungkin menangkap maksud dan tujuan dari tulisan anda 😆
keharusan dari mana itu?
saya dan sora ini 2 individu yang berbeda, lho. kalo saya bertanya kepada anda apakah anda sudah nikah, maka apa si Goes juga punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan saya?
normalnya, ketika anda bertanya atau mengkomentari tulisan di blog seseorang, si pemilik bloglah yang seharusnya menjawab, kecuali kalo ada syarat khusus, seperti pertanyaan itu ditujukan untuk sesama komentator. nah, kasus yang di atas itu, ada syarat khususnya nggak yang sampai mewajibkan saya harus menjawab pertanyaan yang diajukan di sini?
😆
ya jelas, dong. wong argumen yang anda pakai untuk mengajukan pertanyaan aja sudah salah, bagaimana bisa anda mengharapkan untuk mendapatkan jawabannya?
misalnya:
anda punya statement “1+1=3”, lalu anda mengajukan pertanyaan berdasarkan statement anda itu, berapakah 1+1+13?
premis awal anda salah. maka kalo saya langsung menjawab 16, tanpa mengkoreksi pernyataan anda terlebih dahulu, ya artinya saya ikut-ikutan ngawur kayak anda, kan?
dalam kasus yang sekarang ini anda ternyata mengeluarkan statement yang menyamakan antara teori evolusi dan abiogenesis. itu salah. dan konsekuensinya, pernyataan anda harus dibetulkan terlebih dahulu sebelum dipakai sebagai pijakan untuk mengajukan pertanyaan.
@ Goes
Ahihihi… Berapa besarnya sih, kemungkinan dua orang di warnet yang sama, membaca post yang sama, dan menulis komentar beruntun yang nadanya serupa? 😉
Tapi OK deh, kita tak usah berpanjang lagi soal ini. Soal benar atau tidaknya klaim Anda, biar sidang pembaca yang menilai. 🙂
Lha, saya juga ingin Anda menjawab pertanyaan saya: pertanyaan ini nyambungnya di mana dengan perkara evolusi?
Kalau sekadar menegasi kehadiran Tuhan, sudah saya sampaikan pada komen di atas: ada yang namanya pandangan theistic evolution. Atau God-guided evolution. Ini pandangan yang cukup diterima di kalangan religius (Kristen) US dan Eropa.
Atau, kalau mau jawaban yang lebih sekuler:
Manusia bisa tumbuh dan besar, karena dia mendapat perawatan dan nutrisi dari lingkungan sekitar. Perawatan dan nutrisi ini membantu berkembangnya akal manusia — yang sebelumnya sudah didikte oleh susunan kode genetika sejak lahir.
Orang tidak bisa memilih di keluarga mana dia mau dilahirkan. Tapi kalau saya punya genetika suku Arab (misalnya), sudah pasti ada di keluarga saya yang orang Arab. Misalnya kakek saya, atau malah ayah dan ibu saya asli kelahiran sana. 🙂
Sebenarnya, untuk menguji kekuatan argumen saya, cukup gampang. Anda bisa ikuti link-link yang saya sediakan — atau tanya ke pelajar/mahasiswa biologi yang Anda kenal — atau baca buku-buku ilmuwan terkenal seperti Richard Dawkins atau Stephen J. Gould. Bandingkan dengan buku-buku Harun Yahya. Baru Anda lihat, siapa yang argumennya lebih kokoh, logis, dan dilandasi fakta. 😉
* * *
BTW, saya tertarik menanggapi beberapa pertanyaan Anda untuk joesatch. Saya lampirkan sekalian di sini:
Tapi tetap saja itu KITAB SUCI yang Anda sebutkan. Tadinya kan Anda bilang: ilmu pengetahuan harus disarikan dari kitab suci seperti: Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an?
Lagipula, kalau Anda tanya saya, masalahnya bukan pada kitab suci. Masalahnya adalah kalau orang MEMAKSAKAN PENERJEMAHAN akan kitab suci, sementara ilmunya cupet. Itu yang bikin masalah.
Kitab suci bisa saja benar (BTW, saya ini agnostik, bukan ateis. Jadi saya gak punya keberatan dengan agama). Tetapi, bagaimana kitab itu diterjemahkan, ini yang sering bikin repot. Ilmu manusia terbatas, sementara kitab suci isinya sangat ambigu dan puitik.
Bagaimana kalau memandangnya begini:
Tuhan itu bekerja seperti tukang jam. Kalau jamnya sudah berjalan, barulah Dia tinggal mengamati dari luar. Demikian juga alam semesta: diciptakan dengan serangkaian hukum fisika-kimia di awal mula. Setelah selesai, baru Tuhan duduk dan mengamati.
Jadinya, ya, alam semesta bersifat algoritmik. Teratur. Tetapi kalau Dia hendak turut campur, nggak masalah — Dia juga bisa menurunkan banjir seperti zaman Nabi Nuh.
BTW, FYI, ada banyak pandangan Ketuhanan yang mengadopsi evolusi. Yang saya sebut di atas cuma salah satunya. Coba tanya ke wikipedia tentang theistic evolution, di sana penjelasannya cukup lengkap.
Tapi HY sendiri juga membolak-balik ucapan kaum evolusionis. Seolah-olah mereka mengkritik teori evolusi, padahal tidak. Ucapan mereka (para ahli biologi) itu disalahkutipkan.
Daftar yang cukup lengkap bisa dicek di: [link]
Bukan cuma Harun Yahya saja, tapi para kreasionis luar negeri juga berbuat begitu. Silakan dicek.
Efek buruk percobaan evolusi seperti apa? 😕
Mengenai mutasi sudah saya singgung di FAQ. Sementara dampak baik dari evolusi banyak sekali. Kalau tidak paham prinsip evolusi, dokter bisa salah menentukan dosis antibiotik. Padi varietas unggul tidak bisa dibuat, dan lain sebagainya.
Lha, dari 19 FAQ di atas itu, cuma 1 yang menyebut-nyebut fosil! Lainnya kan mengenai spesiasi dan adaptasi pada umumnya. 😀
Theodosius Dobzhansky (yang esainya saya link di atas) itu orang Kristen lho. Dia anggota Gereja Ortodoks Rusia. 😉
Sebagian pendiri teori evolusi modern (pasca Darwin) adalah ilmuwan religius. Dobzhansky (Ortodoks Rusia), Ronald Fisher (Church of England), Sewall Wright (Unitarian). J.B.S. Haldane penganut mistik. Yang ateis cuma Ernst Maier — ilmuwan asal Jerman.
Jadi sekarang saya bingung. Bener nggak evolusi itu teori ateis? Lha nyatanya… yang memperbarui orang-orang gereja semua!
Hayo… bagaimana ini? Argumen Anda jadi terlihat lemah, lho. 🙂
:::::
@ joesatch
Sudah tuh di atas. 😛
:::::
@ Abu Geddoe
*ngakak dulu* 😆
*ahem*
Sabarlah masbro. Seonggok debukaki di tengah perjalanan™, tidak seharusnya membuat kita jadi emosian… ^^_V
:::::
@ uink tea
Baca reply saya untuk Goes dulu, deh. Panjang lebar tentang ateisme dan evolusi, itu. 😉
Singkat saja: menjelaskan ilmu alam sebagaimana adanya. 🙂
Para kreasionis pada umumnya — termasuk Harun Yahya — menulis bahwa evolusi di ambang kehancuran, evolusi tak punya bukti kuat, dan sebagainya. Salah. Bukti kuat ada banyak — sebagian sudah saya beberkan di atas.
Justru para kreasionis itu salah paham tentang evolusi. Enak saja mengklaim ini-itu, sementara teori evolusi yang sebenarnya saja enggak ngerti. 🙂
:::::
@ Don Liong
Di halaman berapa? Coba tolong di-paste-kan ke sini. ^^
Di atas itu saya sertakan link untuk download “On the Origin of Species”. Habis membaca komen Anda, saya langsung search di Adobe Reader:
Nggak ketemu tuh. Justru Darwin berulangkali menyebut kata “Tuhan”, malah sempat menyinggung kitab Genesis. 😛
Saya copy-kan reply untuk Goes sajalah…
Ya?
Profesor kok bicara kayak begini. Nggak ada wibawa akademiknya sama sekali. 😆
Malu kamu pada dirimu! Jurusan saya punya beberapa profesor — dan, walaupun sebagian besar orangnya keras, tapi selalu sopan dalam berdiskusi. Biarpun yang nanya mahasiswa ingusan. Gak pernah sampai bilang “pamer kebodohan” atau sebangsanya.
*memalukan*
@ ahgentole | Abu Geddoe (lagi)
Silakan nonton, tapi jangan nyampah.
Kalau kebanyakan komen junk, ntar saya kirim ke akismet lho. 😎
:::::
@ godless
Yah, mas. Tipikal troll antievolusi memang seperti itu. ^^;;
(mereka kurang mau mengkritisi penyampaian HY/creationists in general, IMHO 😕 )
:::::
@ Abu Kadal | Lagend of monkey
Ah, itu kan kata Anda. Anda bukan Tuhan, tidak mungkin selalu benar.
Nih:
http://www.fossilmuseum.net/
Disertai penjelasan soal evolusi juga. Yang Anda link itu website pro-Harun Yahya dan SRF. Coba cari situs lain yang lebih netral. 😉
Coba deh saya minta yang jawab pertanyaan ini, yang nulis artikel di atas!!!!
“Berikan saya satu contoh mutasi atau suatu proses evolusi yang dapat memperbaiki informasi (genetis) didalam genom?”
Makasih kalo dijawab tp kalo ga di jawab berarti seperti dugaan saya…
@ Don Van
Oh, itu gampang.
Bayangkan terdapat populasi kepik bersayap merah. Jumlahnya 100.000 ekor. Dari 100.000 ekor itu, terdapat 30.000 yang bersayap cacat/bocel warnanya.
Berarti, dalam DNA populasi kepik, terdapat gen buruk (gen warna bocel).
Sekarang kita mau memperbaiki agar DNA populasi kepik tidak mengandung gen sayap cacat/gen warna bocel.
Mengikut kaidah teori evolusi modern, terdapat empat pilar:
Kalau saya mau “populasi kepik hanya mengandung gen sayap yang bagus/tidak bocel”, maka ada beberapa cara. Di antaranya:
a) Lakukan persilangan (breeding) hanya antara kepik-kepik dengan gen sayap bagus.
Gen sayap bocel tidak terreplikasi. Akhirnya dia akan menjadi resesif seiring zaman. Setelah beberapa generasi, gene pool hanya akan mengandung gen sayap bagus.
b) Pemandulan kepik bersayap jelek
Karena kepik bersayap jelek mandul, gen sayap jelek tak bisa diwariskan pada keturunan. Akhirnya gen sayap bagus akan mendominasi gene pool, gen sayap jelek jadi resesif —> kualitas keturunan meningkat.
c) Buat mekanisme seleksi alam anti-kepik jelek
Misalnya ada burung pemakan kepik. Burung pemakan kepik ini saya latih agar menyerang kepik bocel/bersayap jelek saja. Kurang lebih sama dengan mendidik kucing agar makan ikan (dan tidak menyerang tikus).
Dengan begitu akan banyak kepik sayap jelek yang mati. Kesetimbangan genetik populasi bergeser. Gen sayap bagus jadi dominan, sayap jelek resesif. Setelah beberapa generasi, maka genetik populasi kepik adalah “sayap bagus” semua. 😉
* * *
Sudah saya jawab. Dengan tiga cara yang berbeda.
Ada pertanyaan lagi? 🙂
BTW, Don Van itu Don Liong, bukan?
Kalau iya, komen Anda sebelumnya sudah saya jawab di atas. Kita menulis reply berbarengan — ada kemungkinan Anda belum baca reply saya.
Reply itu juga termasuk untuk Goes, Abu Geddoe, ahgentole, uink tea, dan Lagend of Monkey. Mungkin Anda tertarik mengikuti…
@sora9n
yups makasih dah di jawab..
tp ternyata benar dugaan saya… 😆
“Mungkin Anda tertarik mengikuti…”
hmmmmmmmm…mengikuti apa?teori anda(artikel di atas)? teori evolusi si darwin? atau apa?
^
Maksud saya, tertarik mengikuti tanggapan saya di komen sebelumnya. Siapa tahu ada yang mau ditanyakan lagi, begitu. ^^a
Saya nggak memaksakan apakah orang harus mengikuti evolusi atau tidak. Kan sudah saya kutip di FAQ terakhir: mau percaya atau tidak, silakan. Yang penting berargumenlah dengan data dan fakta yang benar. Bukannya asal bunyi. 🙂
Mengutip Pak Dhe Rovicky:
Kurang lebih begitu. 🙂
@ Don Van
Omong-omong, sebenarnya ada yang ketinggalan. Saya lupa menyebutkan soal mutasi.
(dan saya curiga ini yang Anda maksud dengan “dugaan saya benar”, tapi yah sudahlah. as I mentioned earlier, evolution isn’t all about mutation)
Mengenai mutasi sudah disinggung di FAQ: terkadang seleksi alam mengakibatkan terjadinya mutasi. Ada yang berbahaya, ada yang tidak. Ada juga yang menguntungkan.
Apakah suatu organisme mengalami mutasi sangat tergantung pada rangsangan alam (i.e. “seleksi alam”). Bisa saja terjadi ‘kecelakaan’ saat pengopian DNA, atau pengaruh bahan kimia, dsb.-nya. Atau yang artifisial semacam penggunaan radioaktif untuk modifikasi DNA. Per say, mutasi bisa terjadi secara spontan (natural) atau dibuat oleh manusia (induced).
Jadi, sebenarnya *seleksi alam* memang memicu terjadinya mutasi! 😀 Hanya saja “alam” di sini beraksi di skala molekuler. Apakah manusia bisa mengutak-atik gen? Bisa, tapi cenderung sulit dan mahal. AFAIK lebih mudah/murah menggunakan 3 cara yang sudah saya sebutkan.
Nah setelah terjadi mutasi, maka harus dilestarikan dengan bantuan tiga pilar lainnya (sudah disebut di atas). Jadi sebenarnya mutasi tidak eksklusif jadi tulang punggung teori evolusi. ^^
haduh.. nggak di blognya geddoe, nggak di sini, kenapa isinya tengkar semua 😕
*ambil kursi*
*ambil pop corn*
*nonton*
Oya mas sora, mas joe yang sabar ya menghadapi ujian, jangan lupa bawa air minum biar ga panas
*lanjutin nonton*
@sora9n
ah telat atuh E’E ente mah kamane aje??? dah g usah di reply lagi, percuma saya bertanya sama orang terbooooooooooooooooooDoooooooooooooooooooooohhhhh
di alam semesta setelah si monyet darwin cs.
Perhatikan yang benar ya jangan sampai mempermalukan diri anda sendiri lagi dan Almamater “Ganesha 10” (cenah)
DAN SEMUA JAWABANNYA SALAAAAAH 100%.
so, akhir kate ane pamit dulu from this go-blog … semoga ente diterima disisi-NYA. AAAAAAAAAAAAAMMMMIIIIIEEEENNN.
From : prof. Dr. Don Liong VanBechkok M, M.Hum
@sora9n
@joesatch yang legendaris
Kutipan I
” Apakah suatu organisme mengalami mutasi sangat tergantung pada rangsangan alam (i.e. “seleksi alam”). Bisa saja terjadi ‘kecelakaan’ saat pengopian DNA, atau pengaruh bahan kimia, dsb.-nya. Atau yang artifisial semacam penggunaan radioaktif untuk modifikasi DNA. Per say, mutasi bisa terjadi secara spontan (natural) atau dibuat oleh manusia (induced).”
ini salah satu yg mengakibatkan kelahiran cacat dan tak sempurna di jaman sekarang
Kutipan II
“Jadi, sebenarnya *seleksi alam* memang memicu terjadinya mutasi! 😀 Hanya saja “alam” di sini beraksi di skala molekuler. Apakah manusia bisa mengutak-atik gen? Bisa, tapi cenderung sulit dan mahal. AFAIK lebih mudah/murah menggunakan 3 cara yang sudah saya sebutkan. ”
Pengunaan Kata ” Bisa ” Apa anda TUHAN???
sama g usah di replay…..
@Don van
Sukses untuk Anda.
Untuk mengingatkan kaum2 munafikin…ha..ha..ha..ha..ha..
@ Goes
terus, apa itu lantas membuktikan kalo teori evolusi itu keliru dan yang benar adalah HY? logikanya di mana? 😆
kalo gitu cara berpikirnya, apa HY itu juga tuhan, sehingga dia pasti benar?
ckckckck… ada apa, sih, dengan premis-premis anda? kok gampang sekali disanggahnya?
@ Don van
kalo salah, ya tunjukkan yang benar menurut anda, donk. beserta fakta dan buktinya. kalo cuma asal teriak “salah!”, anak TK juga bisa 😛
saya juga bisa ngomong, kok, kalo cuma kayak gitu:
anda bodoh!
anda salah!
anda ngawur!
anda serampangan!
anda mengigau!
nah? ngomong tanpa argumen yang valid itu gampang, kan? 😉
dan, khas pecundang sekali. kabur dari gelanggang tanpa mau mempertanggung-jawabkan kata2nya 😈
Yah. Tadinya bertanya; namun sesudah dijawab dengan baik-baik, ternyata balasannya hanya seperti ini.
Kalau jawaban yang diberikan ada cacatnya, sebaiknya ya diperlihatkan di mana. Kalau tidak, ya sekadar undur diri saja, tak usah bersikap seperti itu.
@atas
Itu katarsis buat dia. Bisa meledak di jalan kalau dikeluarin. Ada ide bikin layanan “anger management” untuk para bloger? Anybody?
@ Rukia
Ah, kayak nggak tahu aja. Ini perseteruan yang sudah berlangsung lintas abad.
dan saya merasa terhormat jadi bagian darinya, biarpun masih kecil-kecilan:::::
@ Don van
Kalau Anda bisa bilang saya salah, harusnya Anda juga bisa tunjukkan di mana salahnya. Kalau nggak bisa terus kabur… wah, itu namanya tong kosong nyaring bunyinya. 🙂
Ow… ow… ketahuan tuh. Sudah kalah terus cabut.
:::::
@ Goes
Begini deh…
Situ percaya Adam dan Hawa manusia pertama, bukan? Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Nah, berarti kan genetik mereka identik. Pastilah etnisitas mereka sama.
Terus, pertanyaannya: kok bisa manusia jaman sekarang beranekaragam? Ada yang kulit putih, kulit kuning, juga sawo matang dan hitam. Berarti, dari keturunan Adam dan Hawa, kan ada yang genetiknya bermutasi? Dari tadinya satu etnik jadi beranekaragam?
Hayo… hayo… masih berani bilang bahwa mutasi itu cuma bikin cacat?
Kalau minta bukti lain, masih ada lagi, ini. Ntar saya paste-kan link-nya kalau perlu. 🙂
:::::
@ setanmipaselatan
Benar sekali masbro. Sudah saya jawab dengan lengkap seperti yang diinginkan. Bahkan dibela-belain melengkapi jawaban yang ketinggalan. Tapi apa yang didapat?
Betul, memang khas pecundang. Dia sudah mati kutu menanggapi argumen saya, tapi pura-pura kabur dengan sok gagah. Dikiranya saya percaya akting model begitu, apa. 😆
:::::
@ Abu Geddoe
Yup, yup. =3
@ ahgentole
Hei, menarik juga. Saya punya beberapa ide. Langsung diangkat jadi posting, deh. 😀
*sibuk mengetik*
Haduh, kok udahan sih, padahal lagi seru-serunya nih.
@ dana
yaaa… apa boleh buat. troll yang kali ini
masih cupukurang pintar berargumen, sih@ ahgentole | sora9n
Saya ada solusinya!
[…] sore, ketika saya sedang menanggapi diskusi di sebuah post yang lagi panas, mas gentole melontarkan ide cemerlang: Itu katarsis buat dia. Bisa meledak di jalan kalau dikeluarin. Ada ide bikin layanan “anger […]
@ dana
Ente telat sih. Coba datengnya lebih awal + ikut nimbrung… mungkin Pak Profesornya bakal bertahan sampai sekarang. 😐
(*halah*)
:::::
@ joesatch
Mana udah gitu, kaburnya gak elegan, pula. 😛
:::::
@ Abu Geddoe
Telat selangkah, masbro. Baru saja post ybs. selesai diketik! 😎
yahh pilemnya udahan, telat deh. Kelamaan ngantri popcorn seeh 😀
@All
btw, sekarang tumbuh semacam kekhawatiran (dugaan) bahwa agama2 ternyata ikut andil dalam melestarikan kebodohan umat. ya apalagi kalo bukan doktrin taqlid membabi butanya itu..
hail science! 😉
*masygul*
Anooo….
Sebenarnya, pemicu terjadinya mutasi bukanlah seleksi alam (natural selection). Hal yang menyebabkan mutasi disebut sebagai mutagen, terdiri atas mutagen kimia (senyawa2 kimia berbahaya), mutagen fisika (sinar UV, radioaktif, dll), dan mutagen biologi (virus). Mutagen tersebut yang menyebabkan perubahan pada struktur DNA (disebut mutasi). Dan mutasi yang terjadi nantinya akan di seleksi oleh alam. Jika bersifat merugikan mutasi tersebut akan hilang dalam populasi. Karena individu yang membawanya tidak bisa bertahan hidup, tak bisa bereproduksi, sehingga mutasi itu tidak diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya. Sebaliknya, jika mutasi ini menguntungkan, maka ia akan terus diwariskan sampai pada akhirnya semua individu di dalam populasi memiliki mutasi tersebut.
*begitulah kira-kira* 🙂
@ agiek
IMHO sih, masalahnya bukan pada agama per se — melainkan pada bagaimana agama/skriptur itu ditafsirkan. Pihak religius juga nggak semuanya sedogmatis itu, kok. Ada juga yang lebih progresif. ^^
Biasanya mereka menyampaikan argumen sbb:
Jadi, ya, sebenarnya tergantung pada orangnya. Walaupun harus diakui: lebih banyak kalangan religius yang memilih taklid dan mengedepankan dogma. 🙄
:::::
@ Sukma
Wah, terima kasih masukannya. 🙂
Iya, saya agak meleset. Sewaktu menulis itu, saya menyamakan semua campur-tangan alam (dalam evolusi) sebagai “seleksi alam”. Alhasil mutagen jadi termasuk. Padahal definisi sebenarnya tidak selonggar itu. ^^;
Maklum, bukan orang biologi. Jadi pemahaman istilahnya agak… begitulah. 😛
Saya hanya menggarisbawahi point no. 6.
Semestinya, penjelasan no. 6 itu bisa menjelaskan kesalahpahaman sehingga para pengusung anti-teori evolusi agar bisa lebih cooling down menghujat Charles Darwin.
Salam.
http://www.kalipaksi.wordpress.com
@sora9n
Hm, sebenarnya jarak antara teori dan hipotesis itu seberapa jauh, sih? Hipotesis butuh berapa banyak pembuktian untuk naik menjadi teori?
Saya jadi ingat hipotesis Gaia 😛
^
Coba baca di post yang [ini]. ^^
Sebenarnya intinya bukan “berapa banyak bukti agar bisa menjadi teori”, melainkan “ada/tidak adanya bukti yang bertentangan dengan hipotesis”. Disebut juga asas falsifikasi.
Intinya kira-kira…
Kurang lebih begitu. 🙂
duh masih remang-remang nih dengan teori evolusi ini, kalo boleh tanya nih y masbro “yang bener tuh yang mana antara Teori Evolusi Darwin dengan Teori Harun Yahya ???” makasih y atas penjelasannya. Harap dimaklum saya itu orang bodoh yang ingin menjadi pintar…. 🙂
oh iya masbro saya punya tugas sekolah nih, boleh minta tolong g? kalo boleh saya minta artikel-artikel tentang Teori Evolusi Darwin untuk share ntar di skolah.. hehehehe jadi malu. maksih y sebelumnya. 🙂
@ Ajip
yang sampeyan tanyakan udah dijawab semua di artikel di atas itu, kok. dibaca aja dulu artikelnya 😀
@ Ajip
Soal itu, saya nggak mau jawab langsung. 🙂 Coba situ pelajari dulu materi-materi dari kedua belah pihak, baru putuskan yang mana yang lebih benar. 😉
Adapun FAQ di atas sudah dirancang khusus agar head on menjawab klaim-klaim yang diajukan Harun Yahya. Jadi… harusnya bisa dibandingkan lah, isi buku beliau dengan tanggapan saya. ^^
Coba telusuri di link-link sbb:
Semoga membantu. 🙂
bro… ada yg menertawakan teori evolusi dengan cara mirip point.17… tapi bedanya disini ia meragukan kesimpulan para ahli paleontologi yg bisa menyimpulkan potongan fosil seperti ini: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Tiktaalik_skull_front.jpg jadi sebuah kesimpulan bahwa bentuknya seperti ini: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Tiktaalik_BW.jpg
katanya..
kira2 gmn ngejelasinnya ya?? ada gak link yg ngejelasin soal identifikasi fosil? terima kasih…
^
Sori baru menanggapi. Kemarin saya sempat istirahat ngeblog 2 bulan, jadi baru baca komentarnya sekarang. Mohon maaf sebelumnya. 🙂
Tentang pertanyaannya…
AFAIK, sebenarnya rekonstruksi fosil tidak dilakukan sesederhana itu. Ada kuota minimum fosil yg sudah harus ditemukan: misalnya kepala, tulang punggung, dan alat gerak. Baru dari situ dilakukan rekonstruksi.
Klaim bahwa “gambar hewan Tiktaalik dibangun dari fosil kepala saja”, seperti mas/mbak tanyakan — ini salah besar. Para ilmuwan sudah menemukan fosil Tiktaalik yang relatif lengkap, termasuk tulang punggung dan alat gerak.
Foto dan keterangannya bisa dilihat di link sbb:
Intinya, ya… sangat tidak benar kalau rekonstruksi fosil dibuat berdasarkan dari bagian kecil seperti batok kepala saja. Harus ada bagian lain juga.
Kalau tidak ada tulang sirip/kaki, misalnya, mana bisa menduga bentuk alat geraknya seperti apa? 😆
Kurang lebih seperti itu. Semoga membantu. ^^
Sekedar info, maaf kalo OOT.
Ini ada tulisan tentang Ulama Besar yang di jadikan panutan
jutaan membicarakan tentang evolusi…
http://www.crcs.ugm.ac.id/staffile/zab/seminar_sehari_pemikiran_muthahhari.htm
Nih sebagiannya….
“Muthahhari mengkritik keras Muslim “yang berpikir bahwa tauhid hanya bisa ditegaskan dengan menolak teori evolusi.” Ia menilai ada perbedaan krusial antara “logika al-Qur’an” dengan “logika kaum beragama” (atau teolog). Kaum teolog kerap mengacu pada asal muasal kehidupan di bumi ketika ingin menegaskan peran Tuhan. Sains jelas menunjukkan bahwa kehidupan di bumi ini tak merentang ke masa lalu yang tak terbatas, tapi mulai di satu titik di masa lalu. Sementara kita tahu persis bahwa setiap individu makhluk hidup berasal dari individu induknya, yang dipertanyakan kemudian adalah bagaimana organisme-organisme awal muncul pertama kali? Kaum beriman biasanya tergoda segera membawa nama Tuhan untuk menjawab pertanyaan ini dengan berkata: di sinilah letak mukjizat ilahi. ”
Ciao,
RDC
^
Terima kasih tambahannya. 🙂
blog yang sgt baik sekali. terkadang orang awam kesulitan mencerna pseudoscience dan karena bingung lalu terima saja. once again, thanks for this post.
saya setuju klo teori evolusi itu tidak meniadakan keberadaan tuhan. tuhan menggelar jagadraya ini,diawali dg peristiwa bigbang ( mungkin juga ada zaman pra bigbang) . trus gmn itu klo menurut agama kok beda ? kesemuanya ( agama wan & ilmuwan ) berpikir tentang jagad raya ini ,ingin tahu ,memecahkan misteri tentang alam sekitar dan juga jati diri mereka. metode pemecahan misteri mereka berbeda, yg satu pake metode teolog / metafisik dan yg satu pake metode ilmiah .ya jelas hasilnya akan beda ya ga ? kelompok relijius ga bijak dong klo menghakimi kelompok evolusionis sebagai orang atheis, karena pendapat/pemikiran mereka blom tentu benar. kalo gitu apakah agama itu ciptaan manusia bukan wahyu dari tuhan ? wah dibilang makin terkutuk nanti ama mereka…menurut saya tuhan itu ndak memberi petunjuk langsung berupa wahyu kpd manusia. tuhan biarkan manusia mencari sendiri siapa/apa tuhan mereka .tuhan hanya memberi hint aja . manusia yg harus pecahkan /pikirkan.dan sampe saat ini blom bisa pecahkan
manusia blom bisa pecahkan misteri jagad raya ini. maklum masih sangat dini sekali usianya di banding usia jagad raya, yg juga termasuk makhluk tuhan .usia jagad raya udah kurang lebih 13.7 milyar tahun ,usia manusia baru ribuan tahun. seper 1 jutanya. jarak bumi dan bulan ,bumi sebagai titik peristiwa bigbang dan bulan adalah titik waktu saat ini,misalkan ada roket meluncur dari bumi ke bulan ,saat roket start adalah peristiwa big bang, setegah meter sebelum roket mendarat di permukaan bulan manusia baru lahir.
______________________________________
Pertanyaan buat para pendukung Teori Evolusi
Bila ada 2 kerangka makhluk hidup yang agak mirip padahal berbeda jenis, kerangka A dan B. Misalkan setelah diteliti, kerangka A diperkirakan berusia 2 juta tahun, kerangka B berusia 1 juta tahun.
Dengan percobaan ilmiah lewat labolatorium seperti apakah, Ilmuwan Evolusionis dengan sangat yakinnya bisa memastikan bahwa kerangka makhluk hidup A adalah nenek moyang makhluk B ?
Bila kerangka A dan B hanyalah 2 kerangka makhluk hidup yang agak mirip padahal berbeda jenis dan berbeda zaman,
apa yang bisa dijadikan bukti bahwa kerangka makhluk hidup A adalah….. kakeknya kakeknya kakeknya dst…… dari kerangka makhluk hidup B ?
^
Coba baca dulu link paling bawah yang ada di FAQ #7. Di situ sudah dijelaskan tentang seluk-beluk dunia taksonomi dan perfosilan. 😉
Atau, kalau tidak, saya paste-kan lagi link-nya di bawah ini:
[Taxonomy, Transitional Forms, and the Fossil Record]
Semoga membantu. 🙂
Masih tetap belum bisa membuktikan Mas.
Apakah fosil itu dites DNAnya juga ?
Seperti kita sekarang kalau anak tiba” ngaku ayah kepada seseorang, biasanya dengan Tes DNA bakal ketahuan benar tidaknya.
^
Yup, ada pengetesan DNA-nya. DNA umumnya bisa bertahan sampai 100.000 tahun. Meskipun begitu, kalau tersimpan dengan baik, bisa diekstrak hingga jutaan tahun setelah spesiesnya tewas. ^^ Contoh fiksinya mungkin seperti di film Jurassic Park — materi DNA yang tersimpan dalam batu kaca/amber bisa dilacak kembali hingga jutaan tahun kemudian.
Jadi penyelidikan evolusi tidak terpaku pada bentuk fosil saja, melainkan juga pada genetikanya. 😀
BTW, sebagai tambahan, berikut ini saya sertakan beberapa link terkait uji DNA makhluk purba. Semoga membantu. 🙂
Sampai 1 juta tahun lagi pun andaikata dinosaurus masih ada dan tidak punah, maka DNA nya tidak akan pernah berubah. Tetap akan sama DNAnya dengan dinosaurus nenek moyangnya. Pasti tetap akan berbeda dengan makhluk lain, misalnya DNA burung merpati di zaman kapanpun.
Setiap spesies makhluk hidup berbeda DNAnya, Atas dasar apa para Ilmuwan Evolusionis tiba-tiba mengambil kesimpulan bahwa satu spesies makhluk hidup adalah… kakeknya, kakeknya, kakeknya, dst… spesies makhluk hidup yang lain yang berbeda DNAnya ?
^
Err… masalahnya, perubahan genetik spesies dari masa ke masa itu memang terjadi. 🙂 Kan sudah saya jelaskan di FAQ #11. Kalau mas/bapak ingat, topik ini pernah dibahas di pelajaran biologi SMA; nama hewan percobaannya Drosophila melanogaster (lalat buah).
Kutipan:
Kalau mas/bapak bilang bahwa DNA makhluk hidup tak pernah berubah, ya, mohon maaf, tapi itu ide yang salah. ^^;;
Lagipula, kalau dilihat dari sudut pandang agama, evolusi justru sejalan dengan kisah Nabi Adam. Adam dan Hawa genetiknya begitu-begitu saja, tapi kenapa anak-cucunya bisa beranekaragam? Ada yang seperti orang Afrika, orang Eropa, dsb.-nya. Berarti sudah pasti ada perubahan komposisi DNA dari zaman Nabi Adam. Kan begitu? 😉
Sebenarnya ini agak teknis — tapi akan saya coba jelaskan di sini sesingkat mungkin. Sebenarnya prinsipnya mirip dengan uji DNA bapak-anak yang mas tanyakan di komentar sebelumnya. 🙂
Di dalam sel makhluk hidup, terdapat DNA Mitokondria (selanjutnya disingkat mtDNA). mtDNA ini berbeda dengan DNA biasa yang tersimpan dalam kromosom. Kalau DNA biasa merupakan kombinasi antara gen-Ayah dan gen-Ibu, maka mtDNA cuma diturunkan dari ibu saja.
Diagramnya kira-kira sebagai berikut:
Berhubung satu keturunan dari nenek buyut, maka mtDNA-nya keluarga saya takkan beda jauh. Pasti dong, mtDNA saya akan mirip dengan nenek, ibu, dan tante. 😉 Kalaupun ada perbedaan, itu karena jalur keturunannya berbeda.
Nah, mtDNA inilah yang dipakai untuk menyelidiki fosil purba. Kalau mtDNA suatu fosil mirip dengan spesies sekarang, maka fosil tersebut adalah orangtua dari ibunya ibunya ibunya…. spesies yang kita lihat sekarang! 😀
Ini sama saja dengan kalau mas/bapak menggali kerangka nenek buyut saya, lalu mengecek mtDNA-nya di laboratorium. Apabila dibandingkan dengan saya, maka akan didapat hasil yang identik.
Jadi begitu metode penyelidikannya. ^^ Lebih lanjut, mas/bapak bisa baca tentang: [Mitochondrial Eve] di Wikipedia. 🙂
Panggil saya Mas aja… Masih kepala 3 kok umurnya… 😀
Percobaan pada Drosophila melanogaster justru semakin mengukuhkan pendapat “Sampai 1 juta tahun lagi pun andaikata dinosaurus masih ada dan tidak punah, maka DNA nya tidak akan pernah berubah.”
Percobaan pada lalat buah, hanya menghasilkan lalat buah-lalat buah yang cacat. Perubahan DNAnya pun adalah hasil campur tangan manusia bukan karena kejadian alamiah.
Orang bule, Indian, Cina, Melayu dan Negro, sama-sama Homo Sapiens yang perbedaan DNAnya hanyalah sekedar keragaman variasi dalam DNA manusia, yang pada pokoknya sama saja. Tak ada bukti apapun bahwa perbedaan mereka adalah hasil mutasi.
Walaupun DNAnya sama saja sebagai DNAnya homo sapiens, Para Ilmuwan sekarang sudah bisa memastikan benar tidaknya seseorang yang ngaku-ngaku anak pada orang lain dengan mengetes DNA keduanya.
Coba kita pikirkan, walaupun DNAnya sama sebagai Homo Sapiens seseorang belum tentu keturunan dari orang lain yang diaku ayahnya, apalagi ini manusia dengan Dinosaurus.
Jadi kalo menurut saya, Teori kita keturunan makhluk zaman dulu itu ( hasil evolusi ), sampai saat ini masih sebatas Teori hasil imajinasi saja, bukan Teori yang lulus uji coba laboratorium seperti misalnya Penemuan Struktur Atom.
Dari mana kita tahu DNA Nabi Adam begitu-begitu saja ?
Saya ambil contoh ya,
A kulit hitam Afrika, B kulit putih Eropa, C kulit kuning Cina, D kulit merah Indian Amerika, E kulit hitam Aborigin, F kulit sawo matang Hawaii, G kulit sawo matang Melayu dan H kulit putih Rusia
A kawin dengan B, anaknya AB, C kawin dengan D, anaknya CD
E kawin dengan F, anaknya EF, G kawin dengan H, anaknya GH
AB kawin dengan CD, anaknya ABCD
EF kawin dengan GH, anaknya EFGH
ABCD kawin dengan EFGH, anaknya ABCDEFGH
Nah, kira-kira si ABCDEFGH akan bermutasi jadi makhluk lain atau tetap jadi manusia ?
Dan kalau si ABDCEFGH kawin dengan siapapun orangnya, mungkin nggak anaknya ada yang mirip A, B, C, D, E, F, G atau H ?
Nah, kalo ternyata Tuhan dari awal telah menciptakan Adam itu dengan kondisi DNAnya seperti DNA si ABCDEFGH tadi, maka dapat dimengerti mengapa keturunan Nabi Adam berbeda-beda.
Hanya mirip saja mtDNA antar spesies makhluk hidup yang berbeda belum bisa dijadikan kepastian bahwa mahkluk hidup A adalah keturunan makhluk hidup B.
Ini contoh yang mohon maaf agak “jahat” :
Andaikata nenek moyang seseorang yang hidup di zaman kerajaan Majapahit tiba-tiba sekarang ada karena bisa melintasi waktu, maka sperma seorang yang jadi keturunanya bisa membuahi sel telurnya.
Apakah kalau Dinosaurus yang katakanlah mtDNAnya mirip dengan mtDNA manusia tiba-tiba sekarang ada, manusia bisa membuahi sel telurnya ?
^
Loh… percobaannya bukan seperti yang mas pikir. Nggak ada lalat yang jadi cacat. Mungkin mas membayangkannya dengan radioaktif dan sebagainya, tapi sebenarnya bukan begitu.
Jadi, ceritanya, lalat-lalat buah tersebut dikelompokkan dalam dua grup. Kemudian mereka diberi nutrisi/makanan yang berbeda — yang satu diberi nutrisi starch (semacam karbohidrat), yang lain diberi malt.
Gambar: (courtesy of Wikipedia)
Ternyata setelah lewat beberapa generasi, mereka memiliki perkembangan berbeda. Yang tadinya diberi makan malt tidak bisa lagi kawin dengan yang diberi makan starch. Artinya apa? Mereka telah menjadi spesies yang terpisah.
(pengertian “spesies berbeda” = jika jantan-betina tidak bisa saling bereproduksi)
Kesimpulannya, telah terjadi mutasi yang terpisah antara grup malt dan starch, mengakibatkan munculnya spesies baru. Lalat yang lahir sendiri bisa dibilang sehat — tidak ada mutasi aneh-aneh, cacat, apalagi bawa-bawa radioaktif. 🙂 Kurang lebih seperti itu.
Coba kalo begitu saya tanya, Nabi Adam kira2 warna kulitnya seperti apa. 🙂 Katakanlah seperti orang Timur-Tengah, yakni agak kecoklatan. Berarti gen warna kulitnya = gen kulit coklat. Demikian juga Hawa, sebab diciptakan dari rusuk Adam.
Nah terus, dari gen kulit coklat ini, kok bisa anak-cucunya jadi beranekaragam? Ada yang kulit putih, kuning, dan juga hitam. Berarti kan gen-nya mengalami perubahan. Apa bukan mutasi ini namanya? ^^v
Memang ini tarafnya intraspesies, dalam artian tidak membuat spesies baru (kalau yang perubahan spesies sudah dijelaskan lewat lalat buah di atas). Tetapi ini menunjukkan bahwa DNA makhluk hidup bisa berubah — bukannya saklek / kaku seperti yang mas utarakan.
Lho, kan sudah dijelaskan metodologinya di atas. Kalau mtDNA-nya mirip, maka kemungkinan suatu spesies adalah kerabat dari ibunya ibunya ibunya ibunya…. spesies yang kita lihat sekarang. Coba dibaca lagi tentang “Mitochondrial Eve”. 🙂
BTW, sekadar info, dinosaurus bukan nenek moyang manusia. Dinosaurus itu reptil berdarah dingin, sementara manusia mamalia berdarah panas. Mamalia baru berkembang pesat setelah dinosaurus punah. 😉
Dengan segala hormat sih… tapi, mengatakan bahwa evolusi tak diperkuat data laboratorium itu salah besar lho. 🙂
Spesiasi sudah terbukti di laboratorium (coba google, nama ilmuwannya Theodosius Dobzhansky). Percobaan genetika Mendel juga dilakukan di lab. Apalagi tes mtDNA — sudah pasti membutuhkan analisis lab kimia.
Kalau mas bilang bahwa “evolusi tak lolos uji laboratarium”, ya mohon maaf, tapi bakal banyak sekali ahli biologi yang tersinggung. ^^a
Err… coba mas baca dulu link wikipedia berikut. ^^;;;
[Introduction to Genetics]
Bukannya saya nggak mau menjelaskan, tapi bakal panjang sekali kalau saya uraikan di sini (*ini juga sudah panjang*). Jadi sebaiknya saya refer langsung ke artikel ybs.
Kurang lebih seperti itu. Mohon maaf ketidaknyamanannya. 🙂
Betul, tetapi kemungkinannya besar. Itu yang penting. 🙂
Contoh kasarnya mungkin begini. Seandainya mtDNA Harimau Sabertooth dibandingkan dengan mtDNA Harimau Loreng (modern), maka akan terdapat kemiripan. Katakanlah sebesar 80%. Tetapi, jika dibandingkan dengan mtDNA manusia, maka kemiripannya akan rendah. Barangkali cuma 20-30% saja.
Berarti, Harimau Sabertooth adalah kerabat purba Harimau Loreng. Apakah ini berarti nenek moyang langsung? BELUM TENTU, boleh jadi sekadar “paman moyang” atau “sepupu moyang” (yakni kekerabatannya tidak langsung).
Tetapi, satu hal sudah jelas: Harimau Sabertooth dekat kekerabatannya dengan Harimau Loreng, karena nilai uji mtDNA-nya besar. 😀
Sementara manusia, berbeda jauh dengan Harimau Loreng. Tidak akan bisa mencapai nilai sebesar itu. Maka manusia dan Harimau Sabertooth = relatif bukan keluarga.
Kurang lebih seperti itu. Lebih lanjut, bisa ditelusuri di link tentang “Mitochondrial Eve” yang saya post sebelumnya.
Kalau yang nenek moyang zaman Majapahit, membuahi manusia zaman sekarang, kemungkinan besar bisa — sebab fisiologi dan genetikanya masih mirip. Dan lagi mereka masih satu spesies, sama-sama Homo sapiens.
(ingat pengertian spesies yang saya sebut di atas: “satu spesies adalah jika dapat saling bereproduksi”)
Sementara Dinosaurus dan manusia, tidak bisa, sebab mereka terlalu berbeda. Genetikanya beda, sehingga tidak bisa menghasilkan pewarisan sifat. ^^ Ini sama saja dengan kalau — mohon maaf sebelumnya — sperma manusia dicampur dengan sel telur anjing. Tidak akan terjadi pembuahan, sebab kode genetik & spesiesnya berbeda. 🙂
Tidak bisa kawin atau tidak mau kawin ? 😀
Kalo gara-gara berbeda pola makan bisa menimbulkan spesies yang berbeda, maka orang Papua yang makan Sagu dengan orang Eskimo yang makannya ikan, kalo kawin nggak akan menghasilkan anak ya ? 🙄
Saya tidak tahu Mas, yang pasti DNA Nabi Adam telah dikondisikan الله yang apabila Adam menikah dengan Hawa akan menghasilkan keturunan yang beraneka ragam.
Perubahan itu hanyalah sekedar keragaman variasi DNA manusia, yang ada batasnya, seperti halnya tinggi manusia sehat normal ada batasnya, hanya orang yang punya kelainan genetik lah yang tingginya melebihi orang sehat normal, dan postur tinggi yang dipunyai orang itu bukannya menjadikan dia lebih sehat dan lebih kuat, justru jadi penyakitan.
Mirip itu kan ada batas toleransinya, kalo dengan Hawa, sebagai Ibu semua manusia, pasti semua manusia akan mirip mtDNAnya.
Kemiripan sesuatu (seperti bentuk kerangka, cara bergerak atau semisal mtDNA tadi), padahal banyak sekali perbedaannya antar spesies, seperti Homo Sapiens dengan Homo-homo yang lain, oleh Ilmuwan Evolusionis selalu dihubung-hubungkan sebagai garis keturunan, Padahal ini tidak ada bedanya dengan orang yang menduga matahari dan bulan besarnya sama hanya karena kalo dilihat mata telanjang ukurannya hampir sama 😦
^
Dua-duanya. Mereka tidak bisa kawin dan tidak mau kawin. Jadi mereka memang tidak mau dan tidak mampu. 🙂
Jikapun bisa — dalam kasus perbedaan spesiesnya belum terlalu jauh — maka keturunan yang dihasilkan akan jadi cacat/mandul/tidak sempurna. Berikut ini kutipan dari link “Observed Instances of Speciation” di FAQ #11:
Kurang lebih seperti itu. Kalau beda antarspesiesnya sudah jauh, maka bukan saja anak mandul yang dihasilkan. Melainkan tidak ada anak sama sekali. 🙂
FYI, kemandulan ini disebabkan oleh genetik yang tidak harmonis. Sebagaimana kita tahu, DNA kita adalah saham 50%-ayah 50%-ibu. Kalau gen-Ayah tidak kompatibel dengan gen-Ibu, tapi masih mirip, maka genetik anak akan terpengaruh, sehingga dia tidak bisa melanjutkan keturunan. Ini adalah tahap awal dari ketidakcocokan antarspesies.
Hmm, begini. Ini agak panjang, tapi saya harus cerita dulu sedikit. 😕 Mengenai hubungannya dengan makanan, saya singgung sedikit di akhir penjelasan.
Ada alasannya kenapa Drosophila/lalat buah dipilih sebagai bahan percobaan genetik. Ini karena mereka mempunyai ciri-ciri biologis sbb:
+ jumlah kromosomnya sedikit (cuma 4 pasang + 1 penentu kelamin)
+ siklus reproduksinya sebentar (cuma 3-4 hari)
+ sekali reproduksi, menghasilkan banyak anak (memudahkan analisis statistik)
Sementara manusia, kromosomnya ada 23 pasang, siklus reproduksinya bisa sampai puluhan tahun. Jumlah anak sedikit. Kalau mau membuat percobaan sampai spesiasi, diperlukan orde puluhan/ratusan generasi. Mungkin nanti baru tahun 400.000 Masehi kita bisa lihat perubahannya. 😮
Itu juga ada syaratnya: kelompok manusia harus terpisah, tidak boleh kawin campur (supaya genetiknya murni), tinggal di lingkungan
yang berbeda, dan mendapat nutrisi yang berbeda. Baru nanti kita lihat: apakah ada perbedaan DNA di antara berbagai grup tersebut.
Jadi, masalahnya bukan sekadar “apa yang dimakan” saja. Melainkan juga, “apakah makhluknya terisolasi, sehingga bisa menjalani evolusinya sendiri-sendiri, di lingkungan yang berbeda”. Itu yang penting. 🙂
Pembedaan makanan di sini perannya hanya sebagai trigger. Pada manusia, nutrisi yang berbeda mengakibatkan perkembangan fisik yang berbeda (ini sudah jelas, sejak zaman Posyandu kita juga sudah tahu). Tetapi, untuk membuktikannya sampai taraf “evolusi”… nah ini yang sulit. Tidak semudah kalau dengan lalat. 😕
* * *
Saya akui, ini susah dibayangkan. Kalau kita ingin melihat manusia berevolusi, maka kita harus menunggu ratusan ribu tahun. Dan keadaannya juga harus terkontrol. Syaratnya berat — sebagaimana sudah saya tulis di atas.
Fosil Homo sapiens paling tua ditemukan berumur 200.000 tahun. Generasi sebelumnya, manusia Neanderthal, muncul 300.000 tahun lalu. Begitu jauh waktunya.
All seriousness aside, though. Kalau mas bisa membuat percobaan lalat buah, tapi dengan manusia, maka itu bisa jadi jawaban pertanyaan mas di atas. 😀 Apakah kalau orang Eskimo dan Papua diisolasi selama 100.000 tahun, mereka akan jadi spesies yang berbeda? Nah ini baru misteri.
Lanjut…
Euh, masalahnya, sistem pewarisan gen manusia tidak se-“canggih” itu. ^^;; Pada kenyataannya, jumlah sifat yang bisa diwariskan itu amat terbatas.
Kalau di pelajaran SMA dulu, ada yang namanya “Pewarisan Sifat Mendel”. Juga sifat genetik dominan, resesif, intermediat. Coba dicocokkan dengan referensi “Introduction to Genetics” yang saya beri di post kemarin. 🙂
Well, tapi kalau begitu variasinya jadi luas sekali. Dari yang kulitnya putih sekali seperti orang Irlandia, sampai hitam sekali seperti orang Afrika. Belum lagi yang lebih kompleks seperti warna mata, warna rambut, dan bentuk tulang/postur tubuh. 😕
Kalau seperti yang mas bilang, berarti Adam/Hawa punya kandungan genetik semua ras di bumi zaman sekarang. Mulai dari yang tinggi besar, putih, mata biru seperti orang Jerman; sampai yang cebol, kulit hitam, mata hitam seperti orang Pygmi. Padahal secara genetik itu hal yang — bisa dibilang — nyaris mustahil. ^^;;
(hubungannya dengan tanggapan saya yg persis sebelum ini)
Betul, memang mirip itu ada batas toleransinya. 🙂 Makanya saya contohkan secara numerik: “mirip 85%”, “20-30%”, dsb.
AFAIC, perbedaan itu diakibatkan oleh mutasi-random yang terjadi seiring waktu. mtDNA tidak bisa terus-menerus sama sepanjang zaman. Tetapi, kalau memang satu “keluarga” (dalam arti luas), maka akan terlihat adanya suatu common trait.
Eee… sebenarnya tidak seperti itu. ^^;; Coba baca di FAQ nomor #5 beserta linknya. Atau, kalau tidak, saya paste-kan lagi link-nya di bawah ini:
Hanya karena suatu spesies lebih tua, BUKAN BERARTI dia menjadi nenek moyang langsung. Bisa saja itu sebenarnya “sepupu moyang” atau “paman moyang” (seperti saya sebut sebelumnya).
Misalnya manusia Neanderthal. Selama ini, dia dianggap sebagai penghubung manusia purba dan modern. Meskipun begitu ada juga yang mengajukan hipotesis: bahwasanya, dia bukan nenek moyang Homo sapiens, melainkan sempat hidup bersama. Satu lagi, Homo floresiensis — hobbit Indonesia — juga sempat diduga sebagai moyang. Nyatanya? Sekarang dipertimbangkan sebagai “saudara jauh”. 🙂
Jadi, tidak benar bahwa hanya karena lebih tua, fosilnya mirip, dan mtDNA-nya, mirip, maka suatu fosil otomatis jadi “nenek moyang”. Salah. Yang benar, suatu fosil dipertimbangkan kemungkinannya sebagai nenek moyang kalau dia lulus berbagai uji homologi dan DNA.
Tetapi apakah benar begitu, nah ini yang belum tentu. Boleh jadi nantinya muncul pendapat baru. Sebagaimana kasus Neanderthal dan Coelacanth di atas.
Kurang lebih seperti itu penjelasannya. Semoga membantu. 🙂
up..up…up… 😀
mas, ada yang ingin emmy tanya..
bagaimana cara mas sora bisa tetep dingin dikala cuaca gerah seperti ini ?
pertanyaan sama pernah saya tanyakan kepada bloger “top” yang udah pindah ke papua itu, jawabnya adalah soal aura negatif yang secara bawah sadar mempengaruhi sosok penulis yang lambat laun akan mempengaruhi kreatifitas, cara pikir, dan menyebabkan kelelahan psikis. akibatnya banyak blog senada yang bertumbangan.
jawaban hampir mirip saya dapet dari sosok pengacara bukan bloger yang sering muncul di blogberita.
apakah demikian yang mas rasakan juga ?
bisakah ini disebut mutasi, atau bagian dari seleksi alam, dan ujung-ujungnya bersifat evolusi ?
mohon bimbingan..
*duduk simpuh gelar tiker
@ emmy
Maksudnya tetap dingin di kala udara gerah itu… secara literal atau perumpamaan? ^^;;
Kalau “udara gerah” yang dimaksud soal ribut-ribut berdiskusi, penjelasan panjang lebarnya ada di [sini]. 🙂 Saya sendiri udah tahunan berurusan dengan troll, jadi ya sudah biasa. 😆
Kalau yang dimaksud “udara gerah” dalam arti sebenarnya, solusinya mendem di kamar atau ruangan ber-AC. Ga bakal kepanasan dan tetap tenang.
*halah*
Soal itu memang ada benarnya. Makanya saya jarang langsung habis-habisan menanggapi — harus ada jeda. Kalau satu hari bolak-balik reply ketenangan batin pasti rontok. Akhirnya diskusi jadi full-blown.
Intinya pengendalian diri lah IMHO. ^^
Secara metaforis, ya, bisa dibilang begitu. Orang yang setiap waktu berurusan dengan troll pasti psikologinya beda dgn orang pada umumnya.
Ibaratnya ada “seleksi alam” (reaksi dari troll), yang memicu terjadinya “evolusi” (perubahan cara bersikap/berpikir). Kurang lebih seperti itu. ^^
*ini bener tentang cara menghadapi troll kan ya?* 😕
wah maaf yah kalau orang awam dari aku baca blog ini kok kesimpulannya begini. kalau kamu percaya bahwa kamu berasal dari hewan maka ikutilah cara berpikir kehewananmu. kalau kamu berasal dari mahluk langit yg di turunkan ke bumi maka bantahkan lah dan buatlah teori untuk membenarkannya. salahkah kesimpulan saya ini kk yg punya blog ini
oh iya tanya lagi nih sebelum tidur kenapa hanya manusia atau homo yg bisa ngurus warnet dan mau belajar dari alam?? secara teknis saya tidak membenarkan / menyalahkan teori epolusi. tapi kenapa hanya homo yg bisa ngerusak sistem alam. kenapa kok gak monyet atau orang utan. kenapa kok kecerdasaan manusia itu begitu hebat samapai2 mereka bisa terbang keluar angkasa sedangkan paman2 keturan great apes yg lain berenang aja sulit?? mohon penjelasaanya. oh iya kalau ada yg muslim dalam hal teori epolusi ini kenapa yah jaman nabi adam gak disuruh nikah dengan monyet/yg penting bukan dari manusia lah kok disuruh nikah dengan adeknya/ kakaknya tapi kok ketika jaman nabi muhammad baru dilarang ya. saya tahunya di larang baru jaman nabi muhammad sih dengan istilah mahrom2 gitu yg lebih menjengkelkan kenapa paman2 kita yg bukan homo itu gak di beri tuhan amanat+tanggung jawab untuk dunia. apalagi mereka mau nikahain saudara / ibunya juga terserah kenapa manusia kok bisa terjadi kecacatan setelah jaman nabi muhammad. sedangkan nabi adam dan hawa aja gitu ya emang sih gak separah paman2 kita bisa ngawinin ibuknya/bapaknya apakah kk bisa menjelaskan kejadian manusia ini soale saya hanya tertarik kepada manusia. kalau hewan mm saya belum pernah dengar ada kitab2 agama/ terutama muslim yg menjelaskan hewan dari surga. maaf kalau doble post
^
Ehm, sebenarnya intinya bukan itu. Sains (dalam hal ini evolusi) bertujuan untuk mencari penjelasan di balik fenomena alam. Misalnya contoh berikut.
Menurut ilmu paleontologi, fosil paling tua yang ditemukan di bumi adalah hewan bersel satu (+- 3.5 milyar tahun lalu). Zaman segitu belum ada hewan seperti kuda, anjing, dan sebagainya. Nah, tapi kok sekarang ada? 🙂 Dari bersel satu jadi banyak dan beragam spesies. Berarti pastinya ada perkembangan makhluk hidup dari masa ke masa. Kalau tidak, ya, bumi kita ini isinya cuma makhluk bersel satu.
Sama halnya dengan keragaman manusia. Katakanlah nenek-moyang manusia berupa Adam dan Hawa. Nah, dari dua orang manusia pertama itu… kok bisa anak-cucunya beraneka ragam? Ada yang berkulit putih, coklat, kuning; rambut hitam, pirang, dan sebagainya. Selanjutnya bisa dibaca lewat dialog saya dengan mas ivan di atas.
Jadi di sini, evolusi itu adalah upaya manusia menjawab pertanyaan. Kenapa makhluk hidup di bumi beragam? Kenapa manusia terdiri atas berbagai ras? Soal apakah kita mau bersikap kehewanan atau ke-manusialangit-an, itu tidak ada hubungannya. Yang penting adalah memanfaatkan akal/kecerdasan untuk memahami alam. 🙂
Mengutip Galileo: “Saya tidak percaya Tuhan memberi manusia akal-budi, tapi tidak untuk dipakai.” Kurang lebih seperti itu.
Tergantung mau dipandang dari sudut mana. Kalau dipandang dari sudut religius… jawabannya karena manusia diberi “jiwa” / “akal budi” oleh Tuhan. Kalau dipandang dari sudut tidak-religius… karena manusia purba zaman dulu berjalan tegak, jadi mulai menggunakan tangan (turunan great apes yang lain tidak). Dari situ mulai mengembangkan alat sederhana seperti kapak genggam & persegi. Karena harus mengembangkan alat, lama-kelamaan otak yang dipakai itu beradaptasi, menjadi kecerdasan yang lebih kompleks…
(Setidaknya hipotesisnya seperti itu. Kenyataannya yang benar yang mana, saya pikir kita cuma bisa menebak-nebak. ^^a )
Wah, kalau itu saya nggak bisa jawab. Saya bukan ahli agama, euy. ^^;;
Mengenai evolusi dan manusia, kaum yang religius biasanya menggunakan evolusi seperti uraian saya di atas — dari dua orang yang genetiknya mirip (Adam dan Hawa) berkembang jadi banyak ras yang kita kenal sekarang. Tapi cuma sampai di situ saja. Evolusi itu sendiri akhirnya lebih dipandang sebagai cara kerja Tuhan di bumi. (seperti di FAQ #14)
(CMIIW though)
hii otak saya menjadi banyak pertanyaan hee maaf merepotkan:
1. oh iya berarti menurut teori evolusi, mahluk yang nama manusia ini adalah hanya satu2 mahluk yg bisa bejalan tegak dan menggunakan tanggannya untuk bekerja begitukah maksudnya?? kalau hanya seperti itu kelihatanya kok manusia ekslusif sekali yah sebab hanya satu2nya.
2. oh iya di luar keyakinan kk soale agama sebenarnya para evolusones ini percaya adanya adam dan hawa itu cuman 1 atau lebih percaya adanya adam dan hawa banyak alias berandai begini adam dan hawa versi eropa,asia,dll??
3. sebenarnya pertanyaan saya sekitar mahrom itu sih sebenarnya intinya cuman satu kok kenapa manusia ketika menggawini saudara dekatnya/saudara sekandung gitu memiliki opsi pilihan terbanyak anaknya untuk cacat setalah jaman nabi muhammad() tapi ketika sebelum nabi muhammad pilihan cacat dalam kelahiran lebih sedikit. sebenarnya benerkah persepsi itu yah??
4. sebenarnya kenapa sih homo/ manusia itu bisa berjalan tegak??contoh nih kalau jerapah leher pendek gak bisa makan kalau leher panjang jadi bisa makan nah manusia pilihannya seperti apa??
yg nmr 3 terlepas dari agama yah heee aku hanya mengutarakan waktu saja
^
Jawaban per poin biar mudah dibaca. 😛
(1) Sejauh saya tahu, kenapa cuma genus Homo yang mengembangkan kecerdasan sampai segitunya itu masih misteri (baca: masih diselidiki penjelasannya oleh para ilmuwan). Tapi ada yang harus dicatat dengan kata “eksklusif” di sini. Pada dasarnya setiap spesies mempunyai kelebihan sendiri-sendiri.
Memang manusia punya kelebihan “eksklusif” berupa akal. Akan tetapi yang lain juga punya kelebihan “eksklusif”: kura-kura bisa amfibi, gajah punya belalai; kalau buaya punya rahang yang paling kuat di bumi. Jadi sebenarnya ini perkara kelebihan dan kekurangan. Kasar-kasarnya kelebihan manusia punya kecerdasan kuat, tapi tidak punya cakar dan sayap seperti burung elang (misalnya). Kurang lebih seperti itu. 🙂
(2) Soal itu, para ilmuwan punya beberapa versi. Ada yang menduga bahwa grup manusia pertama berasal dari Afrika (single origin hypothesis). Di sisi lain ada juga yang percaya bahwa manusia pertama munculnya tersebar, jadi tidak cuma di Afrika (e.g. di Eropa, Asia, dan sebagainya). Yang lainnya berada di tengah-tengah — misalnya percaya bahwa 80% berasal dari Afrika, tapi 20% dari Asia, atau sebagainya.
Lebih lanjut bisa dibaca di link-link wikipedia sbb.:
[Single origin hypothesis]
[Multiregional origin hypothesis]
(3) Barangkali karena waktu itu terpaksa? Kalau zaman nabi Adam sudah bicara mahram, yaa, tidak ada yang reproduksi. Bisa-bisa umat manusia punah sebelum berkembang.
(4) Hipotesis yang saya tahu, itu karena manusia purba hidupnya di tanah (bukan pohon seperti great apes pendahulunya). Kalau hidup di pohon tangan dan kaki harus dipakai untuk menggenggam dahan & ranting. Kalau hidup di tanah tidak perlu, jadi tangan yang atas itu bebas (sebab dua kaki sudah cukup untuk berdiri).
Nah, karena makin terbiasa berdiri dengan dua kaki, lama-kelamaan punggung beradaptasi jadi tegak. Tambah lagi tangan harus dipakai berburu dan mengambil buah — jadi manusia semakin terpisah dari cara jalan bungkuk.
Kurang lebih seperti itu. 🙂
hee kalau y nmr
1a. ya boleh jadi akal / kecerdasaan iya gak. tapi apakah akal/ kecerdasaan ini bersifat fisik/ no fisik dan kalau nafsu bedanya di mana.
1b. apakah gak ada genus lain yg diajak kk anggaplah kita ngajak temen itu mestinya masih bisa komunikasikan atara genus a dan b jaman itu
2. posisi membaca bhs inggris dulu
3. mm sebenarnya maksud saya apakah ada perubahan gen ketika kita menikah degan saudara kandung jaman sekarang yg menyebabkan kecacatan? seperti itu mksdnya. mm kalu jenisnya pd jaman itu yg kurang lebih nya ya iya lah heee
4. oo gitu kenapa bulu manusia lebih keil2 dari pada bulu kera, kk lalu kenpa manusia punya jenggot dan kumis dan rambut 2 yg panjang msh bisa memanjang kecuali bulu hidung dll
5. apakah manusia ini dengan menggunakan kecerdasaanya mengakibatkan manusia menghalangi epolusinya sendiri??? andai nih manusia yg berada di salju tidak mengunakan jubah dari hewan dia sudah bisa punya bulu sendiri hee, andai nelayan gak pakai prahu seharusnya dia punya insang sendiri apakah seperti itu kk
2. wa binggung bacanya. menurut para peneliti kebanyakan milih yg mana kk kalau kk plih yg mana ???
3b. apakah ada hubungan gen antara kita dan monyet purba anggapalah h erectus gitu atau sama kera bun bin
^
1a. Itu misteri yang masih dicari jawabnya oleh para ilmuwan. 😛
1b. Emm… sebenarnya primata di sekeliling kita lumayan cerdas kok. E.g. di YouTube banyak video tentang Pan-kun — dia ini simpanse jenius yang bisa berkomunikasi & melakukan pekerjaan manusia.
Link: http://www.youtube.com/results?search_query=pan-kun+chimpanzee
2. Mayoritas sejauh ini memilih yang single origin (manusia purba berasal dari Afrika). Saya sendiri bukan ahli paleontologi, jadi mengikuti konsensus saja. 🙂
3. Sebenarnya kecacatan kalau incest itu bukan karena perubahan gen — melainkan karena sifat resesif buruk keluar. Misalnya satu keluarga punya gen pembawa hemofilia. Kalau satu keluarga kawin campur, kemungkinan anaknya dapat gen hemofilia jadi besar. (baca: lebih besar daripada kalau menikah dengan orang luar)
Soal apakah akan cacat lahir, itu tergantung frekuensi gen resesif buruk di keluarga. Kalau frekuensinya sedikit kemungkinan cacat lahirnya tidak terlalu besar. (o_0)”\
4. Kalau itu, saya juga kurang jelas. Tapi saya pernah dengar ada dua teori:
Pertama, sedikit bulu itu supaya lebih higienis. Banyak bulu = berpotensi jadi tempat tinggal kutu dan tungau, membawa bibit penyakit. Jadi sedikit bulu = sedikit kutu dan tungau.
Kedua, ada juga yang bilang hubungannya dengan keringat. Kita (manusia) berkeringat untuk mendinginkan badan. Kalau banyak bulu proses berkeringat itu akan terganggu, nyangkut di sana-sini — jadi proses pendinginannya tidak optimal. (o_0)”\
5. Sebenarnya tidak persis begitu, tapi sedikit-sedikit ada benarnya. Karena manusia menguasai teknologi, dia jadi melawan seleksi alam dengan itu. Orang Eskimo bisa punya pemanas ruangan; orang yang tinggal di gurun bisa pasang AC, dan sebagainya. Jadi akhirnya “respon” terhadap tantangan alam bukan lewat jasmani — melainkan lewat teknologi.
Evolusi itu sendiri hakikatnya “disetir” oleh seleksi alam. Kalau manusia bisa mengendalikan alam habitatnya, maka dorongan untuk berevolusi jadi berkurang. Kurang lebih seperti itu. ^^
Ada yang kelewat. ^^;;
Sejauh saya tahu, manusia modern kemiripan genetiknya dengan simpanse 90-95%. Hubungannya dinilai sebagai sepupu. Kalau dengan Homo erectus belum jelas — apakah dia itu nenek moyang langsung atau sekadar “paman moyang” (baca: satu leluhur beda cabang keturunan).
Meski begitu ilmuwan sepakat bahwa tiga-tiganya diturunkan dari great apes. Jadi bisa dibilang bahwa manusia, simpanse, dan Homo erectus itu satu keluarga.
(sama halnya dengan kuda, keledai, dan unta masuk satu keluarga)
1a.sebenarnya pertanya nmr 1 itu ada 2 kk yg
1aa. kecerdasaan itu ada fisik / non fisik? kalau fisik letaknya di mana kan bisa di latih?
1ab. kalau nafsu itu fisik/non fisik?
sebenarnya mksd kk yg mana yg masih dicari ???
1b. iya lucu2. sebenarnya pan / monyet/sipanse itu hidup dengan manusia udah berapa lama sih kok kecerdasaanya agak kurang berkembang terus dia jua bisa berjalan tegak yah merutku sih meurut kk gimana tegak blm itu?
2a. tapi letika aku baca blog ini http://rovicky.wordpress.com/2010/05/14/evolusi_neanderthal_dan_homosapiens_pernah_besanan/ gimana dengan jawaban kk diatas tanggal Oktober 14, 2009 pada 3:02 am mksd kalimat yg ini yg mana yah hubungannya dengan tanggapan saya yg persis sebelum ini yg nabi adam atau juga yg es kimo atau y lain
2b. kalau kayak gini berapa kalie para homo out of afrika yg out itu homo sapies nya apa juga neanderthalnya
oh iya punya gambar dari greatapes samapi jadi manusia yg lengkap tetunya terutama yg manusia
3. nmr ini baca google dulu deh apa sih sifat resesif hiii
3b. tapi kalu satu kelaurga kenapa kok yg ada yg riset kalau alat yg di tubuh di cankoknya kok malah dari babi yah bukan dari keluarganya gak tahu ini isu /dongen kalau apah kk pernah dengar yg kayak gini?
4. disambung denan pertanyaaan nmr 1b kenapa bulunya kok blm rontok yah apakah karena blm melmiliki kecerdasaan maka bulunya blm rontok atau mengecil. oh iya apakah bulu pan itu bisa lebih panjan dari rambut manusia tentunya jika tidak di potong selama 10 tahun
4a kalau alasaanya karena Kedua, ada juga yang bilang hubungannya dengan keringat. Kita (manusia) berkeringat untuk mendinginkan badan. Kalau banyak bulu proses berkeringat itu akan terganggu, nyangkut di sana-sini — jadi proses pendinginannya tidak optimal. kalau bulu ketiak itu juga mengangu loh lebih lagi baunya terus harus gimana ngilanginnya hee kok gak iktu berepolusi juga sih??
mm jangan bilang jangan di potong yah soale ada mesinn cukur yg motong wahhhhhh
5. lalu kenapa pada homan mana banjir nuh terjadi btw dalam epolusi banjirnya nuh di bahas gak yah??
di edit dulu deh nmr 2a kaliamt “gimana dengan jawaban kk diatas tanggal Oktober 14, 2009 pada 3:02 am mksd kalimat yg ini yg mana yah hubungannya dengan tanggapan saya yg persis sebelum ini yg nabi adam atau juga yg es kimo atau y lain”
diganti
gimana dengan jawaban kk diatas tanggal Oktober 14, 2009 pada 3:02 am yg di dlam tanda () mksdnya (tanggapan saya yg persis sebelum ini) yg sekimo/y nabi adam
lalu yg nmr 5
5. lalu pada homoan mana banjir nuh terjadi btw banjir nih msk epolusi gakyah
ket: takutnya gak mudeng soale g sama v kadang macet heee
^
Maksud saya, perkara tentang kesadaran, nafsu, dsb. itu belum jelas penyebabnya. Para ilmuwan masih mencari-cari ada apa di baliknya. Mengenai kesadaran itu sendiri nyangkutnya bukan sekadar biologi — melainkan juga psikologi, neurologi, filsafat. Jadinya benar-benar membingungkan. XD
BTW, sebagai referensi, sebaiknya baca juga link wikipedia sbb:
[Consciousness]
[Philosophy of Mind]
Katanya sih sejak sekitar 6 juta tahun lalu. 😛
Mengenai kenapa kecerdasannya kurang berkembang… kebetulan ada artikel yang cukup menarik tentang itu: [link]
Hmm, begini. Soal kawin silang Neanderthal-Homo sapiens, sebenarnya ada perdebatannya sendiri. Perdebatannya begini: apakah dua itu sebenarnya sudah beda spesies, atau sekadar beda ras? That is, kalau jarak genetiknya masih dekat, berarti belum bisa disebut beda spesies. (masih bisa menghasilkan keturunan)
Tadinya para ilmuwan menyangka bahwa neanderthal dan sapiens itu beda spesies (alias tidak bisa kawin campur). Meskipun begitu, setelah penelitian di atas, akhirnya pendapatnya di-update — neanderthal dan sapiens itu dianggap beda ras saja. (o_0)”\
Analoginya begini: kalau tulang orang Denmark dibandingkan dengan Pygmi, akan terlihat perbedaan. Yang satu tinggi-besar, sementara yang lain pendek-katai. Kalau dilihat sekilas seolah beda spesies, tapi sebenarnya tidak. Kurang lebih seperti itu. 🙂
Lah kan sebelumnya nanya, apakah kaum evolusionis percaya Adam-Hawa itu cuma satu atau ada berbagai versi (Eropa, Asia, dsb.). ^^;; Jadi saya jelaskan tentang single dan multiregional origin hypothesis.
Kalau yang multiregional origin itu manusia pertamanya lebih dari satu versi. 😛
Setahu saya yang pertama kali keluar dari Afrika itu neanderthal dulu (+- 350.000 tahun yang lalu). Baru belakangan Homo sapiens, +- 100.000 tahun yang lalu.
Coba tanya Google. 😛
Kalau yang itu beda kasus. Cangkok/transplantasi itu tidak bikin genetik baru (jadi relatif bisa disubstitusi dari hewan). Sementara perkawinan, menghasilkan anak dari saham 50% gen ayah + 50% gen ibu. ^^
Soal ini sebaiknya dirujuk ke buku/bahasan khusus tentang simpanse. Saya bukan ahlinya. 😛
Karena itu tidak mempengaruhi kelangsungan hidup. Kan sudah ditulis di FAQ #5 dan #13. Evolusi itu tergantung kebutuhan dan keperluan, bukan idealnya bagaimana.
Kira-kira mirip dengan kenapa pinguin punya sayap/manusia punya tulang ekor. Dua-duanya organ tidak penting. Meskipun begitu, karena tidak mempengaruhi survival… jadinya tidak kena proses seleksi alam. Kurang lebih seperti itu. 🙂
*CMIIW though*
Ya enggak lah. Kalau itu sih perkara agama. ^^;;
1a. jujur kalau bhs inggris agak sulit nih tapi tetap semangat kok tapi kalau ada yg bhs indo deh heeee
1b. nah itu pas homoan sama siapa kk si pan itu hidup ??
2b. sebenarnya sudah tahap nyari salah satu tahap nyari ya tanya sama yg lebih ahli heeeee soale blm dpt seperti yg ku mskd
???
4a. sebenarnya dlm fax 9 sebenarnya siaapa yg menentukan harus berubah jadi spesies baru / harus ber adaptasi
5. apakah di geoglogi tidak ada pembahasaanya kk ?? maaf siapa tahu kk pertanya tanya ke orang gitu
6. mm ini isu di pilem sponbob: kapan mausia menemukan api? tentunya kenapa manusia yg awal makan seperti pendahulunya harus makan daging kenapa gak kanibal hee
1a. Kebanyakan materi yang bagus bahasa Inggris, euy. Kalau di Indonesia ilmuwan yang mendalami bidang itu sangat jarang — jadi publikasinya juga sedikit. 😦
1b. Zaman itu belum masuk genus Homo, adanya manusia purba Australopithecus. 🙂 Setelah beberapa lama baru muncul Homo habilis dan Homo ergaster.
Mengenai daftar manusia purba bisa dilihat di sini: [Human evolution]
4a. Tidak ada yang nyuruh. 😛 Sebenarnya intinya sederhana: kalau spesies tidak mampu beradaptasi, maka dia akan mati. Jadi yang bertahan hidup cuma spesies yang bisa/sudah mampu beradaptasi.
5. Sejauh saya dengar, ada penelitian geologi terkait banjir Nuh: [Flood Geology]. Tapi ya, saya tahunya cuma segitu. (o_0)”\
6. Diperkirakan sekitar 1.5 juta tahun lalu…
Wah.. kalau ada kontra versi, apalagi yang mendarah daging, jadi terpikir dan mencari-cari teori tengahannya.
Meski bukan pakar, ilmuwan, ulama, pendeta, ulil albab bahkan mungkin dituding agnostik – a-science *eh…?? apapula ini* Hipotesanya seperti ini
*
” Kera lah yang menjadi evolusi dari manusia. Tidak hanya kera, babi pun termasuk dan menjadi cabang evolusinya.”
*
*dilempar kodok*
*tangkis pake batok kelapa*
Btw, tulisannya .oke.
Thanks mas sora atas artikelnya. Artikel Anda banyak membantu saya dalam perdebatan di forum lho. Meskipun masih banyak orang keras kepala di forum yang asal bunyi.
“Gw ga terima manusia berasal dari monyet” atau “Teori evolusi udah runtuh karena kurang bukti.” Jadi saya buat simpel aja. Link blog Anda ini saya sertakan di forum tersebut dan saya suruh orang-orang keras kepala tadi baca aja. Soalnya saya udah malas membalas komentar mereka yang diulang-ulang.
^
Sama-sama. 🙂
eh ya ampun kok saya bisa ngga baca post ini ya? duh anak baru ini, maaf ya. –napa juga minta maap–
eh makasi ya infonya, saya link di blog saya kapan2 ya.
terimakasih banyak… 🙂