Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Nihongo’ Category

Catatan:

Post ini merupakan kelanjutan dari bahasan sebelumnya tentang huruf kana. Materi sebelumnya:

    Mengenal Huruf Kana (1) – Hiragana

    Mengenal Huruf Kana (2) – Katakana

Catatan II:

Untuk memudahkan pembahasan, Anda bisa mengunduh kamus elektronik Jepang-Inggris sbb: [WaKan] [JLookUp]. Karena keterbatasan ruang tidak semua kosakata saya terjemahkan.

 
Catatan III:

Post-post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman direktori nihongo.

 

 

Dalam sistem penulisan Bahasa Jepang, terdapat tiga macam aksara yang dipakai. Dua di antaranya sudah dibahas dalam tulisan sebelumnya di blog ini, yakni huruf kana (hiragana dan katakana). Sekarang kita akan membahas tentang satu aksara lain di bahasa Jepang, yakni Kanji.

Mengenai apa itu huruf Kanji, perbedaannya dengan huruf kana, juga bagaimana penggunaannya akan segera kita amati berikut ini.

さあ、 はじめましょう。。。 ^^

[Klik untuk melanjutkan…]

Read Full Post »

Catatan:

Berbagai post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman [direktori nihongo]

 

Di tulisan bagian 7a dan 7b, kita sudah bicara tentang infleksi (perubahan bentuk) kata kerja dalam bahasa Jepang. Dalam dua tulisan tersebut yang dibahas adalah bentuk standar masa kini.

Bagaimana dengan bentuk waktu yang lain?

Nah, kali ini kita akan membahas tentang kata kerja bentuk lampau di bahasa Jepang. Sebenarnya saya ingin sekalian membahas bentuk lampau untuk copula dan kata sifat di sini — meskipun begitu, setelah dipikir-pikir, sepertinya lebih baik kalau membahas kata kerja dulu saja. Sekalian agar postingnya lebih fokus dan tidak terlalu panjang, begitu. ^^a

さあ、はじめましょう。。。

[Klik untuk melanjutkan…]

Read Full Post »

Catatan: Post ini merupakan pelengkap tulisan bagian 7 tentang kata kerja

Berbagai post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman [direktori nihongo]

 
Tadinya, saya berencana membahas tentang tenses setelah setelah posting kata kerja yang lalu. Meskipun begitu sejumlah komentar yang masuk menanyakan tentang kata kerja berakhiran -masu dan -masen — sementara yang saya bahas di sana adalah bentuk dasar (alias: sebagaimana tertera di kamus). Jadi saya pikir ada baiknya kalau dibahas di sini sebagai pelengkap. Sekalian untuk referensi ke depannya juga. ^^

さあ、 はじめましょう。。。

[Klik untuk melanjutkan…]

Read Full Post »

Catatan: Post-post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman [direktori nihongo].

 

Selama tahun 2009 yang lalu, direktori nihongo di blog ini tidak sempat di-update (saya banyak urusan di dunia nyata, jadi jarang ngeblog ^^; ). Update terakhir adalah tentang huruf hiragana dan katakana — waktu itu sekitar bulan Desember 2008. Jadi sudah lebih dari setahun jaraknya.

Meskipun begitu, sebagaimana sudah dijelaskan di salah satu komentar, tahun ini update-nya akan dimulai lagi. So here goes… sorry for the wait. 😉 Seperti biasa saya membuka diri pada koreksi dan masukan dari pembaca (kalau ada).

[Klik untuk melanjutkan…]

Read Full Post »

Catatan:

Tulisan ini adalah bagian kedua penjelasan tentang huruf kana, dengan pembagian sbb:

    Mengenal Huruf Kana (1) – Hiragana
    Mengenal Huruf Kana (2) – Katakana

 
Catatan II:

Beberapa pembaca sudah menanyakan tentang kanji (misal: berbagai komentar di tulisan ini dan ini). Hingga saat ini saya belum pernah menulis post khusus tentang kanji di blog ini. Sudah ditulis. Pembahasan tentang kanji kini bisa dibaca di:

    Berkenalan dengan Huruf Kanji

 
Catatan III:

Post-post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman direktori nihongo.

 

 

Huruf Katakana

 
Huruf Katakana adalah huruf dasar kedua dalam bahasa Jepang. Berbeda dengan hiragana yang memiliki banyak kegunaan, kegunaan utama katakana adalah menulis kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Jepang.

    [Update]

    Walaupun banyak dipakai untuk kata serapan, katakana juga memiliki penggunaan dalam konteks bahasa Jepang keseharian. Misalnya untuk kepentingan administrasi (pengisian formulir), penulisan nama, dan juga untuk entry cara baca on (on-yomi) kanji dalam kamus.

    Katakana juga dipakai untuk menekankan semangat/menarik perhatian. Penggunaan ini umum dipakai di majalah-majalah dan brosur promosi berbahasa Jepang.

    (tambahan dari yan9n dan yusahrizal)

Terdapat juga kegunaan sampingan dari katakana, yakni menuliskan onomatopeia (efek bunyi). Hal ini akan saya bahas sekilas di bagian selanjutnya.

Daftar huruf katakana, beserta cara membacanya, dapat dilihat sebagai berikut:

 

tabel katakana

 

 
Set Katakana Modern (Extended Katakana)

 
Di samping yang sudah disebut di atas, terdapat juga katakana yang ditambahkan di era modern. Huruf-huruf ini berfungsi mentransliterasikan kata-kata bahasa asing yang suku bunyinya tidak dicakup oleh huruf katakana tradisional (misal: “ve”, “rye”, “kwa”, dsb.).

Daftarnya bisa dilihat sebagai berikut:

 

tabel katakana - extended

 

 
Ketentuan Menulis Katakana

 
Aturan menulis katakana kurang lebih sama dengan hiragana. Meskipun begitu terdapat sedikit perbedaan, yakni di nomor (3):

  1. Pertama-tama: susun huruf untuk membentuk kata yang diinginkan
  2. (sudah jelas)

  3. Konsonan tebal diwakili oleh huruf ‘tsu’ kecil
  4. Contoh:

      ハック
      (HAKKU)

      = (HA)(TSU)(KU)

      = HACK (bahasa Inggris)

  5. Vokal panjang diwakili tanda strip (ー)
    1. スタート
      (SUTAATO)

      = (SU)(TA)(ー)(TO)

      = START (bahasa Inggris)

 

Kapan Memakai Katakana?

 
Sebagaimana sudah disebutkan di awal, katakana memiliki kegunaan utama menuliskan kata serapan dan istilah asing. Termasuk di dalamnya adalah nama benda dan tempat yang bukan berasal dari Jepang.

Contoh:

ブリタニア
(BURITANIA)
= Britannia

コンピュータ
(KONPYUUTA)
= Komputer

ミネラル
(MINERARU)
= Mineral

Nama orang juga bisa ditransliterasikan menggunakan katakana — walaupun untuk kepentingan formal biasanya nama non-Jepang ditulis dengan huruf latin.

Contohnya antara lain:

エミリ
(EMIRI)
= Emily

ルナマリア・ホーク
(RUNAMARIA HOOKU)
= Lunamaria Hawke

マリアンヌ・ヴィ・ブリタニア
(MARIANNU VI BURITANIA)
= Marianne vi Britannia

Intinya, semua kata/istilah/nama yang berasal dari bahasa asing ditulis menggunakan katakana. Mungkin bisa dibilang bahwa katakana adalah “perwakilan asing” dalam bahasa Jepang. 😛

 
Kegunaan Lain: Menulis Onomatopeia

 
Katakana juga sering dipakai untuk menghasilkan onomatopeia (efek bunyi) dalam tulisan; terutama untuk bunyi yang keras/menyentak. Dalam bahasa Indonesia, kurang lebih seperti menulis “dug-dug” untuk menggambarkan detak jantung.

Penggunaan ini umum untuk SFX di berbagai manga. Jadi, jika Anda sering melihat huruf-huruf SFX yang tak diterjemahkan di scanslation, hampir pasti huruf tersebut ditulis dengan katakana.

Contoh:

ガツ
(GATSU)
= bunyi hentakan, cf. ‘gats’ atau ‘bats’

ゴゴゴゴゴ…
(GOGOGOGOGO…)
= bunyi ledakan beruntun, cf. ‘dor-dor-dor’

ドクン
(DOKUN)
= bunyi detak jantung mendadak, cf. ‘DUGG’

dsb.

Dengan cara yang sama, katakana juga bisa dipakai untuk menggambarkan teriakan (cf. “AAAAAAAAAAAAAAA!!!”). Menarik juga untuk dicatat bahwa katakana umumnya diterjemahkan sebagai ALL CAPS di huruf latin; paralel dengan bagaimana kita memakai ALL CAPS untuk efek bunyi di berbagai terjemahan. (e.g. “DUGG”, “CRASH”, “BAM”, dsb.)

 

 
Catatan Akhir

 
Berdasarkan pembahasan dari tulisan bagian pertama dan kedua, maka dapat kita tarik kesimpulan mengenai dua huruf kana yang sudah dibahas, yakni hiragana dan katakana:

 
Hiragana

  1. Merupakan huruf dasar dalam bahasa Jepang
  2. Dipakai untuk kepentingan gramatikal, e.g. membentuk kelas kata (okurigana) dan menulis partikel
  3. Juga dipakai untuk menjelaskan cara baca kanji (furigana)
  4. Hiragana juga dipakai untuk menuliskan honorific seperti -san, -kun, -chan, dan -tan. Tidak ada honorific yang ditulis dengan katakana.

 
Katakana

  1. Merupakan huruf yang dipakai menulis kata serapan dan nama asing
  2. Sering juga dipakai untuk menirukan efek bunyi/onomatopeia
  3. Kesan yang dihasilkan katakana adalah emphasis/penekanan, identik dengan italic atau ALL CAPS dalam huruf latin

Dan, dengan demikian, selesailah pembahasan kali ini tentang huruf kana. Pertanyaan, masukan, atau koreksi dapat disampaikan lewat kolom komentar di post-post yang bersangkutan. ^^

Read Full Post »

Catatan:

Tulisan ini adalah bagian pertama penjelasan tentang huruf kana, dengan pembagian sbb:

    Mengenal Huruf Kana (1) – Hiragana
    Mengenal Huruf Kana (2) – Katakana

 
Catatan II:

Beberapa pembaca sudah menanyakan tentang kanji (misal: berbagai komentar di tulisan ini dan ini). Hingga saat ini saya belum pernah menulis post khusus tentang kanji di blog ini. UPDATE: sudah ditulis. Pembahasan tentang kanji kini bisa dibaca di:

    Berkenalan dengan Huruf Kanji

 
Catatan III:

Post-post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman direktori nihongo.

 

 

First Off…

 
Aslinya, saya berencana untuk merilis post tentang struktur dasar bagian 7 sebagai lanjutan seri post terkait bahasa Jepang di blog ini. Meskipun begitu, setelah saya pikir, lebih baik jika saya menulis dulu tentang huruf kana sebelum melanjutkan.

Soalnya, masa sih saya sudah menulis tentang cara memakai partikel, tapi “membaca huruf Jepang” saja belum. 😆 So here goes.

Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas tentang huruf kana, yakni hiragana dan katakana. Adapun karena keterbatasan ruang, tulisan ini dibagi menjadi dua bagian yang saling melengkapi: bagian pertama tentang hiragana; sedangkan bagian kedua khusus tentang katakana.

Saa, hajimemashou…

 

 
Intro: Apa itu Huruf Kana?

 
Huruf kana adalah huruf-huruf dasar yang membentuk bahasa Jepang. Terdapat dua jenis huruf kana yang umum dipakai, yakni: Hiragana dan Katakana.

Huruf kana memiliki kekhasan sebagai berikut:

 

  • Satu karakter mewakili satu suku bunyi
  • Setiap suku bunyi, e.g. “ha”, “wa”, “ga”, dan sebagainya, diwakili menggunakan satu huruf. Kita akan menyebut huruf-huruf ini sebagai huruf “wa”, huruf “ga”, huruf “ha”, dan seterusnya.

    Pengecualian: huruf “n”. Huruf kana “n” adalah satu-satunya yang tidak memiliki bunyi vokal.
     

  • Tidak semua suku bunyi dicakup oleh huruf kana tradisional
  • Ini adalah hal terpenting yang perlu Anda ingat. Terdapat beberapa suku bunyi yang tidak dicakup oleh huruf kana tradisional, di antaranya:

    yi, ye, wu, ti, tu ;
    semua ejaan yang mengandung huruf “L” ;
    semua ejaan yang mengandung huruf “V”

     
    *) huruf “ye” aslinya terdapat di ejaan kuno, tapi kini sudah tak digunakan

    Meskipun begitu, beberapa huruf katakana modern telah ditambahkan untuk mencakup suku-suku bunyi tersebut, walaupun tidak sepenuhnya sempurna. Lebih lanjut bisa dibaca di tulisan bagian 2.

 
Nah, dua hal di atas adalah rule of thumb dalam membaca dan mempelajari huruf kana. Setelah memahami petunjuk tersebut, maka kita siap untuk melangkah lebih lanjut. 😀

 

 
Huruf Hiragana

 
Huruf Hiragana adalah huruf paling dasar dalam bahasa Jepang. Huruf ini memiliki tiga kegunaan utama, yakni:

    (a) membentuk imbuhan dalam kalimat (disebut “okurigana”)

    (b) menjelaskan bacaan kanji (disebut “furigana”)

    (c) menuliskan partikel dan honorific

Adapun daftar huruf Hiragana, beserta cara membacanya, dapat dilihat sebagai berikut:

 

tabel hiragana

 

 
Ketentuan Menulis Hiragana

 
Dalam menulis hiragana, terdapat tiga aturan utama, yakni:

  1. Pertama-tama, susun huruf untuk membentuk kata yang diinginkan
  2. (sudah jelas)

  3. Konsonan tebal diwakili oleh huruf ‘tsu’ kecil
  4. Contoh:

      はっきり

      = (ha)(tsu)(ki)(ri)

      = hakkiri

  5. Vokal panjang ditulis dengan menambahkan huruf terkait
  6. Contoh:

      おかさん

      = (o)(ka)(a)(sa)(n)

      = okaa-san

 
Kapan Memakai Hiragana?

 
Sebagaimana sudah disebut sebelumnya, terdapat tiga jenis pemakaian huruf hiragana dalam bahasa Jepang. Sekarang kita akan lihat bagaimana huruf-huruf tersebut dipakai.

 
(a) Sebagai Okurigana

 
Okurigana bisa dibilang sebagai imbuhan/tambahan yang melekat pada dalam sebuah kata bahasa Jepang. Kata yang ditempeli oleh okurigana adalah pokok perhatian — kata ini biasanya ditulis dengan huruf kanji.

Misalnya contoh berikut:

[JAP] 愛する
[JAP] aisuru

[ENG] “to love”

Pada contoh di atas, kanji untuk “ai” (愛 ; “love”) diikuti oleh hiragana “suru” (する ; “to do”). Di sini “suru” berperan sebagai imbuhan pembentuk kata kerja, sehingga hasil akhirnya adalah “aisuru” = “to love”.

Maka, okurigana-nya adalah する (“suru”). 😀

Contoh yang lain…

[JAP] 白
[JAP] shiroi

[ENG] “white” (adj.)”, “white-colored”

Di awal mula hanya terdapat kanji 白 (“shiro”), yang berarti “warna putih” (noun). Meskipun demikian, hiragana “i” menjadi imbuhan pembentuk kata sifat — sehingga hasil akhirnya adalah “shiroi” = “berwarna putih”.

 
Dengan demikian, okurigana bisa dibilang sebagai imbuhan pembentuk kelas kata di bahasa Jepang. Mulai dari kata kerja, kata sifat, hingga tenses, semuanya diindikasikan oleh okurigana yang dipakai.

 
(b) Sebagai Furigana

 
Furigana adalah petunjuk bagaimana cara membaca suatu kanji. Pada umumnya, sebuah kanji (atau banyak kanji) memiliki lebih dari satu cara pembacaan.

Misalnya kanji berikut:

古谷

Ini adalah nama keluarga. Bisa dibaca sebagai: Furuya, Furutani, atau Kotani

(mengenai kenapa ini bisa terjadi, kapan-kapan akan saya bahas di tulisan tersendiri tentang Kanji)

Lalu, bagaimana dong? Kalau misalnya saya jadi guru, dan harus mengabsen murid, tentunya saya tak bisa ambil resiko salah sebut. 😕 (masa “Furuya” jadi “Furutani” ?)

Nah, untuk menyelesaikan masalah ini, dibuatlah sistem penulisan furigana. Nama dengan kanji ditulis dengan ukuran normal — sedangkan hiragana ditulis berukuran kecil sebagai pembantu.

furigana1.jpg

Ternyata kanji tersebut dibaca “Furuya”, bukannya “Furutani” atau “Kotani”

Meskipun demikian, terdapat juga penggunaan furigana yang bukan untuk nama. Biasanya teknik ini dipakai di buku pelajaran bahasa Jepang, komik-komik (manga), atau panduan wisata.

Contoh:

furigana2.jpg

Furigana di atas menjelaskan bahwa kalimat tersebut berbunyi: “nihongo ga suki”
(= saya suka bahasa Jepang)

 
(c) Menuliskan partikel dan honorific

 
Semua partikel dalam bahasa Jepang ditulis menggunakan hiragana. Di sisi lain, terdapat juga beberapa honorific (sebutan perorangan) yang ditulis menggunakan hiragana, misalnya -kun, -san, -chan, dan -tan.

Meskipun demikian honorific yang lebih formal umumnya ditulis dengan menggunakan kanji — bukan hiragana. Misalnya -dono (殿), -sama (様), dan -sensei (先生).

 

—————— lanjut ke post berikutnya: huruf Katakana ——————

Read Full Post »


Catatan:

Post ini khusus membahas berbagai partikel end-sentence dalam bahasa Jepang.

Post-post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman direktori nihongo.

 

Dalam Bahasa Jepang, terdapat sekelompok partikel yang umum diletakkan di bagian akhir kalimat (sentence final particle). Partikel-partikel ini umumnya berfungsi untuk menjelaskan konteks dari kalimat awalnya — apakah itu untuk bertanya, menegaskan opini, melakukan persuasi, ataupun lain sebagainya.

Saa, hajimemashou… ^^

 

 
1. Partikel “ka”

 
Partikel “ka” berfungsi untuk membentuk kalimat tanya. Partikel ini bisa dibilang cukup ‘sakti’ — kalimat berita apapun, apabila ditambahkan partikel ini di akhir kalimatnya, akan seketika berubah menjadi kalimat tanya.

Contoh:

Asli:

[JAP] C-san wa AMERIKA-jin desu.
[JAP] C-さん は アメリカ人 です。

[INA] Tuan C (adalah) orang Amerika.

 
+ ka
 

[JAP] C-san wa AMERIKA-jin desu ka ?
[JAP] C-さん は アメリカ人 です ?

[INA] Apakah Tuan C orang Amerika?

Di sini partikel “ka” berperan sebagai question mark. Apabila suatu kalimat diakhiri dengan “ka”, maka kalimat itu pastilah kalimat tanya! 😀

Asli:

[JAP] Yoshi-kun wa koko ni imasu.
[JAP] ヨシくんはここにいます。

[INA] Yoshi-kun ada di sini.

 
+ ka
 

[JAP] Yoshi-kun wa koko ni imasu ka ?
[JAP] ヨシくんはここにいます?

[INA] Apakah Yoshi-kun ada di sini?

 

2. Partikel “yo”

 
Partikel “yo” berfungsi untuk memberi penegasan dalam kalimat. Pada umumnya, partikel ini digunakan ketika menyampaikan ide/pendapat/opini yang cenderung subyektif; meskipun begitu bisa juga dipakai untuk menekankan kebenaran dari informasi yang disampaikan.

Adapun contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

[JAP] Ano ko wa kawaii desu yo.
[JAP] あの子は可愛いです

-> “ano ko” (あの子) = “anak itu”
-> “kawaii” (可愛い) = “lucu” / “imut-imut”

[INA] Menurut saya, anak itu lucu.

(menyampaikan opini)

Contoh lain:

[JAP] Omae o matteru, yo.
[JAP] 御前を待ってる

-> “omae” (御前) = “kamu” (informal)
-> “matteru” (待ってる) = “tunggu”

[INA] Kamu sedang ditunggu, lho.

(menekankan berita)

Intinya, partikel “yo” adalah yang dibutuhkan jika kita hendak menegaskan sesuatu hal. Sebagai perbandingan: dalam bahasa Inggris fungsi ini biasanya diwakili oleh frase “…you know” atau “…so I think” di akhir kalimat. ^^

 

3. Partikel “ne”

 
Yang ini berfungsi sebagai pemberi kesan halus/persuasi dalam berbicara. Meskipun demikian, “ne” juga memiliki kegunaan lain — yakni memunculkan pertanyaan balik di akhir kalimat (question tag).

Misalnya, untuk penggunaan yang pertama,

[JAP] Ashita kara, kore wa kimi no gakkou da, ne?
[JAP] 明日からこれは君の学校だ、ね?

-> “ashita kara” (明日 から) = “mulai besok”
-> “gakkou” (学校) = “sekolah”

[INA] Mulai besok, ini sekolahmu yang baru. OK?

(melakukan persuasi)

[JAP] Sono kimochi ga wakaru; dakara, kinishinaide. Ne?
[JAP] その気持ちがわかる、だから、気にしないで。ね?

-> “kimochi” (気持ち) = “perasaan”
-> “dakara” (だから) = “karena itu” / “oleh karena itu”
-> “kinishinaide” (気にしないで) = “jangan khawatir”

[INA] (Saya) mengerti perasaanmu; oleh karena itu, jangan khawatir. Ya?

(melakukan persuasi)

Sedangkan untuk penggunaan yang kedua,

[JAP] Kyou wa Sanae-san ga kirei desu, ne?
[JAP] 今日はサナエさんがきれいですね?

-> “kyou” (今日) = “hari ini”
-> “kirei (きれい) = “cantik”

[INA] Hari ini, Nona Sanae terlihat cantik, bukan?

(menanyakan pendapat lawan bicara)

[JAP] Hachigatsu no yuki ga aru no? Kiseki da ne?
[JAP] 八月の雪があるの? 奇跡だ?

-> “hachigatsu” (八月) = “bulan Agustus”
-> “yuki” (雪) = “salju”
-> “kiseki” (奇跡) = “keajaiban” / “mukjizat”

[INA] Ada salju di bulan Agustus? Itu pasti mukjizat, bukan?

(menanyakan pendapat lawan bicara)

***

 

Variasi Penggunaan dalam Kalimat

 
Dalam penggunaan sehari-hari, terkadang ada beberapa varian partikel end sentence yang diturunkan dari tiga partikel di atas. Umumnya perubahan ini terjadi karena nuansa informal yang ingin dihadirkan; e.g. ketika Anda sedang berbicara dengan teman atau keluarga.

Beberapa variasi yang terjadi, antara lain:

  1. ne menjadi na~
  2. “Na~” — dengan ‘a’ panjang; berbeda dengan partikel “na” — memiliki manfaat yang sama persis dengan “ne”. Meskipun demikian, kesan yang ditimbulkannya sangat informal dan berkesan “setengah hati”.

    Kesan ini lebih tampak dalam penerjemahan sebagai berikut:

    [JAP] Aitsu wa okotteirunda. Taihen, da na~
    [JAP] あいつは怒っているんだ。 大変 だ。。。

    [INA] Dia sedang marah. Susah juga yaa

    [JAP] Hai, hai, wakatteiru. Warui na~
    [JAP] はい、はい、分かっている。 悪い。。。

    [INA] Ya, ya, saya mengerti. Maaf deh

  3. yo menjadi zo
  4. Yang ini biasanya diucapkan oleh pria; kesannya cenderung informal dan berpretensi kasar.

    [JAP] Ano “MATRIX” no eiga wa kakkoii da zo.
    [JAP] あの “MATRIX” の映画は格好いいだ

    [INA] Film “MATRIX” yang itu keren, lho.

    [JAP] Aa, Rika-chan da! Kawaii zo!
    [JAP] ああ、リカちゃん だ! 可愛い!

    [INA] Ah, itu Rika-chan. Dia lucu sekali!

  5. ne di awal kalimat
  6. Yang ini agak berbeda dengan pokok bahasan kita tentang partikel end-sentence, sebab partikelnya sendiri justru diletakkan di awal kalimat. Meskipun demikian, saya rasa ada baiknya bila sekalian dijelaskan di sini. (o_0)”\

    Dalam penggunaan ini, partikel “ne” digunakan untuk memanggil orang yang sedang diajak bicara. Konsepnya kurang lebih sama dengan kata “hei” dalam bahasa Indonesia:

    [JAP] Ne, chotto matte yo!
    [JAP] 、 一寸待てよ!

    [INA] Hei, tunggu sebentar!

  7. Question mark dengan kai
  8. Bentuk yang lebih lembut untuk bertanya dibandingkan “ka”, digunakan oleh pria. Kalau Anda pernah mendengar lagu “Konayuki” dari Remioromen, Anda bisa mendengar penggunaan question mark model ini di dalamnya. ^^

    [JAP] Sore ga dekita no kai?
    [JAP] それが出来たのかい?

    [INA] Bisakah seperti itu?

 

Catatan Khusus:
Kalimat Tanya tanpa Question Mark

 
Walaupun secara default kalimat tanya dalam bahasa Jepang memerlukan partikel “ka”, terdapat satu kondisi di mana Anda tak perlu memanfaatkannya sama sekali. Meskipun demikian, sebagai gantinya, Anda harus memberikan intonasi yang tepat untuk mengesankan pertanyaan Anda.

Dalam bahasa Jepang, intonasi yang ‘tepat’ ini dimunculkan dengan memberi penekanan pada suku bunyi terakhir dalam kalimat.

Contoh:

[JAP] Sonna koto iwanaide! Otoko da yo!?
[JAP] そんな事言わないで! 男 だ!?
[INA] Jangan bicara seperti itu! Kamu laki-laki, kan!?

(bagian “yo” diucapkan agak tinggi dan memanjang)

[JAP] Okane ga arimasu?
[JAP] お金がありま?

[INA] Apakah kamu ada uang?

(bagian “su” diucapkan agak tinggi dan memanjang)

Hal yang sama berlaku jika kita hendak mengajukan pertanyaan singkat dan sekedarnya, e.g.:

[JAP] Hitori?
[JAP]?

[INA] (Anda) sendirian?

(bagian “ri” diucapkan agak tinggi dan memanjang)

[JAP] Shitteru?
[JAP] 知って?

[INA] (Anda) sudah tahu?

(bagian “ru” diucapkan agak tinggi dan memanjang)

Tentunya harus dicatat bahwa penggunaan di atas itu cenderung crippled secara gramatikal, dan tidak untuk digunakan dalam pembicaraan resmi. Walaupun masih efektif jika dipakai untuk keseharian saja.

***

Yah, dan kurang lebih demikianlah pembahasan untuk bagian 6 kali ini. Bagian selanjutnya akan membahas tentang tenses dan bentuk kata dalam kalimat; dengan beberapa catatan khusus yang bisa Anda baca di bagian bawah post ini.

Sekian, terima kasih. 🙂

 

 
[bersambung ke bagian 7]

 
——

Ps:

Sehubungan dengan sudah tercakupnya bahasan tentang partikel pembentuk keterangan (tulisan 1 s.d. 5), maka saya akan mulai membahas tentang infleksi/perubahan bentuk kata dan tenses di post berikutnya.

Partikel-partikel yang belum dijelaskan akan saya tambahkan secara stand-alone di masa depan, seperti post sebelumnya tentang pronomina yang ini dan ini.

Read Full Post »

Melanjutkan pembahasan sebelumnya di sini.

 
Catatan:

Post-post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman direktori nihongo.

 

6. Partikel “kara”

 
Partikel “kara” memiliki tiga fungsi dalam kalimat bahasa Jepang, dengan pembagian sebagai berikut:

 

(a) menyatakan asal

 
Dalam konteks ini, “kara” dipakai untuk menjelaskan dari mana suatu benda X berasal. Dalam Bahasa Indonesia, penggunaan ini diwakilkan oleh kata “dari”.

Misalnya Anda hendak menjelaskan bahwa Anda baru saja datang dari Jakarta. Dalam bahasa Jepang, Anda bisa menggunakan kalimat sebagai berikut:

[JAP] Watashi wa Jakarta kara kita.
[JAP] 私は Jakarta から来た

-> “Watashi” (私) = “saya”
-> “kita” (来た) = “datang” (bentuk lampau dari “kuru”)

[INA] Saya datang dari Jakarta.

Contoh lain…

[JAP] Kimi kara no PUREZENTO
[JAP]からのプレゼント

-> “kimi” (君) = “kamu”
-> “PUREZENTO” (プレゼント) = “hadiah”

[INA] Hadiah dari kamu

 

(b) menyatakan sejak

 
Well… seperti kata “sejak” dalam bahasa Indonesia. What else? ^^;

[JAP] Nananen mae kara, Taro wa BA de hataraku.
[JAP] 七年前からタロはバーで働く

-> “nananen mae” (七年前) = “tujuh tahun lalu” =
-> “BA” (バー) = “bar” (serapan dari kata Inggris yang sama)
-> “hataraku” (働く) = “bekerja”

[INA] Sejak tujuh tahun lalu, Taro bekerja di bar.

[JAP] Daigaku toki kara, ano futari wa tomodachi desu.
[JAP] 大学ときからあの二人は友達です

-> “daigaku toki” (大学とき) = “saat kuliah” / “waktu kuliah”
-> “ano futari” (あの二人) = “dua orang itu” / “mereka berdua”
-> “tomodachi” (友達) = “teman baik”

[INA1] Sejak kuliah, mereka berdua teman baik.
(literal)

[INA2] Mereka berdua teman baik sejak kuliah.
(bentuk kalimat disempurnakan)

 

(c) menyatakan sebab

 
Untuk penggunaan ini, partikel “kara” memiliki fungsi yang mirip dengan kata “karena” dalam Bahasa Indonesia. Tujuannya adalah menghubungkan dua buah klausa dengan hubungan sebab-akibat.

Contoh:

[JAP] Okane ga aru kara, karaoke he ikimashou!
[JAP] お金があるから、カラオケへ行きましょう!

-> “okane” (お金) = “uang”
-> “aru” (ある) = “ada” / “dimiliki”
-> “ikimashou” (行きましょう) = “ayo pergi”

[INA] Karena kita ada uang, mari pergi karaoke!

[JAP] Jikan ga nai kara, watashi wa KURASU he hashiru.
[JAP] 時間が無いから私はクラスへ走る

-> “jikan” (時間) = “waktu”
-> “nai” (無い) = “tidak ada” / “kehabisan”
-> “KURASU” (クラス) = “kelas”
-> “hashiru” (走る) = berlari”

[INA] Karena kehabisan waktu, saya berlari ke kelas.

***

 
7. Partikel “made”

 
Partikel “made” merupakan kebalikan dari fungsi (b) partikel “kara” yang telah dibahas sebelumnya. Jika “kara” diantaranya berfungsi menyatakan “sejak”, maka partikel “made” memiliki fungsi menyatakan makna “hingga”.

Bersinonim juga dengan kata “sampai” dalam bahasa Indonesia.

Contoh penggunaan:

[JAP] Juunigatsu made, Arima-san wa Yokohama ni imasu.
[JAP] 十二月まで、アリマさんは横浜にいます

-> “juunigatsu” (十二月) = “Desember” / “bulan Desember”
-> “imasu” (います) = “ada” / “berada” (bentuk -masu dari “iru”)

[INA1] Hingga bulan Desember, Tuan Arima berada di Yokohama
(literal)

[INA2] Tuan Arima berada di Yokohama hingga bulan Desember.
(bentuk alternatif)

[JAP] Tokyo made arukidasou!
[JAP] 東京まで歩きだそう!

-> “arukidasou” (歩きだそう) = “ayo berjalan kaki”

[INA] Ayo jalan kaki sampai Tokyo!

Partikel “made” bisa juga digunakan untuk menjelaskan “hingga kondisi tertentu”. Misalnya,

[JAP] Moetsukiru made ore wa ganbaru!
[JAP] 燃え尽きるまで俺 は 頑張る!

-> “moetsukiru” (燃え尽きる) = “kelelahan” / “tak mampu lagi”
-> “ore” (俺) = “saya” (laki-laki, informal)
-> “ganbaru” (頑張る) = “berjuang”

[INA1] Sampai tak mampu lagi, saya akan berjuang!
(literal)

[INA2] Saya akan berjuang sampai tak mampu lagi!
(bentuk alternatif)

[JAP] Asa ga kuru made, boku wa nemurenai.
[JAP] 朝が来るまで、僕は寝むれない

-> “asa” (朝) = “pagi”
-> “kuru” (来る) = “tiba”
-> “boku” (僕) = “saya” (untuk laki-laki)
-> “nemurenai” (寝むれない) = “tak bisa tidur”

[INA] Hingga pagi tiba, saya tak bisa tidur.

***

 

8. Partikel “dake”

 
Dalam bahasa Indonesia, partikel “dake” umum diterjemahkan sebagai kata “hanya”. Dengan demikian, kegunaannya adalah untuk menyatakan ekspresi “tidak lebih dari” benda yang dinyatakan dalam kalimat.

Well, agak sulit jika dijabarkan dalam bentuk kalimat seperti di atas; jadi lebih baik kita langsung beranjak dengan contoh:

[JAP] Sonna koto wa Sensei dake ga wakaru.
[JAP] そんな事先生だけが分かる

-> “sonna koto” (そんな事) = “hal semacam itu”
-> “sensei” (先生) = “guru”
-> “wakaru” (分かる) = “mengerti” / “tahu”

[INA] Hal seperti itu, hanya Pak Guru saja yang mengerti.

Contoh lain…

[JAP] Kokoro wa watashi dake no.
[JAP] 心は私だけ

-> “kokoro” = “hati” = 心

[INA] Hati (ini) hanya milik saya seorang.

[JAP] Daisuki na tabemono wa, AISUKURIIMU dake desu!
[JAP] 大好きな食べ物はアイスクリームだけです!

-> “daisuki na” (大好きな) = “yang paling disukai”
-> “tabemono” (食べ物) = “makanan”
-> “AISUKURIIMU” (アイスクリーム) = “es krim”

[INA] Makanan yang paling saya suka hanya satu, es krim!

***

 

 

Bersambung ke bagian 6… surprisingly, masih tentang partikel. Kapan saya bahas tenses kalo begini? ^^;

Read Full Post »

Melanjutkan tulisan tentang kata ganti orang pertama dan kedua di [sini]

 
Catatan:

Post-post lain yang berkaitan dengan bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman [direktori nihongo]

 

Kata Ganti Orang Ketiga Tunggal

(i.e. “dia”, “orang itu”, dan sebagainya)

 

[latin] “kare”
[kanji]

–> Dipakai untuk menyatakan “dia” yang merujuk pada laki-laki. Kurang lebih sama dengan kata “he” dalam bahasa Inggris.

Catatan: kata ini bisa juga digunakan untuk menyebut kekasih (pria). Meskipun begitu bentuk yang lebih umum untuk fungsi tersebut adalah “kareshi” (彼氏).

 

[latin] “kanojo”
[kanji] 彼女

–> Dipakai untuk menyatakan “dia” yang merujuk pada perempuan; kurang lebih sama dengan kata “she” dalam bahasa Inggris. Sama dengan “kare”, “kanojo” juga bisa dipakai untuk menyebut kekasih (dalam hal ini wanita).

 

[latin] “ano hito”
[kanji] あの人

-> Secara harfiah bermakna “orang itu” (dari kata “ano” (あの, ‘itu’) + hito (人 ‘orang’). Dipakai untuk pembicaraan formal.
 

[latin] “kono hito”
[kanji] この人

-> Secara harfiah bermakna “orang ini” (dari kata “kono” (この, ‘itu’) + hito (人 ‘orang’). Dipakai untuk pembicaraan formal.

 

[latin] “aitsu”
[kanji] 彼奴 ; meskipun begitu lebih sering ditulis dengan hiragana あいつ

-> Bentuk informal/kasar dari “ano hito” yang disebut sebelumnya. Berasal dari gabungan kata “ano” (彼, ‘itu’) + “yatsu” (奴, ‘orang’/’seseorang’).

 

[latin] “soitsu”
[kanji] 其奴 ; meskipun begitu lebih sering ditulis dengan hiragana そいつ

-> Informal, sama dengan “aitsu”. Gabungan dari kata “sono” (其, ‘itu’) + “yatsu” (奴). Relatif jarang dipakai dibandingkan “aitsu”.

 

[latin] “koitsu”
[kanji] 此奴 ; meskipun begitu lebih sering ditulis dengan hiragana こいつ

-> Bentuk informal dari “kono hito”. Gabungan dari kata “kono” (此, ‘ini’) + “yatsu” (奴).

 

 

Kata Ganti untuk Bentuk Jamak

(i.e. “kami”, “mereka”, dan sebagainya)

 

Untuk membentuk kata ganti jamak, aturannya cukup mudah. Kita tinggal dengan menambahkan akhiran -tachi (untuk penggunaan formal) atau -ra (untuk penggunaan informal) pada kata ganti tunggal.

Contoh:

[JAP] “watashi”(私) + “-tachi” (たち) = “watashitachi”(私たち)
[INA] (saya) + (-tachi) = (kami)

[JAP] “kare”(彼) + “-ra” (ら) = “karera” (彼ら)
[INA] (dia) + (-ra) = (mereka)

-> umumnya untuk menyatakan sekelompok laki-laki

 

Meskipun begitu, penggunaan akhiran -ra dan -tachi ini sangat tergantung pada kata ganti yang hendak diimbuhi. Sebagai contoh, kita bisa membentuk jamak dari kata “boku” (僕) menjadi “bokura” (僕ら) serta “bokutachi” (僕たち). Akan tetapi kita tak bisa membentuk kata ganti jamak berupa “kimira” (kimi + ra) atau “watashira” (watashi + ra) — untuk itu kata ganti jamaknya adalah “watashitachi” (私たち) dan “kimitachi” (君たち).

Pembagiannya bisa dilihat dalam tabel berikut:

……………… ……………… ………………
Bentuk Asal -tachi -ra
……………… ……………… ………………
watashi
atashi
watakushi
atakushi
watashitachi
atashitachi
watakushitachi
atakushitachi
……………… ……………… ………………
boku bokutachi bokura
ore oretachi
……………… ……………… ………………
anata
anta
kimi
anatatachi
antatachi
kimitachi
……………… ……………… ………………
omae omaetachi omaera
temae temaera
……………… ……………… ………………
kare karera
kanojo[1]
………… ………… …………
ano hito
kono hito
aitsu
soitsu
koitsu
ano hitotachi
kono hitotachi
aitsutachi
soitsutachi
koitsutachi


aitsura
soitsura
koitsura

 

Keterangan:

[1] “kanojo” biasanya tak disebut dengan jamak; penggunaan untuk ini umumnya di-cover oleh “aitsura”.

 

 

Catatan Tambahan mengenai suffix -tachi

 
Secara umum, -tachi mempunyai kegunaan tambahan, yaitu menyatakan grup yang menyertai seseorang. Di Bahasa Indonesia, kita biasa menyebutnya “dan kawan-kawan”.

Contoh:

[JAP] Yamada-san-tachi wa Tokyo e ikimasu
[INA] Tuan Yamada dan kawan-kawan pergi ke Tokyo

Akhiran -tachi juga dapat digunakan untuk menyatakan keadaan benda yang “banyak” atau “lebih dari satu”. Misal:

[JAP] koibitotachi
[INA] “pasangan kekasih”
–> bisa juga bermakna “pasangan-pasangan kekasih”

[JAP] hitotachi
[INA] “orang-orang” / “banyak orang”

***

Sekian topik tentang kata ganti dan bentuk jamaknya. Tambahan, koreksi, atau pertanyaan bisa disampaikan lewat fasilitas komentar di bagian bawah post ini. 😉

Read Full Post »

Melanjutkan pembahasan sebelumnya di sini.

 
Catatan:

Post-post lain tentang bahasa Jepang di blog ini bisa Anda temukan di halaman direktori nihongo.

 

4. Partikel “ya” dan “to”
 

Partikel “ya” dan “to” memiliki arti yang mirip, yaitu sama dengan kata sambung “dan” dalam bahasa Indonesia. Fungsinya adalah menyatakan sejumlah benda secara bersamaan.

Meskipun demikian, terdapat suatu perbedaan. Partikel ‘to’ digunakan untuk menyatakan himpunan lengkap. Sedangkan partikel ‘ya’ dipakai untuk menyatakan himpunan sebagian.

Well… kedengarannya memang agak rumit sih. Meskipun begitu, penjelasannya akan lebih mudah jika diterapkan dalam contoh berikut:

 
[JAP] Watashi to Taro wa tomodachi desu.
[JAP]タロは友達です

-> “watashi” (私) = “saya”
-> “tomodachi” (友達) = “sahabat” / “teman dekat”

*) “Taro” di sini adalah nama orang

[INA] Saya dan Taro adalah teman dekat.

Dalam contoh di atas, subyek dibatasi pada “saya” dan “Taro”. Dengan kata lain, hanya “saya” dan “Taro” yang menjadi pokok pembicaraan di sini.

Sedangkan penggunaan partikel ‘ya’ agak sedikit berbeda:

 
[JAP] Shiki ya Arihiko ga KAFETERIA ni iru
[JAP] シキアリヒコはカフェテリアにいる

-> “KAFETERIA” (カフェテリア) = “kantin”/”kafetaria”
-> “iru” (いる) = “ada”/”berada”

*) “Shiki” serta “Arihiko” di sini adalah nama orang

[INA] Shiki dan Arihiko berada di kafetaria

Dalam penggunaan di atas, terlihat bahwa Shiki dan Arihiko sama-sama berada di kafetaria. Meskipun demikian, tidak hanya mereka berdua saja yang ada di kafetaria — melainkan juga terdapat orang-orang lain.

Dapat dikatakan bahwa partikel ‘to’ mewakili complete list. Sedangkan partikel ‘ya’ menyatakan incomplete list.

 

5. Partikel “he”
 

Partikel ‘he’ (atau biasa diucapkan ‘e’) berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan arah.

Misalnya, dalam bahasa Indonesia kita biasa menyatakan:

 
[INA] Saya pergi ke kampus

Dalam bahasa Jepang, kalimat tersebut akan berbunyi sebagai berikut:

 
[JAP] Watashi wa daigaku he iku
[JAP] 私は大学行く

-> “watashi” (私) = “saya”
-> “daigaku” (大学) = “kampus”
-> “iku” (行く) = “pergi”

[INA] Saya pergi ke kampus

Contoh lain…

 
[JAP] Ano otoko wa TOIRETTO he hashiru
[JAP] あの男はトイレット走る

-> “ano otoko” (あの男) = “pria itu”
-> “TOIRETTO” (トイレット) = “toilet”
-> “hashiru” (走る) = “berlari”

[INA] Pria itu berlari ke arah toilet.

Jadi di sini, terlihat bahwa partikel ‘he’ menyatakan arah dari suatu pergerakan/aktivitas. Misalnya “pergi” (iku), “berlari” (hashiru), “berjalan” (aruku), dan lain sebagainya. ^^

***

Sekian dulu untuk sesi kali ini. Pembahasan selanjutnya tentang partikel disambung di bagian 5. 😉

Read Full Post »

Older Posts »