I.
Hari ini, kutatap isi langit
di tengah Ramadhan ketika purnama tepat di zenith
Sambil tertampar oleh tarikh
Yang baru kukhatamkan kemarin hari
Sembilan ratus tahun setelah Clermont[1], aku melayang–
Dalam hina dan kedukaan yang berulang,
Ketika kusadari makna “iman” pernah hilang
Dalam dua abad lingkupan perang
Ah, iman! Berapa abad pernah terjadi perang
Hanya karena penerjemahanmu yang bersilang?
Ah, iman! Berapa banyak darah telah tumpah
Ketika pemahaman akanmu hilang ditelan ruah
teriakan perang dan semangat perang suci?
Kupikir aku menderita, kupikir aku sedih
Ketika dirayapi duka yang lirih
Akan semangat dua umat terpilih
Yang menyisakan luka perih
hingga senjakala ini
II.
Berapa banyak jiwa tumbang demi nama ‘iman’?
Ketika Tentara Salib memasuki kota Tuhan
dan mereka-ulang Pembantaian Yoshua
Di tengah tahun seribu-sembilan-sembilan?
Berapa banyak jiwa tumbang demi nama ‘iman’?
Ketika propaganda jihad meluncur dari Selatan,
dari Mesir, terus menuju Kota Kecintaan
Milik tiga agama yang konon berkaitan?
Ah, aku muak!
Ketika Raymund d’Aguiles berceritera
Bahwa kubang darah kafir di selasar
Sudah mencapai lutut bangsawan-ksatria[2]
Aku muak!
Ketika ‘iman’ meninggikan prasangka busuk
Dan membuat kedua kubu saling mengutuk
Serta saling tumpas hingga tak berbentuk
hingga akhir perang yang katanya suci itu
III.
Apa arti kota-kota?
Antiokhia, Dorylaeum, Tirus, Acre
Yerusalem, Hittin, Ramlah, Askalon
Dan lainnya.
Ah, cuma kotak-kotak catur
Untuk bidak yang digerakkan “kuasa Tuhan”
Ketika Salib dan Sabit bentrok dan bertempur
Saat masing-masingnya berseru “atas nama iman!”
Apa arti raja-raja?
Dari zaman Imaduddin Zangi hingga Nuruddin,
Terus Shalahuddin sampai Baybars Ruknuddin;
Dari Godfrey menuju Baldwin,
Lantas Richard dan Frederick II,
yang lain daripada yang lain?
Ah, kurasa merekalah yang membentuk sejarah
Yerusalem yang sekarang terbelah
dan jadi topik empuk retorika dakwah
IV.
Kata orang, perang menyisakan pahlawan
Dengan kemuliaannya masing-masing
Saat menghancurkan benteng dan mengambil tawanan,
Atau ketika beradu-ksatria dengan pedang berdenting
Tapi aku tahu lebih baik
Pahlawan-pahlawan itu bukanlah
mereka yang tiada kalah
Atau yang merenda sejarah
Dengan tahta dan darah
Kuceritakan padamu soal Saladin,
Yang berbesar hati membiarkan tahanan Kristen pergi
Ke kota Tirus dan Acre
di hari masuknya ia ke Yerusalem[3]
Akan kuceritakan padamu soal Frederick,
Yang bertukar diskusi dan hadiah mewah
dengan Sultan Al-Kamil Malik,
Dan bersahabat baik dengannya hingga lama
Dan, ya, akan kuceritakan juga padamu
Tentang Santo Francis dari Assisi
yang datang ke tenda Sultan seorang diri
Untuk menyampaikan beberapa patah kata diskusi
Lantas dilepas pergi oleh Sultan sendiri:
“Doakanlah agar Tuhan menunjuki saya, agama mana yang dipilih-Nya”
Ketika sekalipun Sultan tak memilih agamanya di akhir hari
Kautanya padaku, hal terbaik pada Perang Suci
Inilah jawabanku:
bahwa di tengah perang terkejam sekalipun,
selalu ada oasis berisi kebaikan kalbu
V.
Terlempar sekian abad, aku kembali
ke tengah Ramadhan,
Di mana sang rembulan
Masih setia di zenith azali:
Selepas khatamku pada tarikh
yang menyedihkan dan mengharu-biru.
Tentang makna iman dan jiwa yang lirih,
Ketika mereka terkorbankan di masa yang jauh
Sembilan ratus tahun setelah Clermont, aku bersedih
Untuk darah yang tumpah atas nama iman,
dan kota-kota yang dijarah pada saat bersamaan–
Ketika agama seolah melegalkan kegilaan
–Bandung, 25 September 2007
Ditulis seusai membaca sejarah lengkap Perang Salib
Footnotes:
[1] Konsili Clermont, entry wikipedia [di sini]. Dianggap sebagai awal berlangsungnya Perang Salib, karena pada kesempatan itulah Paus Urban V pertama kali mencanangkan “Pembebasan Yerusalem dari Kaum Muslim”.
[2] Detail penuturannya bisa ditemukan di [link ini].
[3] Kisah ini pernah saya bahas dalam [post tersendiri].
Dilarang pertamax. ๐
Syair-nya seperti membawa saya kembali sembilan ratus tahun sebelumnya…..
jadi inget Felm Kingdom of Heaven…..(Nonton lg ahhh)
kalo gw malah jadi keinget john lennon… “imagine there’s no religion too..”
well, salah satu misteri hidup -kenapa Gusti menurunkan agama lengkap dg berbagai kitabnya, yg malah jd legitimiasi orang utk saling membunuh- yg mungkin cuma DIA sendiri yg tahu akhir skenarioNYA….
negeri ini butuh orang2 pluralis kaya elo….
โฆ nostalgia tak pernah berasal dari kebencian. Ia menggerakkan kembali sesuatu yang hangat, sayu, berartiโseperti cinta lamaโฆ
~Goenawan Muhamad~
Duh sora.. ga tahu deh harus ngomong apa..
*speechless*
ngabsen aja deh. btw ini puisi ya? ๐
sedikit berbau Romantisisme
ataukah penciuman saya yang salah
*halah afa sih*
tafakur ala tarikh wal rasa al iman
keren Mas ๐
*saya berusaha menangkap maknanya*
Ya..sejuta pembenaran atas nama ‘Iman’. Bukankah iman adalah semudah2 alasan untuk tidak saling mengerti?
Uaaaahhh….
menarik, sepertinya aku harus kembali ke sembilanratus tahun yang lalu, biar lebih terejawantah ke diriku.
Syukurlah, sembilan ratus tahun kemudian, bukan lagi bendera salib atau bulan sabit yang berkibar di tanah perjanjian itu, tapi bintang Daud.
Puisi yang bagus mas Sora, mungkin perlu ditambahkan bagaimana adu klaim stempel Tuhan itu terbawa juga ke Nusantara ini. ๐
@secondprince
Romantisisme ? barusan saya lihat ada buku baru dari HY yang memasukkan isme itu dalam daftar celaannya ๐
Bahwa ditengah perang terkejam sekalipun, selalu ada oasis berisi kebaikan kalbu.. Saya suka bait itu, bikin geli seputar udel!
Sumpah Sora, saya merinding baca posting ini.
Great job kawan, great job!
*Klik kanan – del.icio.us*
Ah, puisinya standar…
Standar Sora!
Anjrit bagus bener!!!
*Klik kanan – del.icio.us*
mirip Gibran yak?
kejadian dalam sejarah yg repetitif…
@ jidoet
Hohoho! Kingdom of Heaven itu cuma satu bab aja lho dari seluruh Perang Salib. Masih banyak bagian lainnya yang juga menarik. ๐
:::::
@ restlessangel
Betul, misteri hidup yang bahkan masih ada sampai sekarang. ๐
Dan saya juga masih bingung lho soal itu. ๐
:::::
@ Agiek
Yah, saya sendiri sempet rada down kok selama beberapa waktu gara-gara itu. Konon (konon ya ๐ ) jumlah korban pas pendudukan Yerusalem pertama itu 70.000 orang. Dan itu baru penduduk sipil di satu kota. Belum termasuk kota-kota lain, dan belum termasuk ribuan tentara yang tewas selama perjalanan sebelum memasuki kota itu.
Dan itu baru Perang Salib pertama. ๐
:::::
@ cK
Answer yourself.
:::::
@ secondprince
Ah, dibilang keren. Makasih… ^^;;
*ditimpuk*
BTW, salah satu makna pentingnya bisa disarikan dari tanggapan buat Mas Agiek sebelumnya. ๐
:::::
@ calonorangtenarsedunia
Bull’s eye.
Kalau di sejarahnya malah lebih merinding lagi. Bukan saja dua umat itu nggak saling mengerti, tapi sudah menganggap yang lainnya ‘najis’, ‘setan’, dan ‘laknat’ yang harus dimusnahkan dari muka bumi. Konon sampai ada anggapan bahwa pasukan Islam itu jelmaan Antikristus, lho. ๐ฟ
*nggak melebih2kan*
:::::
@ rachmawan
Salam kenal,
Ahaha, iya. Memang di samping kegetirannya yang kuat, Perang Salib punya sisi menarik tersendiri. Terutama kalau sudah menyangkut silsilah raja-raja dan penaklukan kota. Seperti terlempar ke dunia Age of Empire, IMO. ๐
:::::
@ jensen99
Sebetulnya nggak begitu juga. Kalau menurut saya, wilayah Palestina sekarang jutsru masih berkobar oleh perebutan wilayah. Juga masih dengan corak keagamaan, walaupun memang intensitasnya nggak sedahsyat dulu pas Perang Salib. (o_0)”\
Beberapa ekstrim kanan Israel menolak suku Arab-Palestina karena merasa berhak atas tanah yang dijanjikan Tuhan; sementara pihak Arab-Palestina sendiri bereaksi dengan simbol keagamaan — e.g. lewat intifadhah dan HAMAS. Tentunya ini cuma secuplik aspek (dari banyak) yang melatari konflik Palestina-Israel. Toh begitu, ini juga menunjukkan bahwa masih ada “Perang Suci” berlangsung di sana.
Dan, kalau mengingat tingginya kasus bom bunuh diri dan aksi Israel, boleh jadi keadaan sekarang lebih parah daripada waktu Perang Salib dulu. Dulu nggak ada orang meledakkan diri di tengah pasar, dan nggak ada tokoh pimpinan spiritual yang ditembak mati pakai rudal. ๐
:::::
@ oddworld
Wah, kalau soal bagaimana masuknya ke Indonesia, itu harusnya jadi studi khusus tersendiri. Saya kan cuma lagi curhat di post ini. ๐
Hwalah, kalo gitu mah lama-lama idealisme termasuk, dong?
:::::
@ Wadirasydhi
Ya? (o_0)”\
Euh, itu maksudnya ‘mengena’ atau ‘menggelikan’? Agak kurang jelas nih Mas. ^^;;
:::::
@ manusiasuper | Amed
Huah, dimasukin delicious? ๐ฏ
*terharu* T_T
Padahal post ini aslinya buat curhatan saya lho. ๐
apa curhat sering masuk delicious ya? ๐:::::
@ caplang™
Yup, sejarah yang sering berulang. Termasuk di Indonesia juga… agama bisa jadi alasan untuk perang dan berebut wilayah. Kayak di Poso dan Ambon, IMO. ๐
Beberapa aktvis dakwah konon percaya, bahwa kaum Yahudi boleh dilenyapkan dari seluruh muka bumi. Masalah agama memang tiada duanya. ๐
buku perang salib yang mana mas?
*penasaran…
@ lucky
Salam kenal,
Soal literatur, sumber yang saya baca ada dua buku, “Perang Suci: Dari Perang Salib hingga Perang Teluk” karya Karen Armstrong sama “Perang Salib: Sudut Pandang Islam” tulisan Carole Hillenbrand. Dua-duanya buku terbitan Serambi.
Yang pertama bahasannya lebih ke perang agama secara umum, dengan porsi bahasan Perang Salib lumayan besar. Sedangkan yang kedua lebih khusus ke berbagai aspek sosial-budayanya; dengan lebih banyak covering ke sumber-sumber Islam.
Kalau saya sih baca yang punya Karen Armstrong lebih dulu. Penceritaan sejarahnya lebih runtut dan fokus, IMO. (o_0)”\
Oke, oke, saya nggak paham. Saya buta perang salib kecuali yang diceritakan di Kingdom of Heaven. ๐
@ Kopral Geddoe
Lha, saya kira ente suka main game2 RTS medieval. Ternyata nggak ya? ^^;;
Nggak, mas. Kalau main yang begituan saya cuma melototin GUI-nya sampai berjam-jam tanpa main sama sekali. ๐
@ Kopral Geddoe
[OOT]
Masih mending. Saya malah udah terpaku di depan kotak CD-nya aja, tanpa berminat membuka. ๐
[/OOT]
wah indah namun menusuk…
tapi jangan dipikirin terus entar malah stres, huhu.
nampaknya kita sudah sangat mendekati akhir jaman =(
(mudah2an semua masup sorga, amin *OOT*)
@ Apret
Wah, telat. Kalimat itu udah diucapin orang-orang Eropa pas abad ke-13, lho. Katanya waktu itu, orang-orang muslim adalah tentara Antikristus. ๐
Pak Frederick II yang disebut di post juga pernah disangkain gitu, sih ๐mantap, mendalam!
kebingungan!, ketika mereka menganggap itu adalah serangan barbar ya
ketika sebuah kebenaran dikatakan sebagai perang salib
ketika sebuah kebenaran dikatakan sebagai jihad
kapan kebenaran itu akan menjadi benar, ketika membunuh orang pun dianggap benar…heran…. ๐
wah bacaan sora berubah selama bulan puasa…
(eh sekali-kali muncul lagi satu kali mungkin bisa berkali-kali) peace v_^_^
ah, malam ini nuzulul qur’an rupanya…
IMHO, itulah alasan mengapa masa kejayaan Islam menurun drastis dan sekarang nyaris tak bersisa. Terlalu terkotak-kotak dan hobi berprilaku radikal atas nama ‘iman’, entah ‘iman’ jenis apa yang dianut. Bila ‘iman’ adalah alasan untuk saling membinasakan, maka mungkin akan lebih baik bila tidak ber’iman’.
@ sora
Ah, gini bro; saya ngerti kalo disana masih “perang suci” smp sekarang. Maksudku, kalo dulu yang berperang kan kerajaan2 luar yang berebut wilayah itu (dengan alasan religius). Sementara sedikit orang2 yahudi yg mendiami tempat itu bisa dibilang diabaikan, kalo gak dibilang malah jadi korban. Kalo jaman sekarang kan disana eksis “tuan tanahnya”, sudah ada Israel sebagai negara, yang bisa mendiami dan melindungi tanah serta rakyatnya sendiri. (walaupun tidak diakui oleh beberapa pihak, makanya perangnya gak abis2).
Yg Karen Armstrong saya juga udah pernah baca. Gak ngerti,,, Bahasannya terlalu di awang-awang…. Sampe bosen,,,,ujung2nya gw balikin bukunya ke perpus.
Yg Hillenbrand saya lagi baca, dipinjemin teman. katanya lebih seru dari yg Karen Armstrong karena lebih ke siasat militer katanya. Tapi pas gw baca, sama-sama ga ngerti,,, Terlalu banyak yg gw ga tahu karena selama ini yg saya tau cuman ceritanya Saladin dan cerita2 di Kingdom of Heaven. Ternyata sejarah sebenarnya, anjrit, jauh lebih rumit. Pusiiiiiiiiiiiiing,,, Mending maen Civilization IV,,,,,,
@ peyek
Wah, makasih Pak. ๐
Iya, begitulah. Sekarang kita bilang barbar, tapi dulu mereka bilang itu mulia. Sudut pandangnya berubah jauh, IMO. ๐
:::::
@ extrememusmilitis
Mari kita tanya pada rumput yang bergoyang™. ๐
:::::
@ lily
Bacaan saya nggak berubah-berubah kok. Sebetulnya saya udah baca soal ini sejak tahun 2005, cuma aja baru dibaca ulang lagi kemaren.
:::::
@ Shelling Ford
Lho, iya. Udah tanggal 17 ya? (o_0)”\
*baru sadar*
:::::
@ calonorangtenarsedunia
Wah, statement-nya berani, euy… ๐
halal darahmu, nak! ๐:::::
@ jensen99
Ah, iya, betul. Memang di satu sisi bisa dipandang begitu juga. ๐
Ras Yahudi memang terkesan lebih netral, kalau dibandingkan dengan kepentingan Islam/Kristen yang mewarnai Perang Salib. Seandainya Muslim (atau Kristen) yang menguasai Palestina sekarang, mungkin masih ada sisa-sisa Perang Salib yang akan berlangsung di zaman modern ini. ๐
Kayaknya itu nggak terhindarkan, deh. Zaman sekarang Liga Arab kecewa sama Israel; tapi kalau Muslim yang berkuasa mungkin Kristen (atau Yahudi?) juga akan protes. Susah memang. ๐
IMHO sih, Palestina bukan saja masalah agama — tapi juga menyangkut krisis tanah air, asal-usul, dan tempat tinggal. ๐
:::::
@ Heri Heryadi
Sebetulnya sejarahnya memang rada ruwet. Tapi elemen utamanya sendiri cuma konflik religius Islam-Kristen aja, kok. Kalau dilihat dari sudut pandang itu, ntar semuanya jadi lebih sederhana lho. ๐
…… ๐ ๐
[…] fenomena klasikย yang terus menerus terjadi. Ramai yang sudah menuliskan hal ini. Sora bahkan nulis puisi, euy. Makanya kalau pun saya menulis tulisan ini, tak lebih dari sekedar mengeluarkan sumbatan […]
*merinding*
Puisinya itu… ๐
*belum pernah baca hikayat perang salib secara mendetil*
-pinjam bukunya, boleh?- ๐
Saya pernah merenungkan kenapa ada agama2 berbeda di muka bumi. Tiba2 terlintas ide bahwa itu memang strategi Tuhan, bukan strategi agar ciptaanNya saling bunuh…, sabarrr…. dgr dulu saya, jgn protes dulu.
Jaman dulu manusia masih bar2, kekejaman masih legal dimana2, utk itu Tuhan menurunkan nabi dgn agama sebagai acuan hidup agar tidak bar2 lagi. Kalo cuman turunkan 1 agama dan 1 nabi di 1 tempat, penyebarannya mau brapa tahun? bumi ini luas lho (blm ada pesawat waktu itu, dari sumatera ke jawa aja mau brapa bulan… apalagi Eropa ke Indonesia, nabinya blom sampe udah keburu mati). Krn itu Tuhan turunkan bbrp nabi ditempat yg berbeda2 shg tersebar di muka bumi, lain padang lain ilalang kan…, makanya bisa timbul agama yg berbeda2. Tapi inti semua agama itu tetap satu, yaitu mengasihi sesama manusia.
Sampai titik ini renungan saya berakhir, Tuhan sudah menjawab saya kenapa Dia turunkan agama yg berbeda2.
Kalo jaman sekarang ini skala ke-bar2an itu kan sudah jauh menurun (malah ke-bar2an dgn dalih agama yg meningkat), jadi sudah ga perlu deh saling indoktrinasi agama, apalagi menganggap agama lain sesat.
[…] berbeda di muka bumi. Tiba2 terlintas ide bahwa itu memang strategi Tuhan, bukan strategi agar ciptaanNya saling bunuh…, sabarrr…. dgr dulu saya, jgn protes […]
Wiidiiww
ckckckck
waawaaw
speechless daa!!
bagus puisinya!! bikin buku ajaH!! hehe
pinjem bukunya…
Sembilan ratus tahun yang akan datang
Mas Sora9n akan dikenang sebagai pahlawan
Karena menulis sembilan puisi perdamaian
Yang melintas enam benua dan seluruh daratan
Sembilan ratus tahun yang akan datang
Mas Sora9n punya anak cucu sembilan gudang
Yang cukup untuk membuat sembilan pasukan
Menjaga perikemanusiaan dan perikehewanan
Sembilan ratus tahun yang akan datang
Kita sudah mati, kecuali yang percaya reinkarnasi
Tapi biasanya sejarah terus berulang
Yang kemarin terjadi besok ada lagi
Sembilan ratus tahun yang akan datang
Kalau bumi masih ada, kalau manusia belum hilang
Cukuplah perang kata-kata di dunia maya
Sebab perang beneran ga enak kayaknya
Sembilan ratus tahun yang akan datang
Blog ini dinobatkan sebagai blog milenium
Kalau ga nomor satu ya nomor sembilan
Nomor berapa ajalah asal traktir minum
๐ ๐ ๐ ๐ ๐
Di dimensi lain, tak jauh dari sana
Dua orang bersila berhadapan
Saladin, Gregory VIII
Tegang, sangat tegang mereka
Hatiku pun bertanya, ada apa gerangan
Kudekati mereka
Oalah…main catur….
====================================
Baca postingan lama…
Menarik ๐
Dan trenyuh…
Mengapa harus ada perang itu ๐ฆ
Mbok ya dunia itu dibikin damai-damai aja gitu lo…
[…] sebab saya bisa dibilang antipati membahas “Tanah Suci” yang diperebutkan (blame the history of Crusades for this). Bagi saya, kekeraskepalaan kedua pihak adalah sekadar perulangan dari yang sudah-sudah. […]
Baru baca…
Menarik puisinya, terasa, sungguh…
[…] Buku ini sempat membuat saya kecewa berat — bukan karena isinya jelek, melainkan karena sukses membuat depresi. Pengantar saya sebelum membaca literatur Perang Salib yang lebih serius (Runciman, Hillenbrand […]